Jealousy

2K 159 4
                                    

Joonie: Seokjin, kau sedang apa?

Seokjin tersenyum. Baru terhitung satu jam sejak Namjoon menginjakkan kakinya di negeri matahari terbit dan baru terhitung tiga puluh menit setelah Namjoon menghubunginya untuk memberi kabar bahwa dia sampai dengan selamat di sana. Tapi sepertinya kekasihnya itu sudah merindukannya, hm?

Jinnie: Sedang menonton tv, jika hanya melamuninya terhitung, kkk..

Joonie: Merindukanku?

Jinnie: Ck, kau dan rasa percaya dirimu itu perlu dikubur sepertinya. Kurang lebih baru tiga setengah jam kita berpisah, aku tidak akan merindukanmu secepat itu.

Well, itu sebuah kebohongan besar. Seokjin bahkan sudah merindukan Namjoon satu menit setelah mengantar pria itu ke bandara. Seokjin ingin sekali menyalahkan perjalanan bisnis Namjoon, tapi itu kan kewajiban Namjoon. Dan dia harus membiasakan diri agar saat dia menikah dengan Namjoon nanti dia tidak kerepotan karena rasa rindunya.

Hell, apa yang dia pikirkan?

Ponselnya berbunyi kembali.

Joonie: Maaf baru membalas sayang, ada wanita yang tersandung di depanku tadi.

Seokjin mencebikkan bibirnya. Tersandung? Seokjin rasa wanita itu pura-pura tersandung di depan Namjoon. Kalau Seokjin ada di sana, mungkin dia akan langsung menyemprot wanita itu dengan sindiran-sindiran pedih.

Jinnie: Tanyakan wanita itu, apa dia benar-benar tersandung atau itu hanya skenarionya agar kekasihku yang tampan menolongnya.

Seokjin melempar ponselnya ke belakang. Beruntung dia duduk bersandar pada sofa, jadi ponselnya tidak akan rusak dengan alasan konyol.

"Cih, menyebalkan." Seokjin meraih cangkir yang beberapa menit sebelumnya dia letakkan di meja yang ada di depannya, lalu menyesap teh dadi cangkir itu. Dia menyesapnya terlalu cepat, sehingga dia tersedak.

"Uhuk, uhuk! Sial.. Uhuk, uhuk."

Ponselnya berdering. Tangan Seokjin mencoba untuk meraba, mencari ponselnya. Dia mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menghubungi.

"Uhuk, halo?"

"Hei sayang, kau kenapa?"

Seokjin menepuk-nepuk pelan dadanya. "Aku baik, uhuk.. hanya tersedak." dia menarik nafasnya dalam setelah menjawab pertanyaan Namjoon.

"Lebih baik?"

"Bukan urusanmu."

Seokjin bisa mendengar kekehan Namjoon di sana. Seokjin harap Namjoon sedang berada di mobil atau kamar hotelnya, karena kadar ketampanan dan kemanisan kekasihnya itu bertambah ketika sedang tertawa, tersenyum, dan terkekeh. Seokjin tidak ingin ada wanita lain yang mendekati Namjoon.

"Oh sayang, kau menggemaskan bila cemburu."

Seokjin memutar bola matanya. "Tidak."

Story of UsWhere stories live. Discover now