8. Dari Mata

527K 48.4K 6.5K
                                    


anastasyasalsa_ : Kak, makasih udah nolongin aku td siang 😊

Butuh waktu setengah jam bagi Salsa untuk mengirimkan satu kalimat itu pada Arnan. Padahal hanya sebuah kalimat sederhana, tapi bagi Salsa, ia sampai harus melewati tahap panjang ketik hapus-ketik hapus berkali-kali sebelum menekan tombol kirim di ponselnya. Belum lagi Salsa harus mengendalikan kegugupannya sendiri. Biar bagaimana pun, ini pertama kalinya ia mengirim pesan lebih dulu pada seorang cowok. Apalagi cowok itu adalah orang yang disukainya.

Lima menit dihabiskan Salsa dengan berguling-guling tidak jelas di kasurnya. Ia gugup sekali menanti balasan pesan dari Arnan.

Hingga menit berikutnya, tangannya secara reflek menyambar ponselnya di tepi kasur tepat ketika benda itu berseru nyaring menyebut nama aplikasi percakapan.

arnan11_: Hai, Sal. Sama2. Gimana? Udh sehat?

arnan11_ : Td gw balik ke UKS pas selesai rapat OSIS, tp lo udh balik. Plg sama siapa?

Salsa merubah posisinya menjadi duduk, kemudian langsung mengetik pesan balasan.

anastasyasalsa_ : Better, Kak.

anastasyasalsa_ : Td plg sama Fira.

Pesan balasan dari Arnan masuk tidak lama kemudian.

arnan11_ : Besok gw temenin lari lagi, ya

anastasyasalsa_ : Gak usah, Kak. Aku lari sendiri aja.

arnan11_ : Knp? Takut sama Galen?

anastasyasalsa_ : Takut sih, nggak. Tp pasti dia minta aku double lari 😣

arnan11_ : 😀

arnan11_ : Yaudah, gw kasih semangat dr pinggir lapangan aja kalo gitu

“Aaarrrggkkhh!!!” Salsa tak kuasa menahan teriakan histerisnya ketika membaca chat terakhir Arnan. Ia merebahkan kembali tubuhnya di atas kasur sambil membaca pesan itu berulang kali.

Malam ini Salsa dan Arnan bertukar pesan hingga larut. Ada saja topik yang mereka bahas, walau lebih banyak yang tidak begitu penting. Tapi, cukup membuat Salsa tersenyum sepanjang malam dan bersiap menghadirkan cowok itu di mimpinya malam ini.

***

Berbekal mengisi perut hingga penuh untuk memasok tenaga, hari ini Salsa merasa jauh lebih berstamina dan siap untuk menempuh 20 putaran lapangan basket. Kali ini ia penuh persiapan. Salsa mengenakan seragam olahraga sekolahnya dan bersiap memenuhi kewajibannya.

Seperti kemarin, hari ini Salsa kembali menantang teriknya matahari yang meninggi di atas kepalanya. Ia mengabaikan orang-orang yang menatapnya aneh. Mungkin mereka menganggap Salsa sedang tidak waras karena berlari di siang bolong seperti saat ini, tapi ia tidak peduli. Salsa terus mengamati ke sekitar, berharap seseorang yang ia tunggu sejak tadi muncul dan melihatnya berlari.

Bukannya menemukan Galen, Salsa justru melihat Arnan sudah berdiri di pinggir lapangan entah sejak kapan. Cowok itu mengamatinya sambil tersenyum. Salsa bahkan bisa mendengar seruan semangat dari Arnan, yang seketika membuat Salsa melupakan rasa lelahnya.

Tanpa terasa, Salsa sudah memasuki putaran yang ke-20. Gerakannya sudah melemah. Bahkan ia memutuskan untuk menyelesaikan putaran terakhir dengan berjalan saja. Namun, ketika matanya menangkap sosok Galen yang muncul dari ujung koridor, Salsa kembali berlari hingga akhir.

Setelahnya, Salsa langsung menghampiri Galen dengan terburu-buru, sebelum cowok itu kembali menghilang dan sulit ditemukan.

“Kak, aku ... udah lari ... dua puluh putaran,” kata Salsa terbata sambil berusaha mengimbangi langkah-langkah Galen yang cepat.

My Ice Boy [Completed]Where stories live. Discover now