Part 19 - The Love Strategy

1.1K 97 21
                                    

Singto merapikan meja kerjanya dan bersiap-siap hendak pergi ke kafetaria untuk makan siang, tanpa sengaja matanya tertuju pada jarinya, dan teringat cincin pernikahannya tertinggal di dalam saku celananya. Sesuatu melintas di kepalanya, rasa penasarannya bertanya kenapa Pha melepas cincinya padahal pria itu begitu antusias dengan pernikahan ini. Singto segera mengabaikan peraasaannya dan meninggalkan ruangan setelah pamit pada asistennya N'Jane.

Setibanya di kafetaria, Singto tidak sengaja menangkap pemandangan Pha sedang bercanda tawa dengan seorang dokter wanita di depan stand minuman. Singto mematung sejenak mengawasi mereka, dan tiba-tiba dikagetkan oleh Wayo.

"Kau tidak sedang cemburu, kan?"

"Hah?" Singto kaget dan menoleh pada Wayo. "Bodoh!" komentarnya singkat.

"Kau lihat itu? Dokter Pha, sangat serasi dengan Dokter Spring, mereka terlihat seperti pasangan real, cantik dan tampan!" puji Wayo.

"Aw, Nong! Kau tidak cemburu?" Tanya Singto menggodanya.

"Apa statusku untuk cemburu disini?" protes Wayo. "Aku sudah menyerah soal taruhan, aku tidak beruntung."

"Serius?"

Wayo mengangguk ringan. "Kau sudah memesan makanan?" tanyanya mengalihkan pembicaraan, Singto menggeleng pelan.

"Aku duluan." pamitnya Wayo lalu pergi meninggalkannya.

Mereka duduk di meja yang sama setelah memesan makan, sementara Pha mengambil tempat di meja yang lain bersama Dokter Spring. Mereka terlihat asik mengobrol dan tertawa tanpa menghiraukan sekelilingnya. Mata Singto sesekali melirik ke arah keduanya dengan ekspresi penasaran, Wayo menyadari sikapnya dan tersenyum.

"Kalau merasa gusar sebaiknya kau menghampiri mereka, Dokter Sing! Kau kan istrinya!" goda Wayo.

Singto terenyak seketika melirik Wayo tajam dan memprotes. "Siapa yang istrinya? Aku tidak mengakui pernikahan ini!"

"Aw, benar juga! Baguslah kalau begitu!"

"Maksudnmu?"

"Jadi yang lain punya kesempatan. Dokter Pha seharusnya menikahi seorang wanita cantik yang bisa mengurus rumah tangga dan dirinya, dan yang paling utama bisa memberinya keturunan." tutur Wayo menyindirnya.

Singto merasa dadanya seperti di hantam batu besar, ia kehilangan selera makannya seketika. "Aku akan mendoakan agar suatu hari nanti ia akan memliki sebuah keluarga yang sempurna seperti katamu." selesai berkata seperti itu, ia segera membereskan makanannya dan meninggalkan cafetaria.

Pha seraya melirik ke arah Singto yang terlihat marah meninggalkan tempat itu, lalu diam termenung sejenak, penasaran dengan apa yang Wayo bicarakan dengannya.

Singto merasa perutnya masih keroncongan karena tidak menghabiskan makan siangnya, jadi ia mengirimkan LINE pada Krist dan mengajaknya bertemu di restoran. Setelah mendapat jawaban dari pria itu, wajahnya kembali berseri, ia segera menyetir mobilnya dan melaju menuju tempat kencannya dengan Krist.

Di restoran, ia memesan dua mangkok mie tomyam dan segelas jus jeruk, lalu dengan lahap menghabiskan makanannya.

"Kau sudah berapa hari tidak makan, P'Sing? Kau tidak sedang hamil, kan?" goda Krist.

"Jangan bercanda Krist! Itu tidak lucu!" protes Singto.

Pria itu tertawa cekikikan melihat ekpresi Singto. "Sejak masuk ke restoran, kau hanya fokus pada makananmu tanpa mengajakku bicara."

"Maaf, aku kelaparan." ujar Singto. "Kau tidak selera makan?" Singto melirik mangkok mie Krist yang masih setengah.

"Aku sudah makan sebelum kemari."

Bahasa Indonesia - Struggle Between Love and Lust (Complete)Where stories live. Discover now