Bagian 9

310K 27.9K 1.3K
                                    

Cepet banget ya ampun 800 vote part kemarin. Beuh happy bener aku ❤️❤️ thanks ya 🙌🙌

*******

Monik berdiri kaku diluar ruangan Divisi Pengembangan Produk yang lumayan besar itu. Memang jika dibandingkan dengan ruangan divisinya, pasti beda jauh. Divisi ini berada di level atas di kantor ini sehingga tak heran, ruangan yang dipakai oleh lebih dari 15 orang itu begitu besar.

 Divisi ini berada di level atas di kantor ini sehingga tak heran, ruangan yang dipakai oleh lebih dari 15 orang itu begitu besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan satu orang punya satu meja khusus yang lumayan besar. Entah harus bagaimana Monik menghadapi ini, dia harus senang, sedih, atau sengsara? Bagaimana jika dia akan dimusuhi di divisi ini? Monik jadi sedkit takut. Apalagi menurut teman-temannya, karyawan di Divisi Pengembangan pada sombong semua.

"Huft.. Tarik napas buang," gumam Monik seraya mengatur napasnya sebelum masuk ke ruangan itu.

Bunyi pintu berdecit pun terdengar sehingga beberapa pasang mata langsung menuju Monik. Beberapa orang lagi seperti tidak peduli, melihat sebentar lalu menatap layar laptop di depan mereka.

Monik pun tersenyum kikuk sambil menganggukkan kepalanya kaku. Akh, harus bicara apa sekarang?!

"Kamu Monica Angelina ya? Sudah ditunggu Pak Wildan diruangannya," ujar salah satu pegawai wanita yang biliknya paling dekat dengan pintu. Dia terlihat ramah dengan kacamata baca dan pensil yang ditangannya.

"Ah iya makasih Mbak," kata Monik sambil tersenyum. Ia tahu dimana letak ruangan Kepala di sini, karena pastinya ruangan itu terpisah sendiri.

Monik benar-benar risih dengan tatapan menghina dari beberapa pegawai wanita yang berdandan high-class. Mereka terang-terangan bersikap seperti tidak ingin menerima pegawai baru lagi di sini. Gadis itu pun memilih untuk mengacuhkannya dan tetap berjalan tegap menuju ruangan Kepala Divisi.

Tidak sampai tiga kali mengetuk pintu, Monik mendengar suara dari dalam yang mempersilahkannya masuk. Dia pun dengan patuh membuka knop pintu dan sempat kaget karena mendapati Raymond berada di dalam sana.

Oh pantas saja semua pegawai tadi sok sibuk dengan kerjaan masing-masing. Ada si Presdir rupanya.

Raymond yang semula duduk santai di sofa, spontan berdiri melihat Monik di ambang pintu. Senyum lebar sampai kelihatan gigi pun terpatri di wajah tampannya. Ia mendekati Monik, namun Monik langsung menatapnya nyalang, seolah memperingatkan Raymond bahwa di sini mereka bukan berdua saja.

"Oh tenang saja. Wildan itu temanku," kata Raymond sembari merangkul Monik sekaligus menutup pintu di belakang gadis-nya.

"Tapi--!" cicit Monik sebelum Raymond menggelengkan kepalanya.

Pria itu menatap Wildan dengan kedua alis terangkat, "Dia yang aku ceritakan tadi. Aku harap kau memperlakukannya dengan baik."

"Hahahah." Suara tawa berasal dari Kepala Divisi Pengembangan tersebut. Wildan berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan menghampiri mereka.

Lovesomnia [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang