_Soixante_

3.5K 257 7
                                    

Rachel sedang berada dalam mobil Richard. Berkali-kali Ia menghela napasnya mencoba melegakan hatinya. Hal itu tentu menjadi perhatian Richard.

"Kenapa?" Tanya Richard

"Aku tak tahan melihat ke adaan di rumah" ucap Rachel

"Kenapa?" Tanya Richard

"Aku hampir tak pernah melihat orang rumah Bicara. Kita bahkan sarapan dan makan malam sendiri-sendiri. Aku sering melihat mama menangis sendiri. Bulan lebih parah. Ia bahkan tak keluar kamar kalau tak perlu. Memang sih dia selalu mengikuti semua perintah mama atau oma. Ia bahkan benar-benar tak pernah berusaha menemui Mike. Tapi dia benar-benar seperti boneka tanpa jiwa." Ucap Rachel

"Ya istri mana yang mau di jauhin paksa dari suaminya apa lagi dalam kondisi hamil" ucap Richard

"Kok kamu jadi kaya papa sih. Kita kan cuma mau yang terbaik buat Bulan" ucap Rachel

"Iya deh kalian yang paling tau." Ucap Richard

"Kok kamu ngomongnya gitu" ucap Rachel

"Ya sekarang kamu lihat. Yang kalian lakukan baik atau ngga buat Bulan. Kamu sendiri bisa tentu kan kok" ucap Richard

Rachel menatap kesal ke arah Richard. Ia tak suka di salahkan. Tapi jika menimbang lagi. Memang yang di ucapkan Richard ada benarnya.

"Jadi aku harus gimana?" Tanya Rachel.

"Benar minta pendapat ku ngga?" Tanya Richard.

Rachel mengangguk.

"Biarkan saja Bulan bersama Mike. Mike pasti akan berusaha sebaik mungkin untuk anak dan istrinya. Bagaimana dia mau bisa di percaya kalau kalian tidak pernah kasih kepercayaan?" Ucap Richard

Rachel terdiam mendengar ucapan Richard. Ia tak marah. Ia hanya memikirkan perkataan Richard.

***
Di lain tempat Kenny sedang asik bermain basket di halaman rumahnya. Ya meskipun waktu memang sudah menujukan pukul delapan malam. Kenny masih belum ingin berheni meskipun keringat sudah membasahi tubuhnya.

"Kau Bisa pingsan kalau terus bermain" ucap Fauzi yang baru pulang kerja dan menghampiri anak bungsunya itu.
Kenny melempar Bola ke arah Fauzi dan langsung di tangkap dengan tepat oleh Fauzi. Fauzi mengendurkan dasinya Ia mendrible bola tersebut lalu memasukannya ke dalam ring. Fauzi mendrible lagi dan melakukan Shooting lagi. Bolanya selalu masuk dengan tepat dan kini Ia melemparnya kepada Kenny cukup kencang sehingga Kenny sedikit terhuyung menangkapnya.

"Kau pikir bakat basket mu dari mana?" Tanya Fauzi yang sudah terlihat lelah. Ya umur memang tak dapat menipu.
Kenny memilih untuk duduk berjalan menjauh dari Fauzi dan duduk di bangku taman. Fauzi menyusulnya.

"Ada apa?" Tanya Fauzi

"Tidak" ucap Kenny

"Bulan?" Tanya Fauzi. Kenny melirik Fauzi.

"Mami mu sudah cerita" ucap Fauzi

"Mami?" Tanya Kenny

"Hmm, jadi kenapa lagi? Masih belum terima?" Tanya Fauzi

"Tidak Semudah itu" ucap Kenny

"Mudah kalau kamu ikhlas. Mudah kalau kamu benar-benar mencintainya" ucap Fauzi

"Jadi maksud papi cinta ku pura-pura?" Tanya Kenny

"Bukan begitu. Kamu harus bisa bedakan mana cinta dan obsesi mu" ucap Fauzi

"Tapi aku mencintai Bulan pi" ucap Kenny

"Papi juga dulu mencintai Rein" ucap Fauzi.

"Lalu bagaimana cara papi melepas tante Rein?" Tanya Kenny

Lose Me in The Moon (Complete)Where stories live. Discover now