_Soixante Treize_

3.2K 243 26
                                    

Kenny mengemudikan mobilnya dengan cepat. Amora memang benar-benar tidak bisa untuk di peringati. Sesungguhnya Kenny sangat benci saat-saat seperti ini saat dirinya harus terdesak dan tersudut. Dengan mulus Kenny memarkirkan mobilnya dan secepa mungkin Ia memasuki rumah sakit melewati koridor demi koridor. Semoga saja Ia tak telat menahan Amora. Bagaimana mungkin Amora bertingkah seenaknya begitu ketika dirinya sedang di beri tanggung jawab atas Amora. Kenny mempercepat langkahnya berulang kali Ia mencoba menghubungi Amora namun sia-sia saja.

"Come on Amora" ucap Kenny pada ponselnya.
Kenny telah sampai di bangsal Ginjal. Ia pun menanyakan keberadaan Amora.
Kenny mengikuti arahan itu dan sampailah di depan kamar yang di tuju. Perlahan Kenny membuka kamar itu dan menemukan seorang dokter yang berdiri dan Amora yang berjongkok dan terlihat menangis.

"Amora" panggil Kenny. Amora menoleh melihat kenny. Lalu dengan cepat Ia berlari ke arah Kenny dan memeluk Kenny. Tangisan Amora semakin pecah dalam pelukan Kenny.

"Aku terlambat kak. Kalau aja aku ngga ganti nomor,kalau aja aku memutuskan lebih cepat aku tidak mungkin terlambat. Dia meninggal karna aku" ucap Amora dan terus semakin terisak. Anggaplah Kenny memang jahat. Namun entah mengapa ada perasaan begitu lega pada hati Kenny. Dokter itu pun mendekat ke arah mereka.

"Saya permisi dulu Mba Amora, permisi mas" ucap Rana. Kenny hanya mengangguk membiarkan dokter itu keluar.

Kenny menggiring Amora untuk duduk. Jujur saja dirinya juga merasa lemas karna sempat berpacu dengan waktu. Kenny terus memeluk Amora yang masih menangis.

***
Sudah gelas jus ketiga yang di habiskan Cody di cafe itu. Cody terlihat tak cukup baik,kemejanya berantakan,kantung mata yang menghitam. Jelas nampak sekali bahwa pria itu belum pulang dan entah berapa lama Ia tak tidur. Ia masih membolak balik bukunya.

"Kenapa susah sekali kenapa?" Ucap Cody frustasi dan merebahkan kepalanya kebelakang bangku yang tak sengaja membentur kepala  seseorang yang ada di belakangnya.

"Ah"

Cody cepat-cepat menoleh.

"Maaf maaf saya tidak sengaja" ucap Cody. Wanita itu hanya mengusap kepala belakangnya yang sakit.

"Maaf ya saya bener-bener ngga senagaja" ucap Cody

"Shit. Kenapa sih kenapa dari banyaknya cafe di jakarta dia harus kesini." Ucap Wanita itu. Cody menatap bingung. Namun Ia tau itu bukan untuknya. Cody melihat arah mata wanita itu. Yang memandang ke arah tiga wanita yang baru datang dan salah satunya di rangkul mesra oleh seorang pria.
Wanita itu berdiri mengangkat gelas dan tasnya lalu pindah duduk di samping Cody. Cody cukup tertegun dengan tingkah wanita itu.
Cody menatap wanita itu bingung.

"Ah.. sebenarnya kau tampan. Kenapa wajah mu kacau sekali." Ucap Wanita itu pada Cody. Cody hanya menatap semakin bingung.

"Jangan melihat ku seperti itu. Aku memang cantik. Diam lah dan bantu aku. Anggap penebusan dosa mu karna membenturkan kepala mu pada ku." Ucap Wanita itu lagi. Lalu dengan cepat wanita itu menggulung lengan kemeja cody. Membuka kancing kemejanya satu lagi. Merapihkan rambutnya dan memakaikan kaca mata miliknya yang Ia ambil dari dalam tas dan untungnya berwarna hitam.

"Better." Ucap Wanita it lagi.

"Rangkul pinggang ku" ucap wanita itu.

"Apa?" Ucap Cody

"Rangkul cepet. Tau rangkul kan"ucap Wanita itu. Cody masih tak melakukan apapun.

"Astaga kamu normal kan. Masa rangkul aja ngga tau"ucap wanita itu yang langsung menarik tangan Cody pada pinggangnya dan dia pun bersandar pada dada Cody.

Lose Me in The Moon (Complete)Where stories live. Discover now