panjang.
maksudnya chapternya yang panjang,
hmmmm(͡° ͜ʖ ͡°) (͡° ͜ʖ ͡°)Jihye membuang nafasnya lega karena bodyguard mansion Jongin tidak memeriksanya. Kalau saja mereka memeriksa bagian jaket Jihye, tamat sudah riyawat Jihye. Dia berjalan ke kamarnya dan segera mencari tempat untuk menyembunyikan botol pil kontrasepsinya sebelum Jongin pulang.
Meja rias. Itu yang dipikirkan Jihye. Mana ada pria yang memeriksa meja rias, itu konyol sekali kalau ada pria yang melakukannya. Jihye langsung menaruh botol tersebut di kotak yang berukuran sedang.
"Tolong, jangan sampai Jongin berpikir untuk mencari sesuatu disini" pikir Jihye.
Jongin belum pulang tetapi Jihye sudah main panik karena dia takut Jongin akan mencarinya disitu. Lama kemudian jam menunjukkan 7 malam. Biasanya Jongin pulang pukul 6 sore namun hari ini berbeda dengan sebelumnya.
Mungkin terjebak macet di jalanan tapi Jihye tidak peduli dengan hal itu, justru dia berpikir Jongin tidak usah pulang sekalian karena dengan jarak satu sentimeter maupun satu inci saja Jihye ingin menjauh dari Jongin. Berkali-kali dia berkata pada dirinya sendiri untuk segera menjauh dari Jongin namun pria itu seolah memiliki magnet untuk menariknya untuk menempel padanya terus menerus.
Sudah jam 7 lewat Jongin masih saja belum pulang dan Jihye memutuskan untuk makan sendiri. Suasana ruang makan hening, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang dipegang Jihye. Jihye juga ditemani dua pelayan mansion. Badan mereka berdiri dengan tegap dan matanya menatap Jihye dengan rasa kasihan.
Kasihan karena Jihye tidak ditemani Jongin? Bukan, melainkan mereka mengetahui perasaan Jihye akhir-akhir ini terlihat menyedihkan. Ya, mereka tau Jihye selalu diperlakukan kasar oleh Jongin di malam hari karena di pagi hari sebagian pelayan melihat banyak luka di tubuh Jihye dan tentunya pelaku itu adalah suami bajingan Jihye, Kim Jongin.
Kurang dari 10 menit piring Jihye sudah tidak terlihat lagi makanan yang tersisa. Dua pelayan tersebut dengan cepat menghampiri meja makan sedangkan Jihye bangkit dari kursi dan memandang dua pelayannya yang sedang membersihkan meja makan. Hatinya merasa kasihan melihat pelayan-pelayan di mansion Jongin harus bekerja keras untuk biaya hidupnya.
"Sudah berapa lama kalian bekerja disini?" tanya Jihye.
Dua pelayan itu mendongak kepalanya secara bersamaan dan menatap Jihye dengan kebingungan.
"Emang ada apa, Nyonya Kim?" tanya salah satu pelayannya.
"Hanya ingin tau saja" jawab Jihye.
"Ah, kami berdua sudah bekerja setelah Tuan Kim dilahirkan" jelas pelayannya lagi.
"Sudah lama ternyata" pikir Jihye.
"Baiklah, aku kembali ke kamar. Terima kasih sudah mau membersihkan, cepatlah istirahat" ucap Jihye.
"Sama-sama, Nyonya Kim" balas dua pelayan itu.
Jihye hanya berdehem sebagai balasan terakhirnya lalu pergi meninggalkan dua pelayannya. Nyonya Kim? Cih, mendengar marga barunya itu saja sudah membuat Jihye marah. Kapan ada wanita yang mencintai pria yang menyentuhnya tanpa izin? Kalau ada, berarti wanita itu sudah masuk kategori jalang pasar.
Sampai kapanpun Jihye berjanji tidak akan luluh pada Jongin walaupun ketika Jongin sudah mengakui dirinya bersalah, Jihye tetap tidak ingin meminta maaf padanya.
Sudah jam 8 malam dan Jongin belum pulang. Jihye merasakan rambutnya berminyak dan akhirnya memutuskan untuk mandi. Perlahan dia melucuti pakaiannya dan memperhatikan pantulan tubuhnya di kaca. Bekas kissmark kemarin masih belum hilang namun bentuknya terlihat kecil. Ia membalikkan tubuhnya dan masih ada bekas kemerahan di punggungnya. "Jongin benar, aku hanya istrinya sekaligus pelacurnya" pikir Jihye.
Air mengguyur tubuh Jihye, air mata perlahan keluar dari matanya. Jihye berusaha kuat di hadapan Jongin namun benteng buatannya selalu dihancurkan oleh pria brengsek yang sudah menjadi suaminya.
Kriet–
Suara pintu terdengar dari kamar mandi, suara telapak kaki juga terdengar. Jihye menghentikan aktifitasnya yang sedang mengeringkan rambut.
Serigala sudah datang dan domba terjebak di perangkap serigala.
Tok-tok
"Sayang, bolehkah aku masuk?" tanya suaminya, Jongin.
Jihye menelan ludahnya kasar.
"Ti-tidak boleh, aku bentar lagi akan keluar" jawab Jihye dari dalam kamar mandi.
"Baiklah, cepatlah. Aku ingin sekali memelukmu, darling" kata Jongin dari luar kamar mandi.
Perlahan telapak kaki terdengar lagi menandakan Jongin pergi menjauh dari pintu kamar mandi. Jihye membuang napasnya pelan karena dia sempat berpikir Jongin akan marah jika dia menjawab tidak namun ternyata tidak.
Dengan malas Jihye memakai baju piyama. Untung Jihye tidak lupa mengambil piyama-nya masuk ke kamar mandi karena dia takut Jongin masuk ke dalam kamar saat waktu yang tidak tepat.
"Sayang, kenapa lama sekali? Jangan katakan kepadaku kamu sedang ganti baju di dalam. Lagipula aku sudah melihat tubuhmu dengan jelas" sahut Jongin dari luar.
Baiklah, Jihye ingin sekali membakar Jongin hidup-hidup tanpa rasa ampun. Setelah itu Jihye membuka pintu kamar mandi dan melihat Jongin sedang duduk di tepi kasur. Dua kancing kemeja bagian atasnya terbuka membuat aura suasana menjadi menegangkan. Menakutkan bagi Jihye namun hal ini dianggap menyenangkan bagi Jongin.
Jihye berusaha menenangkan dirinya ketika Jongin berjalan ke arahnya sambil menyeringai. Perlahan tubuhnya didekap oleh pria yang memiliki tubuh lebih besar daripadanya.
"Maafkan aku karena pulang terlambat. Kamu baik-baik saja kan?" tanya Jongin dan mengecup pipi Jihye.
Aku tidak baik-baik saja ketika kamu pulang karena kamu terlihat busuk.
"Ya, aku baik-baik saja" jawab Jihye dengan setenang mungkin.
Jongin terkekeh pelan lalu mencium bibir Jihye sekaligus melumatnya dengan nafsu. Tangan kanannya mulai bergerak menyelusup baju piyama Jihye. Namun aksi itu dihentikan ketika Jihye mendorongnya pelan.
"Hen-hentikan" ucap Jihye dan melangkah mundur dengan perlahan.
"Ada apa, sayang? Bukankah seharusnya kamu terbiasa dengan sentuhanku?" tanya Jongin dengan muka tanpa rasa bersalah.
"B-bukan, aku ingin tidur karena lelah" jawab Jihye.
Kelihatannya Jongin tidak puas hari ini karena tidak mendapat jatah dari Jihye. Apa mungkin karena dia telambat pulang?
Lalu mereka berdua berbaringan bersama di kasur. Jihye berbaring membelakangi Jongin membuat suaminya ini memiliki kesempatan untuk memeluknya dari belakang. Jujur, Jihye merasa risih ketika dipeluk oleh pria yang ia tidak cintai.
"Sayang?" panggil Jongin tepat di telinganya.
"Apa?" tanya Jihye.
"Aku ingin kamu hamil secepatnya supaya orangtua kita bahagia melihat anak masa depan kita"
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
husband | kji [ON HOLD]
Fanfiction[18+ and very slow update] he doesn't deserve to be called husband. ©2017