08

7.2K 616 4
                                    

"Eomma, dimana kunci mobilku?"

Ny. Park nampak menghela napasnya. Oh ayolah, Jimin itu baru saja menyelesaikan sarapannya. Setidaknya, putranya itu harus memintanya beberapa menit setelahnya. Bahkan Jimin seolah sengaja untuk memakan sarapannya dengan cepat. Tak punya pilihan lain, membuat Ny. Park kini menatap pada Bibi Shin setelahnya.

"Ambilkan kunci mobilnya."

"Baik, Nyonya."

Bibi Shin pun berlalu mengambil kunci mobil dan beberapa menit kemudian, Bibi Shin telah datang dengan kunci mobil di tangannya. Dengan cepat, Jimin mengambilnya dan berlalu pergi. Bahkan sama sekali tak berpamitan pada kedua orangtuanya.

"Kenapa kau membiarkannya pergi?"

Tn. Park yang sedari tadi melihat pun hanya diam saja. Sia-sia saja bukan semua yang sudah ia lakukan untuk membatasi Jimin ketika sang istri malah memperbolehkannya untuk pergi begitu saja.

"Biarkan dia pergi untuk satu hari saja. Setelahnya, kau bisa lakukan apapun pada Jimin."

Jimin benar-benar tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dan hal pertama yang ia lakukan adalah mengambil ponselnya, mulai menghubungi seseorang yang tentu saja sangat ia rindukan saat ini.

"Chaeyoung, kau dimana sekarang?"

"Aku di apartementmu. Wae?"

"Tunggu aku disana dan jangan kemana-mana."

Jimin mematikan sambungan telponnya terlebih dahulu dan bergegas melajukan mobilnya menuju apartementnya.

.

.

Sedang di tempat lain, Rosè berusaha menetralkan dirinya yang menangis sedari tadi. Ia mulai beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar mandi. Ia juga menyimpan hasil testpack miliknya di atas meja rias yang berada di kamar itu. Ia bahkan menaruh benda itu dengan sembarangan dan tidak takut jika saja Jimin bisa melihat benda itu nantinya. Selanjutnya, kakinya melangkah menuju ruang tengah dan duduk di sofa.

Pikirannya terus tertuju pada hasil testpack yang baru saja ia lakukan. Ia hamil dan sudah dipastikan bahwa ia sedang mengandung bayi Jimin. Masalahnya sekarang adalah, apa ia harus memberitahu Jimin tentang hal ini atau tidak. Mereka memang sama-sama saling menyukai dan mereka melakukannya karena sama-sama suka. Tapi Rosè tidak pernah berpikir, ia akan hamil dengan cepat seperti ini. Apa Jimin akan menerima kehamilannya yang cepat ini? Belum lagi, ia juga harus memikirkan karirnya yang sedang berada di atas puncaknya.

Tidak. Bukannya Rosè tak menginginkan bayi yang sedang ia kandung saat ini. Hanya saja, dirinya masih terkejut dan belum siap. Ia dan Jimin baru saja memulai sebuah hubungan. Keduanya masih menginginkan waktu berdua yang lebih lama lagi. Belum lagi, kenyataan jika mereka secara tak langsung telah ditentang oleh kedua orangtua pria itu.

Ceklek

Lamunan Rosè terpecah begitu saja, ketika mendengat pintu apartement yang terbuka, membuatnya mengalihkan pandangannya pada seseorang yang membuka pintu itu. Senyuman langsung terpancar di wajahnya saat melihat wajah Jimin. Beranjak dengan cepat untuk mendekat dan memeluk pria itu ketika Jimin sudah merentangkan kedua tangannya pada Rosè.

Dengan mudahnya, Jimin mengangkat tubuh gadis itu ke dalam gendongannya. Membuat kedua kaki jenjang gadis itu melingakar di sekitaran pinggangnya.

"Aku benar-benar merindukanmu." Rosè mulai terisak di pelukan Jimin dan makin mengeratkan pelukannya pada pria itu.

"Aku tahu. Biarkan aku melihat wajahmu terlebih dahulu."

Rosè merenggangkan sedikit pelukannya dan menatap wajah Jimin yang berada di bawahnya mengingat posisi mereka yang membuat dirinya sedikit lebih tinggi dari Jimin.

mistake ❌ jiroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang