[29] Gundah gulana

1.7K 93 123
                                    

Syafiq bergegas menuju mesjid dengan perasaan sesak. Ucapan Hafiz masih terngiang di otaknya. Selain itu, perkataan Hafiz juga berhasil membuat Syafiq mengingat Syabila kembali.

Syabila, Hasna siapa yang saya cinta?

Syafiq mengambil wudhu dalam keadaan air mata yang menetes membasahi pipinya. Fikirannya sungguh gusar. Matanya sedikit memerah. Ia pun langsung masuk mesjid dan melaksakan sholat tahiyyatul mesjid dua rakaat, selepas itu ia membaca Al-Quran guna menentramkan hati dan fikirnya yang sedang buncah.

2 jam sudah lamanya Syafiq beritikaf di mesjid, dan tak lama Azan Ashar dikumandangkan. Syafiq lun menutup mushafnya. Tak lama dari itu Raffi yang melihat Syafiq pun menghampiri kakanya itu.

"Abang, udah lama itikaf?"

Syafiq hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman.

"Sekalian bang, imamin sholat asharnya," titah Raffi. Awalnya Raffi yang ingin memimpin sholat Ashar hari ini, tapi karena melihat Syafiq ia pun mendahulukan kakaknya itu.

"Antum aja ya Fi," imbuh Syafiq.

"Udah, Abang Fiq aja. Santri udah lama gak diimamin sama abang. Sekalian sama sholat Maghribnya nanti ya, rindu dengar murotal bacaan Abang," jelas Raffi

Syafiq pun membalas dengan senyuman tanda mengiyakan.

Dengan perasaan yang berkecamuk  Syafiq pun mulai mengimami sholat dengan suara takbir yang sedikit bergetar. Pipinya kembali basah disebabkan buliran air matanya. Hingga akhir salam, Syafiq masih meraskan sesak itu. Seberusaha mungkin ia menjaga dari kelalaian sholatnya. Walau dengan perasaan berat, Syafiq bisa melewatinya hingga akhir salam.

Selepas sholat Ashar anak santri pun mulai membaca wirid rutinan yang sudah dijadwalkan. Syafiq memimpin bacaan tersebut masih dengan suara yang berat. Raffi yang duduk dibelakang Syafiq langsung peka dan merasa jika kakanya ini sedang tidak baik-baik saja.

Selepas wirid santri pun mulai meninggalkan mesjid dan ada pula yang tetap bertahan itikaf hingga sholat Isya. Syafiq masih duduk di tempat. Berdoa dengan sangat khusuk. Raffi yang sudah penasaran dengan Syafiq memilih menunggu Syafiq hingga selesai.

Syafiq menyadari keberadaan Raffi yang masih ada di belakangnya. Syafiq tersenyum kepada Raffi.

"Bang Syafiq ada apa?" tanya Raffi pelan.

"Ada apa kenapa?" jawab Syafiq mengelak.

"Ana tahu, Antum lagi gak baik-baik aja."

Syafiq tersenyum. Ia tahu, Raffi sangat hafal dengan tingkah lakunya. Maklum, sejak kecil kedekatan Syafiq dan Raffi memang sangat-sangat dekat. Jika pada umumnya kakak beradik sering bertengkar di masa kecil hanya dengan memperbutkan mainan, berbeda dengan keduanya. Merka sangat saling menyayangi sedari kecil, tak pernah bertengkar hanya masalah sepele. Sesekali mungkin bisa, tapi keduanya tak pernah memenangkan ego satu sama lain. Salah satu mereka akan bergantian mengalah, sama halnya kejadian Hasna kemarin, pertengkaran itu pun tak berangsur lama.

"Doakan saja abangmu ini Fi," jawab Syafiq seadanya.

"Yasudah kalo abang gak mau cerita."

Syafiq menghembuskan nafasnya pelan. "Tadi ana lagi sedikit cekcok sama Ustaz Hafiz Fi."

Raffi terkekeh."Jadi ini yang buat Bang Fiq sedih?"

"Bukanlah. Tapi hampirnya gitu si."

"Kenapa?"

"Intinya aja sih, Hafiz ngomong yang buat abang jadi sadar akan hal sesuatu."

"Apa itu?"

Syafiq terdiam dan kembali menghembuskan nafasnya kasar. "Entar deh Fi, abang belum siap cerita. kapan-kapan saja. Abang cukup minta doa dari kamu," ucap Syafiq.

Raffi tersenyum ia mengerti Syafiq dan tak mau memaksa saudaranya itu. "Yasudah, semoga Allah selalu menjaga dan memudahkan sesuatu perkara apapun yang sedang Abang jalani."

"Aaamiiinn... Wa iyyaka."

❣️❣️❣️

"Na, temenin ke rumah Buya dong," ajak Nindy

"Ngapain Nind?"

"Paket dari kampung pemberian Ummah sudah sampai tadi Ustazah Aisyah kabarin. Tapi paketnya di rumah buyya."

"Oalah kok bisa?biasakan sudah dipindah di asrama asatidzah."

"Paket aku telat datang. gak barengan sama yang lain. Kata Ustadzah Aisya tadi, hari ini cuma 2paket santriwati yang datang. jadi gak dipindah ke asrama asatidzah, soalnya mereka pada sibuk juga. ga sempat." jawab Nindy menjelaskan.

Tak jarang para santri dan santriwati Al-ikhlas yang merantau dan mondok di pondok ini dari luar daerah pulau jawa ini. Salah satunya Nindy yang berasal dari kalimantan. Ummah dan Abahnya sangat jarang menjenguk Nindy ke pondok. Walau begitu, Ummah Abah Nindy tak pernah absen mengirim kiriman dengan ekspedisi paket.

Biasanya paket para santriwati diantar ke rumah Buya, lalu dipindah ke kamar Asatidzah. Tapi hari ini, selepas kegiatan mengajar berakhir, para Asatidzah langsung berkumpul lagi untuk menghadiri  rapat yang diadakan guna mempersiapkan ujian akhir semester hingga sore hari.

Selepas sholat Isya pun Nindy dan Hasna bergegas menuju rumah Buya dan Ummi.
Hasna dengan perasaan senangnya tak bohong mengharap jika malam ini ia kembali bertemu Syafiq.

Sesampainya di rumah Buya, Hasna hanya menunggu diluar pagar , sedang Nindy masuk ke halaman rumah Buya dan mencari paket yang kata ustazah Aisyah ditaruh di meja yang ada di teras rumah.

Hasna menunggu sambi melihat suasana sekitar dan benar  saja harapan Hasna Allah qobulkan. Ia melihat pria itu dengan jubah gamis putihnya dan sorban yang melilit di pundaknya sedang berjalan menuju rumahnya.

Hasna menatap dengan gembira. Memandang Syafiq adalah hal candu baginya. Apalagi habis dari mesjid, aura Syafiq bertambah dua kali lipat memancar begitu indah.

Namun Hasna melihat Syafiq hanya tersenyum
lirih ketika melihat gadis itu tanpa menyapa lalu langsung masuk ke pekarangan rumah  tanpa sepatah kata pun.

Membuat gadis tersebut sedikit sedih.

Tumben gak nyapa

Hasna menggerutu. ekspetasinya salah. ia berharap bertemu lalu berbincang manis dengan Ustaz Syafiq di malam ini agar mengobati sedikit rindunya itu.

"Na," ucap Nindy

"Hm, sudah?"

"Iya. Tadi ada ustaz Syafiq, kan? gimana? ada ngobrol apa gitu?"

"Gak. Doi cuma senyum."

"Ciah ilah, dikacangin nih ceritanya. Pantes aja mukanya tiba-tiba baddmod." Nindy terkekeh pelan sambil menggoda Hasna.

"Gak dikacangin yaa. disenyumin kok," balas Hasna dengan sedikit kesal.

"ya iya bercyandaaaa..."

Hasna memutar bola matanya melas. Ia pun menarik tangan Nindy untuk meninggalkan kawasan rumah Buya.

Dibalik itu, Syafiq terduduk diatas ranjang tidurnya. Ia menutup wajahnya dibalik kedua tapak tangannya.

Ya rabb, mengapa ingatan Syabila kembali?

holla update!!!
semoga suka ya💗

😍🙋🏻‍♀️Seeyoou🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️💗

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Where stories live. Discover now