Part 6✓

9.8K 491 3
                                    

Seorang gadis tengah melamun di balkon kamarnya, Alisha terus memikirkan kejadian tadi sore yang menimpa dirinya dan Nathan.

Ia terus memikirkan keadaan cowok itu.

Cowok dingin itu, apakah lukanya membaik atau tidak?

"Si Kulkas lari-larian mulu di otak gue!" Gerutu Alisha. Alisha menggeleng-gelengkan kepalanya. Alisha pun melangkah menuju nakas untuk mengambil ponselnya yang ia letakan di atas nakas. Saat membuka ponselnya ternyata ada satu chat masuk.

manusia kulkas

Besok sekolah gue jemput

Ok

Setelah membalas chat dari Nathan. Alisha menaruh kembali ponselnya, lalu berjalan keluar dari kamarnya.

"Belum tidur Sha?" Tanya Erwin kala melihat Alisha menuruni tangga. Irana pun ikut menoleh.

"Belum ngantuk," jawab Alisha, Alisha melangkah menuju kulkas untuk mengambil cemilan, setelah mendapatkan cemilannya Alisha langsung kembali ke kamar.

Baru beberapa ciki-ciki yang masuk ke mulutnya, Alisha sudah merasakan matanya memberat. Gadis itu pun akhirnya tertidur bersama cemilan-cemilan yang masih di genggamannya.

🌻🌻🌻🌻

Senyum gadis itu pagi ini tak memudar, di ruang makan. Alisha begitu bersemangat untuk berangkat sekolah.

"Kenapa Sha? Senyum-senyum terus." Tanya Irana. Sambil memberikan segelas kopi untuk Erwin.

Alisha hanya menggeleng, lalu melanjutkan sarapannya.

Tiba-tiba ponsel Alisha berbunyi menandakan ada pesan masuk.

Semua pandangan mengarah pada ponsel Alisha yang di letakan di atas meja makan, Alisha langsung membukanya dan ternyata ada chat masuk dari Nathan.

"Mau berangkat sama siapa Sha?" Tanya Erwin.

"Nathan."

Erwin dan Irana saling pandang.

"Nathan siapa? Pacar kamu?" Tanya Irana.

Alisha menggeleng cepat, "Bukan, dia temen Alisha."

Tin..tin..

"Pah, Mah. Alisha berangkat dulu ya." Alisha segera menyalimi tangan kedua orang tuanya.

Sesampainya di luar, Alisha dapat melihat sosok Nathan yang sudah duduk di atas motor besarnya.

"Yuk berangkat," kata Alisha.

Alisha menerima helm yang disodorkan oleh Nathan.

Motor besar milik Nathan melaju, di perjalanan keduanya pun sama-sama diam. Nathan fokus menyetir, sementara Alisha fokus memandang jalanan di pagi hari.

"Mmm lukanya gimana? Udah sembuh?" Tanya Alisha memecah keheningan.

"Hmm," jawab Nathan.

Alisha hanya manggut-manggut saja.

Sesampainya mereka di depan gerbang sekolah, motor Nathan langsung menuju ke parkiran yang lumayan ramai. Alisha merasa diperhatikan oleh siswa-siswi. Segera Alisha melepas helm yang ada di kepalanya lalu ia turun, tak ingin berlama-lama, Alisha langsung melangkah setelah memberikan helmnya pada Nathan.

Nathan mencekal lengan Alisha. Refleks Alisha membalikan badannya.

"Santai aja kali!" Ketus Nathan.

"Gue malu," jawab Alisha.

"Lo gak telanjang, kan? Jadi buat apa malu."

Lalu mereka berjalan beriringan menuju ke kelas. Nathan masih setia mencekal lengan Alisha. Sementara Alisha sedari tadi sudah berusaha melepaskannya. Tapi sepertinya cowok itu tak menyadari  raut wajah Alisha yang sudah memerah.

Banyak sekali pasang mata yang menatap ke arah mereka.

Sampai akhirnya Nathan dan Alisha berhenti di depan kelas XI ips1.

"Belajar yang bener," kata Nathan sambil menarik rambut Alisha yang diikat kuda.

"Ah rese lo!" Alisha menepis tangan Nathan, cowok itu hanya tertawa kecil. Kemudian ia segera melangkah menuju ke kelasnya.

🌻🌻🌻🌻

Kini Nathan dan teman-temannya tengah berada di sebuah warung yang terletak di belakang sekolah mereka, mereka tengah membolos jam pelajaran.

"Lo gak tertarik sama Alisha?" Tanya Radit sambil menyesap sebatang rokok.

"Gak," jawab Nathan datar.

"Nathan mah doyannya Bi Nina," celetuk Arya yang berhasil mendapat tatapan tajam dari Nathan.

"Baru kali ini gue liat lo deket sama cewek, sadar gak si? Alisha itu cewek baik, cantik pula. Lo yakin gak tertarik sama dia?" Tanya Radit sekali lagi.

Nathan hanya mengangguk, apa yang dikatakan oleh Radit semuanya memang benar. Alisha, gadis itu memang cantik, baik. Tapi Nathan belum merasa yakin dengan perasaannya.

"Rezvan mana?" Tanya Nathan.

"Noh lagi molor," jawab Radit sambil menunjuk ke arah Rezvan yang tengah tertidur di sebuah kursi panjang yang terbuat dari bambu. Lalu Radit pun melangkah mendekati Rezvan.

"Van, bangun udah sore," kata Radit, Radit mengguncang tubuh Rezvan. Namun Rezvan tak kunjung bangun juga. Tiba-tiba saja ide jail muncul di benak Radit.

Radit mengarahkan bokongnya tepat di depan wajah Rezvan.

"Uhuk uhuk." Rezvan terbangun sambil terbatuk-batuk, "Najis, bau telor busuk!" Teriak Rezvan.

Semua orang yang berada di warung pun tertawa terbahak-bahak.

"Akhirnya lo bangun juga," kata Radit dengan wajah tanpa bersalahnya.

Rezvan menyadari sesuatu, "Lo kentutin gue? Anjir kentut lo bau banget! Lo makan apa si?!"

"Makan bangke!" Jawab teman-temannya serempak lalu mereka semua tertawa.

🍁🍁🍁🍁

Revisi ulang✓ Kamis, 23 September 2021

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang