Bagian 5

311K 23.6K 492
                                    

Tanpa bunyi alarm yang biasanya memekakan telinga, tidur Monik pun tentram dan nyaman hingga pagi menjelang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa bunyi alarm yang biasanya memekakan telinga, tidur Monik pun tentram dan nyaman hingga pagi menjelang. Gadis itu masih terlelap meskipun ia merasakan nafasnya sesak seperti sedang berada di pelukan seseorang.

Monik sudah biasa merasakan itu apabila boneka teddy bear besar di kasurnya, kebetulan lagi menimpa tubuhnya. Namun, ia tak pernah tahu kalau ditindih boneka bisa seberat ini.

Lalu..

Bunyi nafas teratur juga sangat terasa nyata di sekitar pelipis matanya. Bahkan, Monik tahu persis rasa hangat khas kulit bersentuhan di sepanjang tubuhnya.

Oh tidak! Jerit Monik dalam hati.

Seketika ia berusaha untuk menembus alam sadarnya dan terbangun dengan mata melotot sempurna. Tidak pernah dia bangun secara mendadak seperti ini sebelumnya. Monik selalu bangun malas-malasan atau jatuh tertidur lagi lima menit kemudian.

"Ya ampun. Ya ampun. Ya ampun..." ucap Monik tanpa bersuara saat menemukan wajah sang Presdir yang sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan tinggal maju sedikit saja, bibir mereka sudah bisa berciuman.

Dengan amat hati-hati, Monik segera merangkak turun dari tempat tidur empuk dan mahal itu, namun sayang, pergerakannya itu membuat Raymond sedikit terganggu.

"Enghh," erangnya masih mata tertutup.

Monik kembali ditarik dan dipeluk lagi oleh atasannya itu, seolah-olah Raymond memang tidak ingin sampai kehilangan 'guling' kesayangannya.

Tapi bukan Monik namanya jika dia mudah menyerah. Menjadi sales selama setahun lebih mampu membuat mentalnya lebih kuat dan tak mudah goyah. Ia pun memegang pinggiran ranjang dan menarik tubuhnya sendiri untuk bisa terlepas dari kungkungan Raymond.

Sialnya lagi, Raymond memeluknya dengan sangat erat sampai-sampai Monik menahan napasnya karena merasa kesakitan.

"Sakit Pak!" Monik mengeluh sambil memukul tangan Raymond yang sedang menahannya.

Pria itu pun mengendurkan pelukannya tapi tangan dan kakinya masih mengurung tubuh Monik.

"Jangan pergi." Raymond berbicara sangat pelan, bahkan terdengar samar-samar. Saking kecilnya, bahkan Monik lebih mendengar suara burung berkicau di luar sana.

"Aku mau ke toilet please," alasan Monik. Sebenarnya, dia juga tidak berbohong. Ia harus mengeluarkan cairan tubuhnya yang tak tertahan lagi.

Meskipun Raymond belum sadar seratus persen, tapi dia tetap bisa mendengar suara lembut teman tidurnya itu.

Monik bernafas lega karena Raymond melepaskan kurungan mautnya dan membiarkan Monik turun dari ranjang. Namun, belum juga gadis itu berjalan, suara Raymond mengagetkannya dari belakang.

"Jika sudah, temani aku tidur lagi."

Rahang Monik ingin lepas rasanya saat Raymond mengatakan itu. Dia pun melirik ke arah jam di atas nakas dan rasa kagetnya semakin menjadi-jadi.

Lovesomnia [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang