Part 22✓

5.4K 244 6
                                    

Alisha mengerjap-ngerjapkan matanya, ia meringis memegangi kepalanya yang terasa sangat pusing.

Alisha baru sadar jika ia ada di kamarnya sendiri. Ia mengingat-ngingat kejadian yang membuatnya berada di sini.

Tok..tok.

Irana memasuki kamar Alisha dengan membawa nampan berisi sepiring nasi goreng dan juga segelas susu.

"Gimana keadaan kamu Sha?" Tanya Irana sambil menaruh nampan tersebut di atas nakas. Kemudian Irana segera duduk di samping Alisha.

"Mah, ko Alisha Bisa ada di sini?"

"Ini kan kamar kamu Sha," jawab Irana sambil tertawa kecil, "Semalem kamu pingsan, Nathan yang membawa kamu ke sini," lanjutnya, lalu tangan Irana terulur mengusap lembut rambut Alisha yang terurai.

Alisha ingat bahwa ia tak pulang ke rumah saat pulang sekolah, dan ia juga ingat bahwa ia bertemu dengan Nathan bahkan sampai memeluknya.

"Mah," lirih Alisha.

"Iya ada apa sayang, ada yang sakit?" Nada bicara Irana terdengar mulai khawatir.

"Soal penyakit aku..."

"Jadi kamu sudah mengetahuinya?"

Alisha mengangguk pelan kemudian Irana segera memeluk putri kesayangannya itu, "Maafin mamah Sha."

Alisha mencoba untuk tidak menangis, "Bukan salah Mamah, semuanya sudah takdir."

Irana mengeratkan pelukannya, Irana tak ingin terjadi sesuatu pada putrinya apalagi sampai kehilangan.
Irana berjanji jika ia akan menjaga Alisha sebisanya, Irana tidak ingin putrinya bersedih ataupun terluka.

"Mah aku harus sekolah." Alisha melepaskan pelukannya.

"Kamu istirahat di rumah satu hari aja, keadaan kamu belum pulih banget. Mamah takut kenapa-napa nanti di sekolah," ujar Irana.

Alisha pun hanya bisa pasrah menuruti apa yang dikatakan Mamahnya.

"Ya udah kamu istirahat aja ya, mamah mau ke bawah dulu," kata Irana tak lupa Irana mencium kening Alisha.

Setelah mamahnya keluar, Alisha merebahkan dirinya. Tubuhnya terasa sakit-sakit semua.

Drttt..drt...

Alisha meraih ponselnya yang berbunyi, ia membukanya, ternyata ada sebuah Chat masuk.

Nathan

Hari ini lo jangan sekolah dulu, lo istirahat aja biar cepet sembuh. Jangan lupa makan minum sama minum obat, I love you.

Seulas senyum terukir di bibir Alisha.

Tok..tok..

"Masuk," kata Alisha tanpa melihat ke arah pintu. Tatapannya masih fokus pada benda pipih yang ada di tangannya.

"Lagi apa Al?" Tanya Fajar, lalu Fajar duduk di pinggir ranjang Alisha.

"Eh, enggak lagi ngapa-ngapain." Alisha menaruh ponselnya di atas nakas.

"Gimana ceritanya si lo bisa pulang udah basah-bahasan, bikin mamah khawatir ajah!" Omel Fajar.

"Aku kan kemarin abis dari rumah sakit, suruh mamah nemuin Om Hendra."

"Lo--"

"Iya aku udah tau," potong Alisha cepat.

"Sini Al." Fajar mengintruksi Alisha agar Alisha mendekat.

Alisha hanya menurut saja. Kini
Alisha sudah berada di samping Fajar. Jaraknya pun hanya beberapa senti.

"Al, pengen sembuh kan?" Fajar mengelus rambut Adiknya dengan kasih sayang.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang