Part 2 - Everything is a Joke

2.2K 170 5
                                    

Krist memesan segelas kopi dan duduk di sudut cafe sambil menyusun puzzle di otaknya satu per satu. Ia sedang melamun, mengingat kembali apa yang terjadi saat diruangan praktek, membayangkan wajah Singto yang tampan di balik kaca mata dan telah diam - diam mencuri ciumannya. Tanpa disadari wajah Krist bersemu merah dan hatinya terasa bergetar.

"Ini pasti cuma mimpi...apa yang sudah kulakukan?" gumannya. "Kenapa perasaanku jadi aneh begini? Aku tidak benar-benar tertarik padanya, kan?"

Ia memperhatikan pasangan yang lalu lalang di jalan melalui kaca, di kejauhan ia juga melihat sepasang pria yang sedang berjalan sambil bergandengan tangan, keduanya tampak bahagia. Tidak ada yang aneh dengan pasangan itu, pikirnya. Asalkan keduanya bahagia, tidak perlu memikirkan bagaimana pandangan orang lain.

"Kau sudah menunggu lama?" tanya Singto yang baru saja tiba sambil meletakkan segelas kopi di atas meja. Krist terenyak dari lamunannya dan seraya menoleh pada Singto yang sedang memandangnya sambil tersenyum.

Krist tampak tersihir oleh pesona pria itu sesaat, namun ia segera mengalihkan pandanganya.

"Kopimu sudah habis, mau aku pesankan yang baru?" ia menawarkan.

Krist menggeleng pelan. "Tidak usah, terima kasih."

"Apa yang kau lihat?" Singto merasa penasaran dan mengikuti arah pandang Krist dengan ekspresi bingung.

"Aku sedang melamun, tanpa sadar menghabiskan kopinya..." jawab Krist gugup. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Aku ingin mengajakmu ke tempatku, kita bisa bicara disana..aku tinggal sendirian."

"Kenapa tidak bicara disini saja? Kau kan sudah memesan kopi..."

"Karena topiknya pribadi, aku tidak ingin di dengar orang..."

Krist mengangguk pelan dan mengerti, ia merasa alasan Singto masuk akal. Ia juga tidak ingin membahas soal apa yang terjadi ruangan praktek di tengah cafe yang ramai seperti ini. Mereka pun berjalan menuju mobil Singto yang di parkir di luar cafe.

Mobil melaju memasuki halaman rumah Singto yang luas dan berhenti di sebuah rumah modern dengan dinding kaca.

Krist mengamati sekeliling rumah dengan takjub, ia sama sekali tidak merasa heran bahwa Singto ternyata adalah anak orang kaya, karena pekerjaannya adalah dokter specialis di rumah sakit ternama di Bangkok. Bahkan pintu masuknya pun menggunakan kunci eletronik dengan fingerprint.

Singto menyerahkan baju ganti pada Krist dan menyuruhnya untuk mandi terlebih dahulu, sementara ia memesan makan malam.

"Malam ini menginaplah disini, untuk merayakan hari pertama kita jadian..." usul Singto.

"Sudah kubilang, kau tidak perlu bertanggung jawab, aku tidak akan mempermasalahkannya..."

"Alasanku bukan tanggung jawab, aku sudah memberitahuku sebelumnya...aku menyukaimu Krist..." Singto menguncinya di pintu kamar mandi, mencoba meyakinkannya sembari menggodanya. "Atau kau ingin membuktikannya dengan melanjutkan yang tadi siang?"

Mendengar itu, Krist segera mendorong tubuh Singto dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Singto tertawa terkekeh sambil menggelengkan kepala melihat reaksi Krist.

Selanjutnya, ia menuju dapur dan mempersiapkan dinner date untuk mereka.

Sementara itu, Krist yang telah selesai mandi berdiri memarung dan menatap dirinya di depan sebuah cermin besar. Ia hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggangnya. Seakan masih berada di antara mimpi dan sadar, ia lalu memejamkan matanya dan kembali membayangkan kejadian tadi siang, tanpa disadari sesuatu di bawahnya mulai bereaksi dan tampak mencuat dari balik handuk putihnya.

Bahasa Indonesia - Struggle Between Love and Lust (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora