Chapter 6

249 16 0
                                    

Sementara para prajurit Van Eych menyiapkan pernikahan jendralnya, Van Eych dengan kereta kudanya datang kerumah Amor untuk menjemput orang tua Amor. Orang tua Amor kaget, mereka mengira mereka akan dibunuh oleh Van Eych atau semacamnya. Tetapi, Van Eych malah menawarkan mereka untuk naik ke kereta kuda mahalnya dan ikut bersamanya. Karena takut, orang tua Amor pun ikut.

Setelah sampai, Amor langsung berlari dan memeluk kedua orang tuanya. Amor merasa rindu karena setelah Amor dibawa untuk menari, ia tidak lagi pulang. Orang tua Amor kemudian menanyakan apa yang terjadi dan mengapa Van Eych membawanya.

"Sayang, sudah seminggu lebih kamu disini, apa kau baik-baik saja? apa mereka menyiksa mu?" Tanya ibu Amor.

"Tidak, bu. Aku dibawa hanya untuk menari." Jawab Amor.

"Lalu mengapa kamu tidak kembali pulang?" Sambung ayah Amor.

"Mereka tidak membiarkan kami untuk pulang."

"Kalau begitu mengapa kami dibawa juga kesini?" Tanya ayah Amor.

Amor menjawab "Aku tidak tahu, ayah."

Amor tidak ingin mengatakan yang sebenarnya, Amor takut, jika ia mengatakan bahwa ia akan menikah dengan Jendral itu (Van Eych), ayahnya akan memberontak melawan Van Eych. Karena Amor tahu, ayahnya tidak akan rela jika ia harus menikah dengan pria seperti Van Eych. Dan Amor juga tahu, bahwa ayahnya akan kalah jika melawan Van Eych, mengingat Van Eych punya banyak prajurit bersenjata.

Orang tua Amor kemudian dibawa menuju sebuah kamar tempat mereka beristirahat. Dan setiap hari mereka dibawakan makanan yang lezat. Orang tua Amor semakin bingung.

"Mengapa mereka berbuat baik kepada kita?" Gumam ayah Amor.

Semakin hari, akan adanya sebuah pernikahan semakin nampak. Dekorasi didinding, kursi-kursi yang tertata rapi, dan meja-meja yang tersusun indah dihalaman. Orang tua Amor pun semakin bingung.

"Apakah akan ada pesta? lalu mengapa mereka mengundang kita?" Gumam ibu Amor.

Tepat pada hari pernikahan, Amor di dandani secantik mungkin dengan mengenakan gaun putih indah dan berkilau, Amor terlihat seperti seorang ratu. Disisi lain, orang tua Amor juga dibuat layaknya seorang pejabat dan istri pejabat. Orang tua Amor semakin dilanda kebingungan. Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa yang akan terjadi dan siapa yang akan menikah.

Setelah siap, ibu Amor kemudian dibawa ke aula tempat pernikahan berlangsung dan duduk dikursi depan. Sedangkan ayah Amor dibawa ke sebuah ruangan dimana disitu ada Amor yang tengah duduk manis. Melihat Amor yang seperti seorang mempelai itu, ayah Amor heran dan mulai curiga.

"Amor, mengapa kamu berpakaian seperti ini? apakah kamu yang akan menikah? dengan Jendral brengsek itu?" Bentak ayah Amor.

Amor kemudian berdiri dan  memeluk ayahnya.

"Aku minta maaf karena tidak terus terang kepadamu, ayah. Aku takut ayah akan melarangku dan melawannya." Ungkap Amor.

"Maksudmu, kamu tidak ingin kalau ayah melarangmu? artinya kamu memang ingin bersamanya." Lanjut ayah Amor.

"Tidak, ayah. Aku tidak ingin bersamanya, semua ini kulakukan agar dia meninggalkan desa, dia akan meninggalkan desa kalau aku menerimanya." Teriak Amor dengan dekapan yang semakin erat pada ayahnya.

"Dengan mempertaruhkan dirimu?"

"Aku melakukan ini untuk ayah dan ibu. Kalau tidak, dia akan tetap disini menyiksa kita semua."

"Sudah waktunya untuk mempelai wanita menuju altar." Terdengar suara dari pintu, itu salah satu prajurit Van Eych.

Amor kemudian melepaskan pelukannya, dan bersiap menuju altar. Dengan berat hati, ayah Amor menemani Amor menuju altar dimana disana sudah ada Van Eych, pendeta, dan lainnya. Saat ibu Amor berbalik, ia kaget, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ternyata yang akan menikah dengan Jendral itu adalah Amor anaknya. Raut wajah ibu Amor kemudian berubah, ia sangat sedih dengan apa yang terjadi.

Setelah Amor dan ayahnya sampai dialtar, tiba-tiba...

***

_penamerah

Between Love & PowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang