26. Memori

452K 39.7K 7.8K
                                    


"Miracle itu bagai separuh hidupku, harapanku dan alasanku untuk bisa tersenyum sampai sekarang."

___________________________________

Dua tahun setelah Salsa resmi diadopsi oleh Martin dan Maria, Salsa sempat mendengar kabar bahwa panti asuhan Kasih Anugrah akan ditutup. Dengan alasan utama yaitu tidak adanya donatur tetap tiap bulannya untuk memastikan kelangsungan hidup anak-anak panti.

Tidak ada yang bisa Salsa kecil lakukan selain berdoa setiap malam agar tempat tinggal lamanya itu tidak ditutup. Salsa mengkhawatirkan teman-temannya di sana, terutama teman kecilnya yang ia tinggalkan tanpa sempat berpamitan.

Dan, setelah tadi sempat berbincang dan melepas rindu dengan Ibu Ros—salah satu pengurus panti yang mengasuhnya dulu—Salsa baru meyakini bahwa Miracle kembali ambil andil saat itu. Doa yang ia panjatkan setiap hari terkabul. Panti Asuhan Kasih Anugrah tetap berdiri karena beberapa minggu setelah isu itu beredar, beberapa orang dari organisasi kemanusiaan datang dan menawarkan diri untuk menjadi donatur tetap.

Salsa sungguh bersyukur. Tuhan begitu baik padanya melindungi orang-orang yang dicintainya melalui Miracle.

Salsa tersenyum di balik kaca helm yang dikenakannya. Hal ini tentu saja tertangkap jelas oleh Galen yang mengamati Salsa dari kaca spion motor yang dikendarainya. Pada akhirnya, Galen tidak tahan untuk bertanya.

“Kenapa lo senyum-senyum?”

Salsa tersadar dari lamunannya. Senyumnya belum juga sirna. “Kakak percaya sama miracle?”

Galen terdiam beberapa saat. Pandangan lurusnya sesekali menilik keceriaan wajah Salsa dari kaca spion. “Maksudnya?”

“Aku percaya kalo miracle itu ada. Karena aku udah berkali-kali merasakan kehadirannya.”

Galen melemahkan laju motornya dan mulai mencermati tiap kata yang dilontarkan Salsa tentang Miracle-nya.

Seiistimewa itukah Miracle yang dimaksud Salsa?

“Kakak mau aku ceritain satu rahasia terbesarku?”

Galen melirik kaca spionnya cukup lama. Tentu ia sangat ingin tahu semua hal yang berkaitan dengan Salsa. “Apa?”

“Tapi janji, jangan kaget, ya,” ucap Salsa lengkap dengan senyum manis yang selalu berhasil membuat Galen tidak berkedip menatapnya.

Pandangan Galen baru berpaling setelah Salsa balas menatapnya dari kaca spion. Ia kini bertingkah cuek dan pura-pura tidak ingin tahu.

“Yaudah kalo nggak mau tahu,” ucap Salsa sedikit kecewa.

Galen berdecak kesal. “Kalo ngomong jangan setengah-setengah. Lanjutin!”

Salsa tersenyum lagi, membuat Galen setengah mati memfokuskan diri melajukan motornya di bawah langit yang sudah mulai berwarna jingga. Walau wajah cantik Salsa selalu saja menarik matanya untuk melirik lama-lama kaca spion di atas tangannya.

“Kakak percaya nggak kalo sebenarnya aku punya Miracle. Seseorang yang selalu jagain dan lindungin aku,” Salsa berkata dengan sangat gembira. Semua tergambar sangat jelas di wajahnya.

“Oh ya?” Galen merespons singkat, semata-mata untuk memancing Salsa untuk bercerita lebih jauh.

Salsa mengangguk. “Dia baik banget sama aku. Dia nggak mau lihat aku sedih. Aku yakin dia sayang banget sama aku dan selalu jagain aku dari jauh.”

Galen menangkap ekspresi Salsa yang berseri-seri. “Sejak kapan lo merasa punya seseorang yang lo sebut Miracle?”

“Dari kecil, sejak aku keluar dari panti dan ikut keluarga baru sampai sekarang.” Salsa mengakhiri kalimat dengan menutup mulutnya sendiri. “Oops, aku kelepasan ngomong. Kakak jangan cerita-cerita ke yang lain kalo aku ini dulunya anak panti, ya.”

My Ice Boy [Completed]Where stories live. Discover now