Part 31✓

4.8K 206 2
                                    

Seorang cowok yang mengenakan seragam sekolah yang sudah melekat di tubuhnya, tengah menompang dagu sambil menatap sahabatnya dengan tatapan kesal. Jam masih menunjukan Pukul 06:30, itu artinya 30 menit lagi masih ada waktu untuk ia berangkat ke sekolah, namun harus ia urungkan niatnya itu. Ketika temannya itu menahannya untuk tidak bersekolah dan harus menemaninya di rumah sakit.

"Duh Nat, ngapain sih pagi-pagi buta gini gue harus ke rumah sakit?" Radit menggaruk-garuk kepalanya frustasi.

Nathan hanya menatap datar sahabatnya itu, "Ck sekali gak sekolah gak buat lo mati kan?"

Radit memutar bola matanya malas, "Ya kan gue pengen ketemu Kara Nat, kangen nih gue."

"Kangen siapa lo, Bi Nina?"

"Ko gue kesel ya?!" Radit menatap sinis ke arah Nathan.

Yang ditatap hanya mengedikan bahu acuh.

"Dit!" Panggil Nathan tanpa melihat ke arah sahabatnya itu.

"Hmm." Radit hanya berdeham.

"Mau bantuin gue gak?" Nathan menatap Radit yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Bantu apaan?" Radit menaruh ponselnya ke dalam saku celananya, kemudian melihat ke arah Nathan.

"Nih." Nathan menunjukan sebuah alamat di ponselnya pada Radit. Sebuah alamat toko boneka dan toko bunga.

"Nih kan alamat toko boneka Pak Jamal, ngapain lo ngasih alamat ini ke gue?"

"Besok Alisha ulang tahun, lo bisa kan bantu gue?"

"Bantu apa?"

"Lo tolong ambil pesenan boneka gue di Pak Jamal, inget boneka panda. Yang ukurannya besar, terus sore ini lo ambil buket bunga di toko flora."

"Gitu doang? Oke deh."

Setelah obrolan tersebut, suasana pun hening. Radit sibuk dengan ponselnya, sementara Nathan sibuk menatap luar jendela memandangi padatnya jalanan Ibukota pagi ini. Sempat terlintas di benak Nathan soal kejadian di mana ia berada di klub hingga membuatnya bisa sampai berada di rumah sakit seperti ini, pertanyaan yang kini memenuhi kepalanya adalah mengapa David bisa bersama Dani? Karena yang Nathan tahu, David adalah type laki-laki yang paling anti dengan hal seperti itu.

Lamunan Nathan buyar ketika pintu ruangan terbuka dan munculah Mamah, Papah serta El.

"Gimana keadaan kamu, udah baikan?" Tanya Dira lembut pada anak sulungnya itu.

Dira semalam sempat menginap di rumah sakit untuk menemani anak sulungnya, namun karena ada masalah di rumah. Subuh tadi Dira harus pulang.

"Baik," jawab Nathan.

"Lho Radit ngapain kamu di sini, kamu gak sekolah?" Tanya Irfan.

"Tadinya mau sekolah Om, tapi nih anak Om. Nyuruh Radit ke sini," jawab Radit sambil menunjuk Nathan dengan dagunya.

"Ya udah kamu sekolah aja, lagian Nathan udah ada yang nemenin," kata Irfan.

Radit meraih tasnya kemudian ia menghampiri Irfan, "Ya udah Om Radit berangkat sekolah dulu ya." Radit menyalimi Irfan serta Dira.

Dira merasa keberatan karena dari tadi menggendong tubuh El yang berat badannyanya makin bertambah, Dira yang tidak tahu kalau kedua kaki Nathan sedang terluka pun menaruh El di atas kaki Nathan.

"Arghhh!" Pekik Nathan ketika tubuh berat El menindih kakinya yang terluka.

Dira dan Irfan sontak panik, "Kenapa kamu Nak, ada yang sakit?" Tanya Dira.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang