4. changed

2.5K 298 184
                                    

Sorotan cahaya lampu berbagai warna, pula suara bising di sekitar yang memekakkan telinga justru menambah rasa pening di kepala. Naruto mengembuskan napas lelah. Niatannya ke tempat hiburan malam adalah menghilangkan gundah, tetapi yang ia dapati justru kehampaan.

Ia kembali menenggak whiskey di hadapan, berusaha mendapatkan sensasi yang ditimbulkan. Namun kenyataannya, tubuhnya masih saja mampu menoleransi alkohol yang ia konsumsi; ia tidak mudah mabuk, seberapa banyak pun cairan itu mengalir di dalam darahnya.

Desahan frustrasi lolos dari celah bibirnya yang merah kecokelatan. Ia kini sendiran. Sasuke, seseorang yang mengajaknya bertemu justru melarikan diri entah ke mana, dan Naruto tiada peduli. Ia menyentuhkan ujung jari telunjuk pada mulut botol dengan gerakan memutar, ia benar-benar bosan.

Hingga beberapa menit kemudian suara lembut dari kaum hawa terdengar berbisik di telinganya secara tiba-tiba, membuat kepala pirang itu mau tak mau menoleh pada asal suara. Dan sesosok wanita berbaju minimlah yang tertangkap pandangan mata.

"Hay, bolehkah aku menemanimu?" sapa wanita itu dengan suara yang dibuat menggoda.

"Tentu. Duduk saja."

Mendapatkan izin, tentu wanita bersurai kecokelatan itu mendudukkan diri, menggantikan posisi Sasuke yang telah pergi. "Kau sendirian?"

"Ya." Naruto menjawab singkat. Meskipun dada besar sang wanita tampak menyembul seolah memang sengaja diumbar, namun tatapan safir biru itu justru tampak kosong menerawang pada botol-botol di atas meja. Ia tidak tergoda sama sekali.

Sedangkan wanita di depannya terlihat sedikit terkejut mendapati sikap dingin pria yang sebenarnya sudah ia incar sejak tadi. Namun, ia segera mengganti mimik wajah cantiknya; kembali mengurva senyuman. Yah, ia bukanlah seorang yang mudah menyerah untuk mendapatkan buruan.

"Sepertinya kau baru pertama kali ke sini, ya? Wajahmu terlihat asing." Ia kembali melancarkan pendekatannya.

"Ya." Namun, lagi-lagi Naruto tampak acuh menanggapi. Ia justru kembali meraih sebatang rokok di hadapannya, menyalakan kembali ujungnya sembari mengapit benda bernikotin itu pada sela bibir.

"Ah, maaf. Sepertinya aku mengganggumu." Senyuman itu lenyap. Merasa terabaikan, tentu sang wanita menjadi merasa tak enak hati. Ia segera bangkit berdiri. Sepertinya pria incarannya sedang ingin sendiri.

Namun ...

Tanpa terduga Naruto justru meraih pergelangan tangan wanita itu, membuat sang wanita kembali terduduk seperti semula. Lengkungan senyumannya yang menghilang, kini tumbuh semakin mengembang.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedang stress. Duduklah kembali."

Dan ... wanita itu terpaku ketika pandangan mereka bertemu.

"Y-yah, sebagian yang datang ke tempat ini memang memiliki alasan yang sama; stres. Sisanya hanya bersenang-senang." Sungguh, netra biru itu seakan menghipnotisnya, membuat ia sedikit tergagap ketika berkata.

Alis pirang Naruto naik sebelah mendengarnya, "Kau pun sama?"

"Tentu tidak, aku selalu datang ke sini setiap malam untuk mencari uang." Ucap sang wanita apa adanya. Setelah sedikit berbincang, nyatanya ia semakin nyaman untuk melanjutkan obrolan. "Tentu kau tahu apa pekerjaanku dengan bajuku yang seperti ini, bukan? Aku menjual tubuhku, meskipun aku melakukan semua itu dengan terpaksa. Ada seorang pria kecil yang harus kucukupi kebutuhan hidupnya." Lanjutnya.

"..."

Sedangkan Naruto terdiam mendengar penuturan sang wanita---yang ternyata adalah seorang kupu-kupu malam. Ia teringat putranya secara tiba-tiba.

MINE✔Where stories live. Discover now