Bagian 14

351K 23.1K 1.2K
                                    

Enjoy ❤️❤️

*******

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💗 90.517 likes

Raymond Giano: Roses and you. Beautiful.

******

Setelah kejadian cium pipi yang dilakukan Monik, suasana hati Raymond semakin bersemi saja. Pria itu bahkan semakin memperlihatkan rasa sukanya pada Monik. Seperti menciumi punggung tangan, mengusap-usap kepala, ataupun mencuri satu-dua kecupan di bibirnya.

Walaupun Monik sering marah dan mengamuk saat Raymond mencium bibirnya, tapi pria tampan itu masih saja melancarkan aksinya, tanpa peduli kemarahan Monik yang menurut Raymond sangat menggemaskan itu.

Saat jam pulang kerja pun, Raymond selalu memeluk pinggang Monik, apalagi ketika melewati pegawai kantornya, seolah-olah mengingatkan pada semuanya bahwa tidak ada yang boleh mengganggu Monik mulai saat ini.

Setelah pulang, Raymond mengajak Monik ke salah satu mall terbesar di Jakarta, karena ingin membelikan gadis itu sebuah ponsel baru.

"Ray, itu terlalu mahal." Monik berbisik dengan sangat pelan saat melihat harga dari sebuah smartphone yang dipegang oleh Raymond.

"Tapi kamu suka kan?"

"Suka sih tapi--"

"Jadi Mbak, saya ambil ini." Raymond menunjuk smartphone asal Korea Selatan paling terbaru yang harganya hampir lima belas juta.

"Oke Pak. Langsung ke kasir ya. Setelah membayar, baru kita buka." Sales ponsel tersebut menuntun Raymond dan Monik untuk segera pergi ke kasir.

Monik hanya menganga ketika Raymond tersenyum padanya tanpa rasa bersalah. Pria ini benar-benar tak sayang uang!

"Raymond, kamu jangan berlebihan begini dong. Hape aku kemarin saja tidak lebih dari tiga juta kok," protes Monik sambil memegang sedikit bagian dari kemeja Raymond.

"Tidak apa-apa. Yang penting kamu suka. Buktinya kamu langsung bilang 'Wow' tadi kan?" ucap Raymond mengingat sikap Monik saat pertama kali melihat ponsel mahal itu.

"Ya itu karena aku kagum sama layarnya yang lebar banget. Pasti enak main game atau video call-an," jawab Monik jujur. "Padahal sayang uangnya," lanjutnya bersuara sangat pelan.

Raymond mengelus pucuk kepala Monik dengan lembut, "Jangan terlalu dipikirkan. Anggap saja itu permintaan maaf dariku karena sudah membanting ponselmu kemarin."

"Serah kamu deh. Tapi makasih ya," kata Monik sambil tersenyum. Raymond pun ikut tersenyum, lalu merangkul Monik untuk berjalan bersampingan menuju kasir.

Setelah membayar, sales itu baru membuka smartphone dan memperlihatkannya kepada Raymond dan Monik. Dia juga menjelaskan tentang kamera, charger, dan suara dari ponsel pintar itu.

Lovesomnia [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang