22. Menanti Miracle

520K 43.3K 12.7K
                                    


"Honestly, l feel really stupid for holding on to things that just keep on hurting me."

____________________________________

“Salsa, gue suka sama lo.” Galen mempertegas ucapannya.

Untuk waktu yang cukup lama, Salsa belum juga berhasil menemukan kesadarannya sendiri. Semua ini terlalu mengejutkan baginya. Benarkah Galen menyukainya? Sejak kapan?

Dengan tak sabar, Galen melepaskan kedua tangan Salsa yang digenggamnya erat sedari tadi. Kini tangannya berpindah memegang bahu Salsa. Ia mengguncang pelan tubuh Salsa untuk menyadarkan cewek itu.

“Salsa Anastasya, gue suka sama lo. Gue. Suka. Sama. Elo. Harus gimana lagi supaya lo tahu kalo gue suka sama lo?”

Salsa membekap mulutnya sendiri, menahan luapan bahagia yang seolah bisa saja meledak sewaktu-waktu.

Ia akan bertemu dengan Miracle sebentar lagi.

Astaga, benarkah? Akhirnya penantiannya selama 7 tahun akan berbuah juga. Ia akan bertemu dengan mama kandungnya. Iya, Salsa yakin Miracle yang selalu menjaga dan melindunginya selama ini adalah mama kandungnya. Salsa yakin mamanya masih hidup dan tidak benar-benar ingin membuangnya.

Galen mengguncang tubuh Salsa semakin kuat.

“Salsa. Salsa Anastasya.”

“Iya, iya, aku denger, Kak.” Salsa berseru riang.

“Salsa,”

“Iya, aku denger. Aku denger.” Salsa masih mengangguk kuat-kuat ketika merasakan guncangan tubuhnya semakin kencang.

Lalu, entah apa yang terjadi, Salsa merasa guncangan itu semakin lama semakin kuat. Dan sedetik kemudian ia menemukan dirinya sudah terjatuh di lantai dengan suara yang cukup nyaring.

“Kak Salsa nggak apa-apa?”

Salsa meringis kesakitan setelah punggungnya mendarat keras di lantai kamarnya. Perlahan ia membuka mata dan langsung menemukan Luna sudah berjongkok di dekatnya. Tangan kecil itu kembali mengguncang tubuhnya.

Jadi, yang tadi itu hanya mimpi? Bagaimana bisa terasa begitu nyata?

Salsa menghela napas berat. Padahal ia pikir ia akan segera bertemu dengan Miracle.

“Kakak kenapa tidur di meja belajar? Emangnya nggak pegal?”

Salsa memaksa bangkit walau seluruh tubuhnya terasa seperti habis dikeroyok massa. Sakit sekali. Disingkirkannya selimut yang ikut terjatuh bersamanya tadi.

“Kamu kenapa bangunin Kakak, sih?” keluh Salsa sambil melakukan peregangan kecil. Ia bahkan rela tidak terbangun lagi asal ia dipertemukan dengan Miracle-nya, walau hanya dalam mimpi.

Luna berdiri di hadapan Salsa. “Emangnya Kakak nggak mau berangkat sekolah? Kalo nggak siap-siap sekarang, nanti terlambat loh.”

Sambil mengusap matanya, Salsa memperhatikan penampilan Luna yang sudah siap berangkat sekolah dengan seragam putih merahnya.

Salsa melirik jam dinding di dekat pintu. Sudah hampir jam 6. Itu artinya, ia sudah tidak punya banyak waktu untuk bersiap-siap berangkat sekolah.

***

“Salsa Anastasya, gue suka sama lo.”

Galen mengguncang tubuh Salsa semakin kuat. Sementara Salsa tak kuasa berseru riang karena berhasil menuntaskan misinya.

My Ice Boy [Completed]Where stories live. Discover now