PROLOG

985 98 0
                                    

Suga mengusap pipi Ji Eun dengan lembut. Menyingkirkan air mata yang membasahi pipinya. Ji Eun masih terisak di hadapan Suga, menundukkan wajahnya dalam-dalam agar Suga tidak dapat melihatnya.

Suga menyentuh dagu Ji Eun dan membuatnya mendongak ke atas agar bisa menatapnya.

"Jangan menangis. Uljima," ucap Suga pelan.

Bukannya berhenti, tangisan Ji Eun malah bertambah keras. Suga yang menatapnya iba langsung membawa Ji Eun ke dalam pelukannya.

Membiarkan Ji Eun menumpahkan tangisannya, meskipun harus rela bajunya basah karena air mata Ji Eun. Suga bisa melakukan semuanya demi Ji Eun, apapun itu.

Suga mengelus lembut punggung Ji Eun, mendekapnya lebih erat lagi. Saat ini gadisnya memerlukan seseorang untuk membagi kesedihannya dan Suga siap menjadi orang tersebut.

Kedua mata Suga memejam, ikut merasakan kesedihan Ji Eun. Tangannya mengepal, kesal karena seseorang yang telah membuat gadisnya menangis seperti ini.

Suga membuka kedua matanya, yang kali ini sedikit memerah karena menahan tangis. Ia selalu ikut sedih jika melihat Ji Eun menangis seperti ini.

Ji Eun adalah kelemahan Suga. Siapapun yang membuat Ji Eun menangis seperti saat ini akan berhadapan dengan Suga. Suga tidak rela jika gadisnya disakiti oleh seseorang.

Ji Eun mencoba melepaskan pelukannya dari Suga, isak tangisnya sudah mereda. Ji Eun kemudian menatap kedua bola mata Suga yang kini ikut memerah.

"Sudah merasa baikan?" Suga bertanya lembut.

"Iya," jawab Ji Eun pelan. "Terima kasih, Yoongi," lanjutnya.

Suga tersenyum, kemudian menggenggam kedua tangan Ji Eun. "Jangan menangis lagi, aku ada bersamamu."

Ji Eun mengangguk, lalu menundukkan wajahnya menghindari tatapan Suga.

"Sudah aku bilang, dia bukanlah orang yang baik." Suga memulai pembicaraan.

"Dia tidak sebaik yang kau lihat. Selama ini dia memakai topengnya di hadapanmu. Dia tidak pernah menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Dia selalu menutupinya darimu."

"Kau tahu? Tujuannya memilikimu hanya untuk sekedar kesenangannya saja. Dia tidak benar-benar mencintaimu. Kau sudah melihatnya sendiri bukan?"

Ji Eun kembali terisak mendengar kenyataan yang telah Suga ucapkan.

Mengetahui ucapannya kembali menyinggung perasaan Ji Eun, Suga kembali mendekap Ji Eun dengan erat. Seolah ia akan kehilangan Ji Eun kembali dari pelukannya.

"Sudah, jangan menangis. Ada aku yang selalu bersamamu."

Ji Eun membalas pelukan Suga tak kalah erat.

"Kau benar, Yoongi. Tidak seharusnya aku menjatuhkan hatiku pada orang yang salah. Seharusnya aku tahu dari awal jika dia memang tidak sebaik yang aku kira. Dia jahat Yoongi, dia jahat."

Ji Eun mengeluarkan kekesalannya di pelukan Suga.

"Seharusnya aku mendengarkan perkataanmu dari awal, Yoongi. Aku menyesal, aku benar-benar menyesal. Maafkan aku karena aku tidak mendengarkanmu."

Suga menggeleng. "Tidak seharusnya kau minta maaf padaku Ji Eun."

"Aku tidak mau bertemu dengannya lagi. Aku hanya ingin bersamamu, Yoongi," ujar Ji Eun pelan, dia sudah tidak menangis seperti tadi.

Keduanya masih bertahan dengan posisi seperti itu. Ji Eun tidak mau melepaskan pelukannya, begitu juga dengan Suga.

"Kalau begitu, apa kau mau menerimaku sebagai tempatmu pulang? Apa kau mau menerimaku sebagai persinggahan terakhirmu? Aku sudah sangat lelah menunggumu untuk waktu yang lama," ujar Suga lirih.

Tanpa sadar, air mata yang selama ini ditahannya meluncur begitu saja dari pelupuk matanya. Suga tidak lagi menahannya, ia ingin menumpahkannya sekarang.

Ia tidak mau menahannya untuk waktu yang lebih lama lagi. Ia sudah begitu rapuh, topeng yang selama ini ia pasang tidak mampu menutupi kesedihannya.

Suga sakit. Ia sakit saat melihat seseorang yang dicintainya bersama dengan orang lain. Hatinya perih saat mengetahui gadis yang dicintainya memilih orang lain dibandingkan dirinya.

"Apa kau mau menerimaku?"

Ji Eun tidak menjawab semua pertanyaan dari Suga. Ia hanya mengeratkan pelukannya pada Suga, memejamkan matanya dan menikmati kehangatan yang Suga berikan.

***

Stay With Me [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz