Yii Sip Jet

2.2K 204 20
                                    

Beam menikmati waktu santainya di balkon apartemennya dengan segelas susu hangat yang dia pegangi, selagi menikmati pemandangan di depannya. Kepalanya dia sandarkan ke belakang kursi di balkon, sambil sesekali meniup-niup susunya sebelum dia teguk. Tiba-tiba ponselnya berdering. Beam mengambil ponselnya yang dia letakan di meja. Beam mengangkatnya.

"Buka pintunya!"

"Apa yang... kau..." Beam berdecak. Dia bangkit menuju pintu depan.

Dia membuka pintunya. Orang di depannya tersenyum, sedangkan Beam tidak.

"Dari mana kau tahu aku libur?"

"Dari burung yang menyampaikan suratnya." orang itu tersenyum lebar.

Ciiihh! Beam melengos tanpa menyuruhnya masuk. Orang itu masih terdiam. Beam menghentikan langkahnya, kemudian berbalik.

"Apa yang kau lakukan di sana? Masuk!" kata Beam.

Orang itu langsung masuk sambil tertawa kecil. Dia mengikuti Beam sampai di balkon. Kemudian dia merebut gelas berisi susu yang dari tadi dipegang Beam. Dia meminumnya sampai tetes terakhir, membuat alis Beam bertemu dengan pandangan kesal.

"Kenapa kau meminum punyaku? Jika kau mau, bukankah kau bisa membuatnya sendiri?" ucap Beam dengan nada kesal.

"Aku cuma mau yang ini." Forth mengedipkan sebelah matanya hingga berbunyi ting*.

"Sekarang katakan. Apa tujuanmu ke sini?" tanya Beam masih kesal.

"Aku ingin pergi denganmu. Kau mau, kan?"

Beam menelan ludahnya. Dia tidak bisa menerima ajakan Forth karena dirinya sudah terlanjur berjanji akan pergi bersama Fay. Beam diam beberapa saat.

"Beam... apa kau mau?" tanya Forth lagi.

Beam semakin bingung. Dia sudah berjanji kepada Fay. Tapi Forth adalah pacarnya. Akhirnya...

"Kita sudah sering pergi bersama kan, Forth?" tanya Beam. Forth mengangguk.

"Jadi, biarkan kali ini aku pergi tidak denganmu."

"Hei... kau akan pergi dengan siapa?" tanya Forth dengan nada putus asa.

Beam memutar-mutar bola matanya. Pikirannya sibuk mencari alasan yang masuk akal. Beam tidak mungkin mengatakan dirinya akan pergi bersama Fay.

"Wayo ulang tahun. Aku akan mengajaknya pergi setelah kuliahnya selesai." Beam terpaksa berbohong dengan melibatkan adiknya.

"Benarkah?"

"Uhm. Sekarang kau pulang. Aku ingin istirahat sebentar. Kembalilah bekerja!" Beam sedikit mendorong Forth. Taoi dia menolak pergi. Katanya, dia ingin menunggu di sana sampai Beam pergi. Tentu saja itu jangan sampai terjadi. Karena Beam akan pergi bukan dengan Wayo. Beam terus memohon agar Forth pergi dengan berbagai alasan, sampai akhirnya Forth pun berlalu.

Siang hari sekitar pukul satu waktu setempat. Di sebuah caffe, dekat rumah sakit, tempat Kit dan Beam bekerja, seseorang terlihat sedang mengintai seseorang lainnya. Forth tahu siapa dia. Forth menghampirinya. Si pengintai menutupi wajahnya dengan buku menu. Hanya sebelah matanya saja yang terlihat. Sementara yang diintai, dia sibuk meyodokkan makanan ke mulutnya tanpa menyadari bahwa dirinya sedang diawasi.

"Ming," sapa Forth dengan intonasi suara yang cukup keras, hingga yang diintai menoleh ke arahnya. Namun dia tidak melihat Ming, karena wajahnya masih tertutup buku menu. Kit tersenyum pada Forth. Dan dia membalas senyumannya. Kemudian menyeret Ming ke meja Kit.

"Aw..." bisik Kit. "kau dari tadi di sana? Kau menutupi wajahmu, jadi... aku kira bukan kau."

Ming tertawa canggung. Kit menyuruh keduanya duduk, tapi Forth menolaknya. Dia merangkul Ming dan membawanya pergi. Kit mengacuhkannya. Dia melanjutkan aktifitas makannya.

VULNUS (It's Fate) Where stories live. Discover now