Part 9 - Frame on the Past

1.2K 127 9
                                    

Krist sudah kembali tampil di Pub seperti biasanya, namun ia tidak pernah lagi melihat sosok Singto yang biasanya duduk mengamatinya dari meja Bar setiap malam.

'Apakah P'Sing sedang sakit?' Krist bertanya dalam hati.

"Krist! Kau sedang memikirkan sesuatu?" Emma menepuk pundaknya.

"Dia pasti sedang memikirkan tentang rencana kencan kalian weekend ini." goda salah satu temannya.

"Selama kau sakit, Emma tidak fokus tampil, kadang-kadang ia sampai lupa lirik."

"Oh, iya ngomong-ngomong tamu regular kita beberapa hari ini tidak kelihatan, apakah kalian mendengar sesuatu?"

"Tamu regular yang mana maksudmu? Tamu regular kita banyak!"

"Pasangan gay yang suka duduk di meja bar, dengar-dengar keduanya dokter, ada yang tau mereka kemana?"

"Mungkin sudah menikah dan sedang pergi honeymoon.."

"Tetapi beberapa malam sebelumnya, aku masih melihat salah satunya minum seorang diri, apa mereka bertengkar?"

"Kenapa tiba-tiba kau membicarakan mereka? Kau tidak tertarik pada salah satunya, kan?"

"Karena awalnya kupikir salah satunya menyukai Emma, setiap kali kita tampil ia selalu memperhatikan Emma, tetapi ternyata dia..."

"Gay? Hahaa..." semuanya tertawa terbahak – bahak, kecuali Krist yang sedang berusaha menahan emosinya. "Jika tidak, mungkin Krist akan kehilangan kesempatan mendapatkan Emma."

"Benar, coba kalian pikir...gadis mana yang akan menolak jika punya pacar seorang dokter yang kaya, tampan pula. Aku juga tidak menolak jika dia mengejarku..."

"Cukup!" potong Krist tiba-tiba kehilangan kesabarannya. "Kalian tidak punya kerjaan selain berggosip tentang orang lain? Mereka datang atau tidak kita tetap harus tampil."

Emma mengelus dada Krist menenangkannya. "Sudah, sudah kita kan hanya bercanda, tidak perlu emosi begitu, apalagi kita tidak begitu kenal dengan mereka, hanya penasaran."

"Krist marah karena kita menyinggung Emma..."

"Membicarakan orang lain di belakangnya itu tidak sopan, apalagi dia adalah tamu regular kita. Kau tidak mau kehilangan pemasukanmu, kan?" Krist berteriak emosi.

Selesai berkata demikian Krist berlalu meninggalkan grupnya dengan emosi, Emma segera mengejarnya dan berusaha membujuknya.

"Krist! Kau kenapa?" Tanya Emma. "Biasanya kau cuek kalau kita bergossip tentang tamu-tamu kita yang lain. Kenapa kau emosi kali ini?"

Langkah Krist berhenti, ia mematung membelakangi gadis itu. Hatinya terasa terbakar mendengar teman-temannya menertawakan tentang Singto. Ia juga merasa menjadi bagian dari lelucon teman-temannya, karena ia juga merupakan bagian dari cerita Singto dan Pha.

"Ada yang kau sembunyikan dariku, Krist? Sepertinya sikapmu berubah sejak kau sakit..."

"Kondisiku belum pulih sepenuhnya, aku lelah." jawab Krist berbohong. "Maaf."

"Aku tidak buta Krist, aku juga tidak bodoh." ujat Emma. "Beberapa waktu lalu aku melihat P'Pha menunggumu di depan Pub, aku mengikuti kalian ke tanah kosong di belakang Pub. Meskipun aku tidak tau apa yang kalian bicarakan, tetapi kalian sepertinya bertengkar."

Krist terkejut mendengar pengakuan Emma, ditatapnya gadis itu terbelalak. "Kau apa? Memata-mataiku?"

"Memangnya tidak boleh? Kau kan pacarku..."

"Itu namanya mengusik privasi orang, Emma! Aku tidak suka dimata-matai! Itu artinya kau tidak percaya padaku!"

"A-aku tidak bermaksud memata-matai, aku hanya tidak sengaja melihatmu..."

Bahasa Indonesia - Struggle Between Love and Lust (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang