You're Not Joon

883 90 2
                                    

Seokjin menatap orang-orang yang menunggunya di meja makan dengan malu-malu. Terutama daddy Kim (ayah Namjoon). Sebenarnya daddy Kim tidak menakutkan, beliau benar-benar orang yang ramah. Hanya saja, Seokjin malu mendapat pandangan yang terlalu memuja seperti itu.

Walaupun dia juga senang, itu berarti daddy Kim sangat menyukainya. Beliau sangat pemilih tentang pendamping Namjoon, bahkan Namjoon pernah bercerita bahwa salah satu mantannya pernah diseret keluar oleh beberapa penjaga karena beliau berkata bahwa dia tidak menyukai wanita itu dan wanita itu melawan beliau dengan bertanya apa yang salah dengannya.

"Selamat malam semuanya." Namjoon dan Seokjin tersenyum. "Maaf sedikit terlambat, aku terlalu lama memilih hadiah untuk mama." Seokjin melepas tangannya dari lengan Namjoon dan menghampiri mama Lee.

"Selamat ulang tahun mama."

"Terima kasih manis." nyonya Lee tersenyum lebar.

Seokjin tersenyum dan kembali ke sisi Namjoon.

"Ah, kalian duduklah di samping Jaehwan."

Namjoon melepas tangan Seokjin dari lengannya dan menarik salah satu bangku. Dia tersenyum. "For you princess."

Seokjin merona di depan banyak orang. Yang melihat terkekeh pelan, kecuali Jaehwan. Menurut mereka wajar saja pasangan muda seperti itu, toh, mereka dulu juga seperti itu.

"Aku senang melihat mereka semakin dekat walau kudengar pimpinan Kim sering mengirim Namjoon keluar negeri untuk urusan bisnis." mama Kim tersenyum lebar.

"Kemarin kali pertama Seokjin benar-benar ditinggal Namjoon. Biasanya ketika Namjoon pergi, dia juga dijadwalkan keluar negeri oleh ayah untuk mencari inspirasi resep baru." Seokjin menatap ayahnya dan memberi tatapan untuk menutup pembicaraan tentang dirinya yang ditinggal Namjoon. Itu benar-benar memalukan untuk dibahas di depan Namjoon. Dan dia merasa tidak enak pada Jaehwan.

"Ah, itu benar. Dia sesekali merengek padaku untuk berbicara pada Junho untuk berhenti mengirim Namjoon untuk perjalanan bisnis. Aku sedang mencoba menemukan waktu yang pas untuk berbicara pada pria keras kepala itu." dan ibunya terkekeh pelan setelahnya. Membuat Seokjin mau tidak mau ikut terkekeh ditengah rona malunya. Tidak mungkin kan dia merengek pada ibunya untuk berhenti, ada Namjoon di sampingnya.

"Ah, begitukah? Mungkin aku akan melakukan penawaran pada ayah nanti."

"Ya itu bagus. Jangan terlalu sering meninggalkan Seokjin, putraku ini masih mengincarnya. Ya Tuhan, seperti tidak ada wanita lain saja nak.." papa Kim menepuk pundak Jaehwan. Yang ditepuk hanya menatap datar pada hidangan di depannya. Suasana meja panjang itu semakin terasa tidak nyaman untuk Seokjin.

"Ahahah.. hanya masalah waktu aku yakin. Ingin kukenalkan dengan beberapa temanku? Mereka wanita yang baik." Seokjin berniat menyamankan situasi, tapi sepertinya gagal karena kerutan di dahi Jaehwan semakin dalam.

"Tidak perlu, aku tahu yang terbaik untukku."

Ugh, ingin sekali Namjoon mencelupkan kepala pria itu ke dalam mangkuk berisi saus barbeque untuk steak malam ini. Kenapa pria itu tidak menyerah saja? Seokjin bahagia bersamanya dan dia tidak akan pernah melepas Seokjin, bukankah sudah sangat terlihat bahwa seorang Lee Jaehwan tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk bersama Seokjin?

"Sayangnya terkadang Tuhan tahu yang lebih baik untukmu, karena itu takdir Tuhan terkadang berbeda dengan kehendakmu." Namjoon meluncurkan serangan pertama.

"Aku yakin Tuhan akan berbaik hati mengabulkan keinginan hambaNya."

"Jika keinginan hambaNya bukan suatu hal yang baik menurutNya, maka hambaNya tidak bisa melakukan apapun, benar begitu Lee Jaehwan?" Namjoon menangkat kepalanya yang sedari tadi fokus pada daging steaknya. Pisau dan garpu di tangannya dilepas dan dikaitkan satu sama lain. Dia menyeringai kecil ketika Jaehwan tampak tidak bisa berkata-kata lagi.

Story of UsWhere stories live. Discover now