330km/jam

674 84 0
                                    

Seokjin rasanya ingin menangis. Sudah kurang lebih satu bulan Namjoon bertingkah aneh, jauh berbeda dari masa mereka hanya sepasang kekasih dan tiga minggu pernikahan mereka. Lelaki itu akan sangat sibuk dengan pekerjaannya, tidak membolehkan siapapun bahkan Seokjin untuk masuk ke ruangannya, pulang malam, berangkat sangat pagi. Bahkan lelaki itu berangkat sebelum Seokjin membuka matanya.

Pernikahan mereka baru berjalan dua bulan dan Seokjin tidak ingin badai menerpa secepat itu.

Sebagai istri yang baik tentu Seokjin ingin memperbaiki apa yang salah. Suara mesin mobil Namjoon selalu berbunyi ketika Seokjin mendapat kesadarannya, itu sekitar pukul lima pagi. Jadi untuk hari ini Seokjin berusaha untuk bangun pukul tiga.

Suara alat-alat masaknya memecah pagi. Dia memasak banyak makanan, berusaha memancing Namjoon untuk tinggal sebentar, walau hanya lima menit atau bahkan dua.

"Seokjin?"

Tepat saat Seokjin mematikan kompor. Dia tersenyum lebar, lalu membalik tubuhnya. Senyumnya sedikit tergulung ketika melihat Namjoon sudah siap dengan setelannya. "Kau sudah bangun? Makanlah terlebih dahulu."

"Maaf sayang tapi tidak bisa, ada yang perlu ku urus."

"Apa sangat penting?" tatapan Seokjin begitu sendu.

"Sayangnya iya. Maaf sayang."

Lalu Namjoon pergi, tanpa memberikan kecupan selamat tinggal. Padahal tiga minggu pertama pernikahan mereka Namjoon selalu memberikan Seokjin kecupan itu.

Sekarang.. harus Seokjin apakan semua makanan ini? Harus dia apakan pernikahannya? Harus dia apakan hatinya? Ini berat untuknya, dia butuh seseorang sebagai tempat bersandar. Tapi ketika teman ataupun ibunya sudah siap mendengarkan, Seokjin akan merasa ragu. Dia hanya tidak ingin membuat mereka khawatir

Ponselnya berbunyi. Seokjin merogoh saku apronnya dan mengangkatnya.

"Ya, Jaehwan?"

"Kau tidak apa? Terluka? Merasa sakit? Katakanlah.."

Alis Seokjin berkerut. "Tidak, aku baik. Ada apa?"

Seokjin bisa mendengar Jaehwan menghela nafasnya lega di seberang sana.

"Aku terus bermimpi tentang kau jatuh ke jurang. Itu sepertinya pertanda buruk."

Seokjin terpaku. Apa itu berarti dia dalam bahaya? Atau pernikahannya yang dalam bahaya? Keduanya hal yang buruk. Seokjin sangat takut.

"Jaehwan."

"Ya?"

"Bisa berada di sisiku untuk beberapa waktu ke depan? Aku rasa aku butuh.. seseorang untuk bersandar."

"Aku? Kau yakin?"

"Ya, karena.." Seokjin menggigit bibirnya. "Ah, Namjoon sedang sangat sibuk belakangan ini." itu kenyataan, Seokjin tidak berbohong.

"Baiklah. Kau ada jadwal hari ini?"

"Menjenguk kakek, beliau bilang rindu masakanku."

"Ck, si tua itu. Kelihatannya kenyataan bahwa kau sudah milik Namjoon mengubahnya menjadi kakek yang bergengsi tinggi."

Story of UsOnde histórias criam vida. Descubra agora