Korban Selamat (2)

5.5K 492 28
                                    

Dua hari setelah diskusi dengan Juna, aku memenuhi panggilan polisi. Dalam perjalanan, lumayan banyak reporter yang ingin menanyaiku, tapi Juna berhasil menghalau mereka. Dari pertama sadar saja sudah banyak reporter, tapi untungnya pihak rumah sakit membuat aturan ketat untuk tidak menggangguku.

Kami tiba di kantor polsek Binjai yang cukup besar. Seorang menanyai Juna, kemudian dia membimbing kami menuju ruang interogasi. Melewati beberapa lorong, sebenarnya membuatku sangat gugup. Meski berulang kali kutegaskan pada diri sendiri untuk tenang, tetap saja saat menghadapi langsung seperti ini benar-benar mendebarkan.

"Silakan masuk!" kata si petugas berlesung yang mengantar kami.

Juna memeluk dan mengecup keningku. "Kau bisa," bisiknya. Dia merengkuh pipiku dan tersenyum sangat manis. "Beri aku senyuman."

Aku memukul dadanya dan memeluknya sekali lagi. "Aku sangat takut."

"Aku akan menunggumu di luar."

Aku mengangguk. Kubuka pintu kayu dan melangkah masuk. Empat kursi dengan sebuah meja. Aku duduk di salah satunya dan mengamati ruang minimalis yang kosong perabotan dan hiasan dinding. Membuat sumpek saja!

Tidak berapa lama, dua orang berseragam cokelat masuk ke ruang interogasi. Dari tanda pengenal di saku baju mereka, kutahu yang berkulit putih dan tinggi bernama Wahyu, sementara rekannya yang buncit itu bernama Aldi. Mereka duduk di depanku dan mengeluarkan beberapa carik kertas dari ransel besar. Wahyu mengeluarkan laptop dan alat perekam, meletakkanya di atas meja kecil yang memisahkanku dengan mereka. Setelah menarik napas panjang, dia menatapku serius.

"Siapa nama Anda?" tanya Wahyu.

"Juni Ananda Putri," jawabku, dan langsung terdengar suara ketikan di laptop. Sepertinya Aldi akan mengetik setiap kata yang keluar dari mulutku.

"Berapa usia Anda?"

"16 tahun."

Berikutnya Wahyu menanyakan segala hal tentang latar belakangku. Setiap pertanyaan kujawab dengan jujur. Sampai dia tiba pada pertanyaan serius.
"Apa hubunganmu dengan Reno?"

Aku bernapas sejenak untuk berpikir jawaban apa yang tepat menggambarkan hubungan kami. Memang sudah kupikirkan sejak kemarin, tapi berhadapan langsung dengan polisi ternyata membuat otakku sedikit kosong.

"Tetangga, juga teman sekelas," jawabku kemudian.

"Anda yakin?"

Aku mendongak, melihat wajah datar Wahyu. "Ya." Dugaanku sepertinya benar. Mereka mencurigaiku.

"Kalau begitu, pada malam tanggal 2 Desember tahun lalu, Anda berada di mana dan sedang apa?"

Aku menghela napas dan seolah kembali ke malam paling dingin dalam hidupku. Bahkan masih teringat jelas setiap waktu dalam rangkaian kegiatan yang kulakukan, seolah kejadiannya baru kemarin.

●●●
2 Desember pukul 20:02

Juna menggenggam erat tanganku. Wajahnya sangat berseri hari ini. Usai merayakan ulang tahun di rumahnya, dia ingin merayakan lagi bertiga saja denganku dan Reno. Sahabatku itu masih saja sibuk dengan ponselnya sejak tadi, seolah aku dan Juna hanya bayangan.

Her Dictionary [COMPLETED]Where stories live. Discover now