{12}Berjanji untuk membuka hati

4K 279 76
                                    

Nindy menarik pergelangan tangan Hasna dan membawanya menuju asrama dengan langkah yang begitu cepat. Hasna hanya mampu pasrah.

Tadi, sewaktu di kantin lonceng pertama—tanda santriwati harus menuju Musholla sudah berbunyi. Bi Jennah pun sebenarnya ingin menutup kantin karena Santri dan Santriwati sudah sepi mengunjungi kantin. Namun, melihat Hasna dan Nindy yang masih bersantai di kantin, membuat wanita paruh baya tersebut mengurungkan niatnya. Mengingat jika Hasna adalah putri dari staff pengajar di pondok ini. Bagaimana pun Bi Jennah merasa tak nyaman, jika harus mengusir keduanya.

"Ngapain yah Ustaz Syafiq sama Ustaz Hafiz," cercah seorang santriwati yang menembus di telinga Hasna.

Ia mengerutkan dahinya. "Ustaz Syafiq ada di sini?" Ucapnya dalam hati.

Hasna melepaskan tangannya dari genggaman Nindy. Nindy menghentikan langkahnya. "Kenapa?"

Hasna tersenyum simpul menanggapi. "Di sini ada Ustaz Syafiq katanya," bisik Hasna.

"Serius? Kata siapa?"

"Tadi aku denger santriwati pada ngomongin beliau, katanya ada di sini."

Hasna menepuk bahu Nindy. "Nah itu beliau."

Hasna langsung bergegas mempercepat langkahnya mendatangi dua pria yang tengah sibuk berbincang.

Mata Nindy membulat sempurna. "Ngapain Naaaa...,"teriak gadis tersebut.

Hasna mendatangi Syafiq dan Hafiz dengan perasaan gembira. Walau rasanya begitu berdebar, namun entah mengapa hatinya ingin sekali menemui Syafiq. Seperti ada satu titik rindu yang tengah membelenggu hatinya.

Ia menarik nafas panjang sebelum menghampiri kedua pria tersebut. Ritme jantungnya berdetak jauh lebih kencang. Ia sebenarnya malu, tapi kakinya tetap memaksakan untuk menghampiri pria tersebut.

"Assalamualaikum ustaz," sapa seorang gadis yang tak asing bagi Syafiq. Pria itu pun melirik ke arah suara. Deg. Hatinya berdebar seketika.

"Waalaikumsallam Hasna," balas Syafiq dengan gugup.

"Oh jadi ini Hasna? Wah pas banget. Bisa kebetulan gituh ya Fiq."

Syafiq tersenyum kikuk. Tak tau harus mengiyakan atau bagaimana mendengar ucapan Hafiz.

"Ustaz nyariin aku?"

Belum sempat Syafiq menjawab, Hafiz sudah terlebih dahulu menanggapi ucapan Hasna." Iya dia cariin kamu."

Syafiq menghela napas panjang. Ia tak tau lagi harus bagaimana. Rasanya sangat memalukan. Jantungnya terus berdegub kencang.

Ia tersenyum canggung terhadap Hasna. Entah kali keberapa Syafiq memberanikan diri menatap Hasna selama berjumpa dengan gadis di hadapannya. Ada perasaan nyaman ketika menatap wajah cantik Hasna. Syafiq fikir, Hasna jauh lebih manis dibanding Syabila. Hasna memiliki lesung pipit dan gingsul. Sedangkan Syabila tidak. Namun ia bergegas menundukkan kepalanya. Ia sadar apa yang ia lakukan salah. Sudah berapa kali ia berdosa ketika menatap gadis tersebut. Ia lalai dengan ilmunya. Segera ia mengucapkan istighfar sebanyak mungkin di dalam hatinya.

"Serius Ustaz nyariin aku?" Tanya gadis dengan mata berbinar.

"Dua rius malah," jawab Hafiz

Syafiq menyenggol tangan Hafiz. "Hasna kami pulang dulu, Assalamualaikum." Syafiq berjalan lebih dahulu, Hafiz pun bergegas menyusulnya.

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon