{10}Senyummu membuatku berdebar (2)

3.8K 295 32
                                    

"Nak Syafiq, Ustaz Hafiz kan jago kaligrafi nih...kenapa gak mendaftarkan diri? Bukannya dia selalu tampil tiap tahunnya di acara balai kota?" Tanya Abi Hasna dengan wajah yang berseri.

Seperti tak sadarkan diri. Syafiq sama sekali tak mendengar apa yang Ustaz Ibrahim katakan. Ia masih sibuk dengan fikirannya. Memikirkan apa yang sewajarnya tak harus ia fikirkan. Senyum yang terpampang jelas di balik layar ponselnya, membuat jantung Syafiq masih berdecak nakal. Sesekali ia melirik layar ponselnya.

Foto gadis itu masih terpampang nyata. Syafiq sama sekali belum memindahkan foto Hasna dengan membuka aplikasi lain. Berulang kali ia meyakinkan dirinya jika itu adalah Hasna. Bukan Syabila. Tapi hatinya tetap saja masih enggan mengakui jika kenyataan gadis yang berjalan jauh di belakangnya itu adalah Hasna.

"Nak Syafiq?" Tegur Ustaz Ibrahim
"Hah iya Ustaz kenapa?"

Ustaz Ibrahim tertawa renyah. "Sepertinya ada yang mengganggu fikiranmu. Dari rumah tadi kamu banyak ngelamun."

Syafiq tersinyum simpul. "Afwan Ustaz," tutur Syafiq merasa tak nyaman.

Hasna yang berjalan di belakang Syafiq dan sang Abi memperhatikan punggung keduanya. Syafiq dan sang Abi benar-benar serasi dalam hal gaya berpakaian. Ke mana pun pergi, mereka akan mengutamakan baju koko. Jiwa santri sudah melekat dengan keduanya. Hasna tersenyum renyah.

"Hasna...,"panggil sang Abi menoleh ke belakang.

Merasa diperhatikan oleh sang Abi dan Syafiq Hasna bergegas mempercepat langkahnya.

"Iya Bi ada apa?" Tanya Hasna

"Abi mendadak ada telpon kalo Abi harus ke luar kota jam dua nanti, ada urusan mendadak. dan ini udah hampir zuhur. Abi harus cepat cepat pulang."

"Jadi kita pulang sekarang?" Tanya Hasna

"Sepertinya Abi pake Gojek aja, biar sekalian langsung ke rumah. Dan kamu sama Syafiq ke pondok," jelas sang Abi

Hasna dan Syafiq merasakan jantung yang berdebar.

Hasna sempat melirik Syafiq yang menampilkan wajah yang tak karuan. Begitu pun Hasna. Kecanggungan pasti akan dirasakan oleh ke duanya.

"Syafiq kamu gak keberatan kan kalo bawa Hasna satu mobil dengan kamu? Ana khawatir kalo Hasna pulang pake taxi atau gojek. Lebih baik Ana menyuruh Antum yang sudah Ana percayakan."

Syafiq merasa tak nyaman jika harus menolak. Toh dia mengerti jika Hasna adalah putri semata wayang Ustaz Ibrahim. Kegelisahan pasti akan menyerang sang Ayah jika putrinya harus diserahkan dengan orang yang tak dikenali. Bukannya suudzon. Tapi ada kalanya harus berhati-hati.

"Tidak masalah Ustaz," jawab Syafiq dengan lembut.

"Yasudah. Syafiq Ana minta tolong pesankan gojek yah. Dan Hasna, Abi minta maaf hari ini kita gak jadi makan malam, InsyaAllah minggu depan ya nak," ucap Abi Ibrahim merasa tak nyaman dengan Hasna.

Hasna mengangguk mengerti. "Gak papa, Bi," jawab Hasna singkat.

Setelah beberapa menit kemudian, Gojek yang tadi dipesan oleh Syafiq sudah tiba. Abi Ibrahim bergegas pergi. Sebelum itu Hasna mencium punggung tangan sang Abi dan Abi pun mencium ubun Hasna dengan begitu lembut.
"Abi pergi ya. Assalamualaikum."

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang