SOA [REMAKE] - PART 25 - I'M RUNNING OUT OF PATIENCE

7.6K 364 12
                                    

Author POV

"Apa kau sanggup, Sean?" tanya ayah Jane, menampilkan senyuman seperti meremehkan.

Sean mengepalkan kedua tangannya, berusaha menahan emosinya, "Kita lihat saja nanti!" ucap Sean mendekat ke arah sang ibu dan mengecup keningnya. Setelah itu dia langsung meninggalkan ruangan Jane tanpa menoleh sedikit pun ke arah orang-orang yang ada di ruangan Jane tersebut.

🍒🍒🍒

Alana POV

Entah sudah berapa kali aku menguap dan mengutuk Sean karena tindakannya yang sesuka hati tersebut.

"Kau terlihat kacau," ucap Johana menggelengkan kepalanya menatapku.

"Ini semua gara-gara atasan bodohmu itu. Lihatlah kalau nanti dia ke sini nanti akan ku cabik-cabik wajahnya!" seruku dengan penuh dendam dan menggenggam erat pena di tanganku.

"Sudah Tinggal dua berkas lagi. Setelah itu kita bisa pulang, ayo semangattt...!" ucap Johanna dengan berapi-api.

Sedangkan aku hanya bisa menatapnya dengan sinis lalu memutar kedua bola mataku. Satu jam kemudian, berkas-berkas itu pun selesai kamu bereskan dan berhasil membuat mood ku kembali.

"Huffft... Akhirnya selesai juga!" seruku dengan semangat.

Johana pun sama senangnya denganku dan saat aku melirik ke arah jam di dinding, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Untunglah sore tadi Johanna dengan baik hati membelikanku makan, bayangkan saja jika tidak? Mungkin ku rasa aku sudah dilarikan ke rumah sakit karena terkena sakit maag.

"Tunggu sebentar di sini, akanku bereskan berkas ini lalu kita pulang," ucap Johanna.

Aku hanya mengangguk dan diam selagi menunggunya membereskan berkas-berkas tersebut. Lima menit kemudian, dia sudah selesai membuat mejaku bersih dari berkas-berkas aneh tersebut.

"Ayo kita pulang," ajaknya.

"Astaga!" teriakku ketika aku teringat jika aku masih tidak tahu alamat rumah Max. Terlebih lagi aku juga tidak membawa uang lagi. Semua ini gara-gara Sean.

Johanna menatapku dengan heran, "Kau kenapa?" tanyanya.

"Apa kau mau memberikanku tumpangan?" tanyaku dengan hati-hati, karena tidak enak harus merepotkannya terus menerus.

"Jadi itu masalahnya, tentu dengan senang hati" jawabnya dengan riang.

Aku sedikit curiga dengannya, dia terlihat sangat senang ketika aku ingin menumpang kepadanya. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu cara satu-satunya cara ku agar bisa sampai ke rumah.

"Ayo," dia menggenggam tanganku dan menuntunku ke arah pintu keluar.

🍒🍒🍒

Sean POV

Kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan pukul 18:15 Malam. Aku masuk ke dalam mobil, lalu menjalankannya dengan kecepatan dua lipat dari kecepatan normal. Aku sedang kesal saat ini. Dan aku ingin sekali melampiaskannya. Aku mengambil ponsel, lalu menghubungi seseorang.

"Daniel"

"....."

"Dimana kau?"

"....."

"Tunggu aku, aku akan segera ke sana,"
Jawabku lalu memutuskan panggilan tersebut.

Aku tadi menghubungi Daniel Maxwel. Pria yang tadi siang dengan terang-terangan berani menggoda Alana di depanku. Tunggu. Alana? Astaga. Bagaimana bisa aku melupakannya. Aku memutar balik mobilku. Tadinya aku ingin menyusul Daniel ke club langganan kami. Namun, aku baru sadar jika aku meninggalkan Alana di kantorku dan lima belas menit kemudian, aku sampai di depan lobi perusahaanku. Aku memarkirkan mobilku sembarangan. Dengan tergesa-gesa aku turun dari mobil dan masuk ke dalam lobby perusahaan.

STORY OF ALANADonde viven las historias. Descúbrelo ahora