3. Sok Ganteng! Sok Pinter!

617K 48K 6.5K
                                    


Rasanya Galen ingin sekali menyumpal mulut Jerry dan Haris dengan kaos kakinya. Tawa mengejek dari dua orang itu sangat mengganggunya.

“Jangan dicuci, Len! Biar jadi trend fashion kekinian. Siapa tau anak-anak satu sekolah ikutin gaya lo.” Jerry masih tertawa puas sekali di samping Galen.

“Jejak sepatu di punggung. Itu belum pernah ada loh, Len. Nama lo bakalan muncul di majalah-majalah fashion seluruh dunia sebagai pencetus trend ini.” Haris ikut-ikutan. Ia tertawa keras di akhir kalimatnya.

Sementara Galen sudah berdecak sedari tadi. Ia melirik punggungnya dari pantulan cermin besar di kamar mandi sekolah. Jejak sepatu itu sungguh membuatnya marah. Terlebih tidak ada satu orang pun yang mengaku sebagai pemilik dari sepatu kurang ajar itu.

Galen lalu menarik jaket hitam yang dikenakan Jerry. “Gue pinjem jaket lo!”

Jerry menghentikan tawanya. Kemudian mencegah Galen melepas paksa jaket yang dikenakannya. “Nggak! Gue nggak mau pinjemin!”

“Tukeran sama jaket SLT punya gue. Besok gue bawain!”

Galen memang paling tahu caranya memenangkan perdebatan. Tentu saja Jerry tergiur dengan tawaran menarik itu. Siapa juga yang keberatan jaket biasa miliknya ditukar dengan jaket Saint Laurent Teddy yang yang harganya ribuan dollar itu?

“Pakai jaket gue aja kalo gitu, Len.” Haris berniat membuka jaket bomber merahnya, namun Jerry sudah lebih dahulu melepas jaketnya dan mengulurkannya pada Galen.

“Pake sepuas lo, Len. Bawa pulang sekalian. Tapi besok jangan lupa bawain jaket lo, ya,” kata Jerry penuh antusias.

***

“Seriusan kak Galen bilang gitu sama lo?” tanya Nadin penuh minat.

Salsa mengangguk. “Sok kegantengan banget jadi cowok!” kesalnya sambil melipat tangan di dada.

“Lah emang kak Galen ganteng, Sal,” sahut Fira yang duduk di sebelah Salsa.

Salsa melirik Fira dengan kesal, kemudian melanjutkan ucapannya. “Gue bakal terima hinaannya kalo dia seganteng Manu Rios atau Shawn Mendes!”

“Kayaknya masih lebih ganteng kak Galen deh.” Fira menyahut lagi, membuat Salsa semakin kesal.

“Pokoknya dia itu nyebelin. Sok kecakepan! Dia suruh gue ngaca? Padahal dia sendiri yang harusnya ngaca! Gue kurang cantik apa coba?”

Bukannya prihatin, Nadin yang duduk di depan Salsa malah tertawa puas melihat ekspresi Salsa.

“Lo nggak mau nangis, Sal? Kalo gue jadi lo, gue pasti udah nangis kejer dikatain gitu sama kak Galen.”

“Ngapain nangis? Gue malah mau nyakar mukanya biar dia nggak sok ganteng!”

“Lagian gue udah peringatin lo kalo kak Galen itu nggak bisa dideketin pakai cara mainstream. Lo harus lebih agresif, Sal.”

Salsa menatap Nadin yang tampak bersemangat menghasutnya.

“Kita harus mulai susun rencana pendekatan lo sama kak Galen pakai cara anti-mainstream! Gimana?”

Salsa mengartikan horor tatapan Nadin padanya. Ia tidak yakin sahabatnya itu sedang merencanakan hal ‘baik-baik’ untuk membantunya. Seperti yang disebutkan Nadin tadi, ‘anti-mainstream'.

Kira-kira, apa yang akan menimpa Salsa sebentar lagi?

***

Pada akhirnya Salsa setuju untuk mengikuti rencana Nadin dan Fira yang akan membantunya mendekati Galen. Entah rencana-rencana aneh apa yang ada di kepala dua sahabatnya itu, Salsa memilih untuk tidak mengambil pusing saat ini. Ia lebih memilih memikirkan nasib sebelah sepatunya yang dibawa pergi Galen pagi tadi.

My Ice Boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang