SOA [REMAKE] - PART 16 - MY PROTECTOR

8K 392 6
                                    

Sean POV

Aku menekan klaksonku panjang, karena mobil di depanku tiba-tiba berhenti. Secara otomatis pula aku menginjak pedal rem dengan sangat keras, dan karena ini tubuh Alana tersentak ke depan. Untung saja kepala Alana tidak terantuk ke dashboard mobil. Hah, aku sangat cemas dan takut bila Alana terganggu dari tidurnya. Namun, kenyataannya Alana masih tidur dengan sangat pulas.

"Dia tidur atau pingsan?" batinku.

Aku menjalankan mobilku lagi setelah mobil di depanku berjalan dan tak habis pikir setelah beberapa menit kemudian. Biasanya aku akan memaki orang tersebut, namun kali ini aku tidak ingin membuat kekacauan yang akan membuat Alana terbangun dari tidurnya.

Entah kenapa, aku merasa sangat menyukai wajah Alana ketika tertidur seperti ini. Ia terlihat sangat damai dalam tidurnya dan itu membuatnya semakin bertambah cantik lagi. Dan setelah menempuh beberapa menit lamanya, akhirnya kami sampai di depan rumah Max. Aku keluar dari mobil, lalu memutari mobil tersebut dan membukakan pintu untuk Alana yang masih sangat terlelap. Aku memandangi wajah Alana hingga sekarang wajah kami sangat dekat. Entah mengapa setan dan malaikat dalam tubuhku saling berargumen, dan menyuruhku harus mencium Alana atau tidak. Namun sepertinya setan dalam tubuhku yang berhasil memenangkan adu argumen tadi, hingga tubuh dan otakku tak bisa lagi menahan untuk tidak mengecup bibir manisnya itu.

Cup.

🍒🍒🍒

Author POV

Bibir Sean dan Alana bersentuhan. Baru saja Sean ingin mengecup lebih dalam bibir Alana. Namun tiba-tiba ada yang menarik tubuhnya ke belakang.

Bugh.

Wajah Sean di pukul oleh seseorang dengan sangat keras. Karena Sean tidak siap dengan serangan mendadak tersebut, maka tubuhnya pun tidak seimbang dan ia jatuh ke lantai. Orang tersebut menggenggam kuat kerah baju Sean dan mengangkatnya hingga kembali berdiri.

"Jangan sentuh adikku, bajingan!" teriak orang yang tak lain adalah kakak kandung dari Alana Gibson.

"Max," rintih kecil Sean.

"Lepaskan dia, Max!" teriak Alana yang sudah terbangun dalam tidurnya.

Alana terjaga pada saat mendengar Max memukuli Sean dan ia sangat kaget dengan sikap sang kakak. Ketika melihat Sean di angkat paksa oleh Max, hal itu nyatanya membuat ia tak tahan untuk tetap diam tanpa bersuara. Max lantas melepaskan genggamannya di kerah baju Sean, ketika mendengar perintah Alana.

"Apa kalian sudah gila?" caci Alana kepada mereka berdua.

Max dan Sean hanya diam menatap Alana. Ia yang merasa diacuhkan oleh Max dan Sean, akhirnya memutuskan untuk tidak ikut campur dalam urusan mereka dan memilih masuk ke dalam rumah. Setelah Alana masuk, Max menatap Sean dengan sangat tajam. Namun yang di tatap hanya tersenyum tipis melihat ekspresi marah sahabatnya tersebut.

"Tenanglah, Max," Sean menepuk-nepuk pundak Max dengan pelan

Bugh.

Tapi sekali lagi Sean mendapatkan pukulan dari Max. Namun kali ini bukan di wajah, melainkan di perutnya.

"Aaarghh..." rintih Sean sambil memegangi perutnya.

Sean tahu dia yang salah dalam hal ini, jadi ia tidak membalas pukulan Max sama sekali. Setelah mendaratkan pukulan keduanya di perut Sean, Max tersenyum puas.

"Akhirnya aku ada alasan untuk memukulmu, Sean!" tegas Max.

"Aku tidak masalah jika ratusan kali di pukul olehmu, asalkan aku bisa tetap dekat dengan adikmu yang seksi itu," goda Sean.

"Jaga ucapanmu, bajingan!" Max menekan kata-katanya.

"Hahaha..." Sean terkekeh.

"Aku hanya bercanda, Max. Aku tak menyangka kau seprotektif itu," sambung Sean.

"Pulang ke rumahmu, Sean! Atau aku akan kembali menghajarmu untuk yang ketiga kalinya!" usir Max yang segera di balas oleh kekehan Sean kembali.

"Ingatlah, Max. Aku bahkan sudah memukulmu. berpuluh-puluh kali. Jadi, kau masih kalah jauh denganku," balas Sean.

Ya, begitulah Sean dan Max mereka sudah bersahabat sejak lama, namun mereka tidak akan segan untuk memukul salah satu di antaranya jika ada yang berbuat salah. Dan Max adalah orang yang paling sering di pukul oleh Sean, karena Max adalah alasan utama jika seorang Chole menangis. Walaupun begitu, mereka tidak memiliki perasaan dendam satu sama lain. Jika mereka bertengkar pun, itu hanya bertahan beberapa jam, lalu akan kembali akrab seperti biasanya.

"Sialan kau!" umpat Max.

Sean hanya terkekeh mendengar gerutuan Max tersebut, ia masuk ke dalam mobilnya dan berbelok masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Sean turun dari mobil dan menatap ke arah rumah Max, di situ sahabatnya itu masih berdiri. Tatapan mereka bertemu dan Max tiba-tiba mengacungkan jari tengah, sebelum akhirnya berbalik meninggalkan Sean begitu saja. Sean terkekeh melihat tingkah Max, dan ia pun masuk juga kedalam rumahnya.

Di sisi lain, Alana menunggu Max menyelesaikan perkelahiannya dengan Sean di ruang tamu rumah Max. Alana baru sadar jika Ia belum mengabarkan ibunya jika Ia sudah sampai di Jakarta dari kemarin.

"Mommy pasti sangat khawatir," batin Alana

Ia sudah merasa sangat gerah saat ini, namun gadis itu masih berencana menunggu Max masuk ke dalam rumah. Ia ingin meminjam ponsel Max untuk menghubungi sang ibu, sekaligus ingin mengetahui alasan dua sahabat tersebut berkelahi.

Beberapa menit lamanya Alana menunggu, ia melihat pintu utama di buka dari luar. Ia bergegas bangkit dari duduknya dan siap menyambut kehadiran Max.

"Maxxx..." panggil Alana.

"Ya?" jawab Max, mendekati Alana.

"Kenapa kau tadi memukul Sean?" Alana ingin mengetahui terlebih dahulu alasan Max memukul Sean sebelum akhirnya Ia mau meminjam ponsel Max.

"Karena tadi bibir adikku yang cantik ini dinodai oleh bibir kotor pria bajingan itu," jawab Max santai.

Alana tidak mengerti maksud omongan Max. Ia diam sesaat mencerna jawaban dari Max.

"HAH?!"

***

To be continue

Jangan lupa vote dan comment yaa

Follow instagram : itsviy_

Terima kasih.

Love,

Itsviy (26.07.2018)

STORY OF ALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang