[28] #Sadnees ✅

2.6K 286 20
                                    

Tubuhnya terbaring di dinginnya lantai marmer putih yang kotor karena darah yang terus  mengalir dari tubuhnya. Air mata Athela terus bercucuran membasahi wajahnya, bibirnya tidak henti mengeluarkan isakan tangis menahan luka yang di deritanya.

Kepalanya terasa berat, tubuhnya lemas, dan yang paling menyakitkan adalah tengkuknya yang terasa seperti terbakar. Mata berairnya menatap lurus ke langit-langit, dalam hati ia terus berharap agar rasa sakit yang tengah di deritanya saat ini hilang. Ia tidak peduli jika rasa sakit itu hanya akan hilang dengan kematian, karena ia sudah tidak kuat lagi.

          "Kau tidak boleh mati."

           Athela membulatkan matanya kaget. Ia mengenal dengan baik suara datar itu. "Ibu,"Panggil Athela pelan.

            Sosok Amylia berjalan mendekati Athela, ia berjongkok di dekatnya. "Lawan rasa sakit itu Athela." Ucap Amy pelan sambil mengusap air mata Athela yang terus berjatuhan.

          Athela menggeleng lemah. "Tiidak bisa.. Sakit..."

          "Kau pasti bisa." Kata Amy dengan senyum sedih di wajahnya, ia berdiri sambil tersenyum.

          "Kau harus pergi sekarang Athela, atau kau nanti tidak akan pernah kembali."

          Athela menggeleng lemah. "Tidak. Aku tidak mau.." Isakan tangis kembali pecah, Athela menutup matanya sambil menangis tersedu-sedu. "Aku tidak mau, aku mau ikut denganmu saja." Rengek Athela.

          Amy hanya memandang sedih Putri semata wayangnya.

         "Tidak ada gunanya aku kembali, aku tidak berguna.. Aku hanya membuat orang-orang di sekitarku terbunuh." Ujar Athela dengan tangisannya.

         Amy sedikit tersentak saat Athela memegang kakinya, ia menatap wanita yang di panggilnya ibu itu dengan tatapan sedih. "Ku mohon.. Ijinkan aku ikut."

         Amy berjongkok di sisi Athela sambil menatapnya dengan senyuman sedih. "Jika kau menyerah sekarang, maka pengorbanan kami sia-sia.."

         Athela tersentak kaget saat merasakan sentuhan di bahu kirinya. "Yang mulia."

         Air mata Athela jatuh lagi saat mendengar suara itu. "Nicandro.. Maafkan aku." Ucapnya.

         Nicandro tersenyum. "Bukan salah anda yang mulia. Memang sudah waktuku."

         Athela menggeleng pelan dengan air matanya yang masih bercucuran. "Jika kalian tidak melindungiku, kalian tidak akan mati. Aku lah penyebab kematian kalian,"

            "Dark lady!"
             Athela berhenti menangis karena di kejutkan dengan suara itu. "Itu Grant?" Tanya nya.

             Sesaat setelah ia mendengar suara Grant, suara yang lainnya terdengar. Ada suara Gail, bibinya Lily, Alaqua, Ivandher dan bahkan Antares. Ia sedikit kaget mendengar Alaqua meneriaki namanya sambil menangis.

             Amy tersenyum tipis melihat reaksi Athela. "Apa kau siap?"

            "Siap apa?" 

            "Siapkah kau pergi dari mereka? Siapkah kau, untuk tidak lagi bertemu dengan mereka, dan ikut bersama kami?" Athela melirik Nicandro yang hanya tersenyum menatap mereka berdua.

Dalam hati Athela berfikir, siapkah ia? Untuk tidak bertemu dengan mereka lagi, siapkah ia kehilangan keluarga yang baru saja ia dapatkan, Teman-teman barunya, dan ayah yang belum pernah ia lihat.

             Lamunan Athela buyar saat tangan Amy memegang wajahnya, mengelusnya dengan penuh kasih sayang. "Kalau kau belum siap pergilah sekarang. Atau kau akan kehilangan mereka."

Elven Golds : The Pixie Chorth Throne [Sudah Di Terbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang