Part 21 - The Acted Never Lie

1.2K 103 8
                                    

"Bagaimana keadaan Dr. Sing? Kenapa dia menangis tadi malam?" tanya Wayo pada Pha yang sedang menyantap makan siangnya di cafetaria saat Singto sedang mengantri makanannya.

"Aku tidak menanyakan alasannya..." jawab Pha. "Aku hanya berusaha membuatnya tenang dan melupakan masalah dan meringankan beban di hatinya..."

"Lalu, sudah sejauh mana hubungan kalian?"

"Ha?" Pha bertanya bingung. "Aku bahkan sudah hapal dimana letak birthmark di bagian tubuhnya yang paling privasi..."

"Aku tidak mengacu pada hubungan seksual kalian!" protes Wayo. "Yang kumaksud sudah sejauh mana kau meraih hatinya?"

Baru saja akan menjawab petanyaan Wayo, tiba-tiba saja Pring datang bergabung di meja mereka dan langsung mengambil tempat di samping Pha.

"Halo, Dokter Pring." sapa Wayo.

"Halo, N'Wayo." balas Pring. "Aku mendengar kalian menyebut Dokter Sing, apakah dia baik-baik saja?"

Wayo meletakkan peralatan makannya seketika dan tersenyum menoleh ke arah Pring. "Ya, semuanya sempurna..."

Tidak lama kemudian Singto pun kembali, ia terlihat kaget saat melihat tempatnya di ambil oleh Pring. Melihat itu Wayo segera bergeser dan membiarkannya duduk di depan Pha.

"Dokter Sing, kau ingin tukar posisi denganku?" tanya Pring.

"Tidak perlu." balas Singto dingin dan langsung melahap makanannya tanpa bersuara, Wayo dan Pha bertukar pandang sejenak mencoba menebak reaksinya.

"Pha, kau mau udang?" tanya Pring tiba - tiba. "Aku alergi dengan udang..." ia lalu menjepit udangnya dan menaruhnya di piring Pha tanpa jawaban dari pria itu mengiyakan, Singto melototinya tanpa sadar.

"Pha tidak makan udang!" komentarnya tiba-tiba lalu menjepit udang dari piring Pha dan langsung memakannya, seluruh mata tertuju padanya seketika, dan Pha tersenyum kecil.

"Aw, maaf aku tidak tau." ujar Spring.

Spring tiba-tiba tersedak dan batuk sambil menutup mulutnya, lalu meraih gelas minuman Pha di sebelahnya dan langsung meneguknya.

"Aw, maaf...aku salah gelas." gadis itu menaruh gelas Pha kembali ke tempatnya.

Pha mengangguk pelan mengatakan tidak apa - apa, lalu saat hendak mengangkat gelasnya untuk minum, tiba-tiba saja Singto memindahkan gelas minumannya ke depan Pha. Melihat itu Pha meletakkan kembali gelasnya dan meneguk minuman kekasihnya.

Pring menyadari adanya atmosfir berbeda dari Singto yang tidak seperti biasanya, pria itu sepertinya tidak menyambut kehadirannya. Sebelumnya pria itu cuek dan tidak perduli jika ada yang mencoba mendekati Pha, namun akhir –akhir ini ia terlihat cemburuan dan posesif pada suaminya.

Pring tidak sengaja menangkap saos yang menempel di ujung bibir Pha, lalu segera mengambil tissue untuk Pha. Singto seraya menatap mata Pha lurus dan menjilat bibirnya sendiri. Pha buru-buru merebut tissue dari Pring dan membersihkan mulutnya sendiri.

"Kau ingin ku ambilkan dessert, Pha?" tanya Pring sambil menyentuh tangan pria itu di atas meja. "Kalian juga mau?" ia tidak lupa bertanya pada Wayo dan Singto.

"Aku sudah kenyang, terima kasih..." jawab Wayo.

Singto tidak menghubris pertanyaan Pring, pandangannya tertuju pada tangan Pha lurus dan ekspresinya berubah seketika, Wayo dan Pha menyadari hal itu. Pria itu buru-buru menarik tangannya dari Pring, dan menggenggam tangan Singto hingga membuat pria itu terenyak seketika dan hendak melepaskan tangannya, namun Pha mencengkramnya erat, menolak melepaskannya dan bersikap casual. Singto langsung melirik ke arahnya dan menggertakkan giginya, namun Pha tidak mengabaikannya.

Bahasa Indonesia - Struggle Between Love and Lust (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang