♡ BAB 8 ♡

241 52 4
                                    

Hanya berpikir, bahwa mencintaimu adalah sebuah keikhlasan yang seharusnya tidak memerlukan balasan.
-Min Yoongi-

***

Taehyung menatap intens kedua manik mata Ji Eun. Sejak ucapannya tadi, gadis di hadapannya tidak merespon apapun. Bukan tanpa alasan Taehyung berkata seperti tadi. Ia melihat seseorang pada meja nomor lima di sudut coffee shop yang berlawanan.

"Bagaimana? Apa kau percaya sekarang? Atau apa yang aku lakukan sekarang belum cukup untuk membuktikan bahwa aku menyukaimu?"

Ji Eun menggeleng dengan tempo cepat. Menyangkal ucapan Taehyung. Baginya, apa yang sudah diucapkan dan dilakukan oleh Taehyung sudah cukup untuk membuktikan bahwa laki-laki itu menyukainya.

Apalagi yang diperlukan untuk membuktikan bahwa Taehyung menyukai Ji Eun? Selama ini, mereka memang terbilang dekat. Apalagi jika melihat Ji Eun yang selalu membawakan makanan untuk Taehyung, lalu duduk dalam meja yang sama setiap kali mereka beristirahat di kantin sekolah.

"I-iya, aku percaya." Ji Eun menganggukkan kepalanya.

Senyuman tipis terbit pada wajah laki-laki itu. Ia mengeratkan genggamannya pada Ji Eun, lalu kembali mengecup punggung tangan gadis tersebut sekilas. Ji Eun benar-benar tidak terkendali saat ini. Kedua pipinya memerah seperti kepiting rebus, jantungnya berdetak tidak karuan, dan keringat dingin yang mengalir pada pelipisnya, meskipun tertutupi oleh rambutnya yang menggantung.

"Jadi, bagaimana?" tanya Taehyung tanpa melepaskan genggamannya.

"B-bagaimana apa?" kegugupan masih melanda Ji Eun.

"Apakah kau menyukaiku juga?"

Momen yang paling mendebarkan bagi Ji Eun, melebihi saat-saat tadi. Sekarang kah waktunya untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada Taehyung? Ji Eun menghela napasnya, mencoba menenangkan perasaan gugupnya.

"Iya, aku menyukaimu juga," jawab Ji Eun pelan, hampir menyerupai bisikan.

Senyuman pada bibir Taehyung kini lebih lebar. Sangat mudah untuk memikat perasaan gadis di hadapannya ini.

"Jadi, sekarang kita resmi berpacaran?"

Jantung Ji Eun semakin menggila, pipinya memanas. Tanpa berpikir dua kali, Ji Eun langsung mengangguk tanda ia setuju dengan pertanyaan Taehyung.

***

Di sudut coffee shop yang lain, tepatnya di meja nomor lima, Suga menyeruput kopi pada gelas ketiganya. Semenjak Ji Eun menginjakkan kakinya di coffee shop ini, sejak itu juga Suga memperhatikan gerak-geriknya ketika bersama Taehyung.

Kedua tangannya mengepal dan napasnya memburu ketika melihat Taehyung mengecup punggung tangan Ji Eun. Apalagi saat Taehyung sengaja menatapnya dengan pandangan yang sinis dan terkesan meremehkan. Namun, mengetahui posisi Ji Eun yang saat itu mungkin sedang dalam kondisi bahagia, Suga mengurungkan niatnya untuk menghampiri laki-laki tersebut.

'Jadi, sekarang kita resmi berpacaran?'

Ucapan Taehyung yang terdengar sayup-sayup dari meja yang ditempati oleh Suga membuatnya menggeram kesal dan sakit dalam waktu yang bersamaan. Ada bagian yang hancur di relung hatinya.

Suga tidak bisa berbuat apapun selain memperhatikan mereka berdua. Melihat saat Taehyung kembali mencium tangan Ji Eun untuk ketiga kalinya. Melihat Ji Eun yang tersenyum senang dan pipinya merah merona karena perlakuan dari Taehyung. Hal apalagi yang lebih menyakitkan dari melihat adegan tersebut?

Bukannya Suga tidak ingin memiliki Ji Eun sepenuhnya dengan mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu sebelum Taehyung. Akan tetapi, Suga tahu bahwasanya sumber kebahagiaan Ji Eun bukanlah dirinya. Ia sadar posisinya sekarang berada dimana.

Suga tidak ingin merusak kebahagiaan Ji Eun dengan mengungkapkan perasaannya lebih cepat. Ia juga tidak ingin merusak persahabatannya dengan Ji Eun yang sudah berlangsung sejak lama.

Sudah terlambat. Taehyung sudah memiliki Ji Eun sepenuhnya. Kesempatanku sudah hilang. Ji Eun, gadisku, sudah menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.

Suga mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. Tidak ingin menambah rasa sakitnya dengan melihat Ji Eun dan Taehyung. Jika boleh, saat ini juga ingin rasanya Suga menumpahkan segala kekesalan dan rasa sakitnya. Jika saja laki-laki tidak dianggap cengeng apabila menangis karena cinta, ingin rasanya Suga mengeluarkan seluruh air mata yang dimilikinya.

Namun tidak, ia tidak akan menangis saat melihat Ji Eun bahagia. Kebahagiaan Ji Eun merupakan kebahagiaannya juga. Tangisan Ji Eun juga tangisannya. Tidak seharusnya Suga bersedih saat ini, saat dimana Ji Eun benar-benar bahagia karena menemukan cintanya.

Lalu, bagaimana dengannya? Bagaimana dengan Suga sekarang? Suga tahu, sekarang bukan saatnya untuk meratapi keadaan yang tidak berpihak kepadanya. Karena sesungguhnya, cinta yang tulus tidak mengharapkan sebuah balasan. Cinta Suga untuk Ji Eun tulus, tidak seharusnya ia mengemis meminta balasan untuk cintanya pada Ji Eun.

Biarlah Ji Eun menikmati kebahagiaannya meskipun tanpa Suga. Tapi, Suga berjanji, siapapun yang berani menyakiti gadisnya, apalagi hingga membuatnya mengeluarkan air mata, ia tidak segan untuk membuatnya hancur. Hancur dalam artian apapun.

***

Stay With Me [END]Where stories live. Discover now