Part 59✓

3K 141 3
                                    

Jam menunjukan pukul 10 siang, itu tandanya bel istirahat akan segera berbunyi dan benar saja bel pun berbunyi. Semua siswa-siswi keluar kelas untuk menuju ke kantin.

Arya dan Rezvan sudah keluar dengan tangan yang terus-menerus mengelus perut mereka yang terasa perih karena menahan lapar.

Baru saja mereka ingin melangkah, tiba-tiba suara teriakan terdengar di koridor. Arya dan Rezvan pun menoleh ke sumber suara dan melihat David yang tengah berlari menghampiri mereka berdua.

Arya berdecak, "Ck ngapain si nih orang, gak tau apa kalo gue laper!"

David akhirnya sampai di depan Arya dan Rezvan, ia membungkukan badannya mengantur napasnya yang tersenggal-senggal. Keringat pun nampak mengucur di pelipisnya.

"Ada apa?" Tanya Rezvan.

David menegakan tubuhnya, kemudian ia menatap dua laki-laki yang berada di depannya ini.

"Lo berdua liat Azel gak?" Tanya David.

"Terakhir kali liat tadi pagi, waktu
Azel mau ke fotocopy," jawab Arya.

"Azelia ke fotocopy bareng gebetan lo berdua kan?" Tanya David. Kompak Arya dan Rezvan pun mengangguk.

"Mereka belum balik juga dari tadi, padahal tempat fotocopy deket. Gue udah tanya sama Bunda. Dan Bunda juga sama, lagi nyari mereka," kata David.

Arya dan Rezvan pun saling tatap, mereka pikir ketiga gadis itu sudah kembali setelah ke fotocopy, tapi ternyata belum. Ke manakah gadis-gadis itu pergi? Tidak mungkin mereka membolos mengingat mereka adalah murid baik-baik. Apalagi Azelia yang notabennya adalah siswi berprestasi.

"Mereka lewat mana ke fotocopynya?" Tanya Arya.

"Gue gak tau, coba tanya sama Mang Sandi."

Segera David, Arya dan Rezvan berlari menuju gerbang sekolah yang selalu dijaga oleh Mang Sandi.

Sesampainya mereka di gerbang, mereka mendapati Mang Sandi yang tengah ngopi bersama tukang cilok yang biasa mangkal di depan sekolah mereka.

"Mang Sandi," panggil Arya.

Mang Sandi yang tengah ngobrol sambil ngopi bersama penjual tukang cilok pun seketika menoleh ke sumber suara. Dan ia mendapati tiga cowok tampan berdiri tak jauh dari keberadaanya. Mang Sandi berbicara sebentar dengan penjual cilok yang menjadi temannya. Kemudian ia berjalan menghampiri cowok remaja tersebut.

"Ada apa, ada yang bisa Mamang bantu?" Tanya Mang Sandi.

"Mang, liat cewek gak tiga orang tadi pagi sekitar jam delapan?" Tanya Rezvan.

Mang Sandi pun nampak mengingat-ngingat kemudian ia pun mengangguk.

"Tadi Mamang liat, mereka keluar gerbang. Katanya si mau ke fotocopy," jawab Mang Sandi.

"Terus mereka ke mana Mang?" Tanya David.

"Oh itu, mereka lewat gang sepi yang di sebelah sana tuh, emangnya kenapa?" Tanya Mang Sandi.

"Enggak Mang, Mang bisa bukain gerbangnya. Kita mau ke fotocopy juga," kata Arya.

Mang Sandi pun mengangguk kemudian ia segera membuka pintu gerbang untuk ketiga cowok remaja itu.

David, Arya dan Rezvan langsung berlari menuju gang yang tadi di bertahukan oleh Mang Sandi. Tiba-tiba saja perasaan mereka tidak enak. Mereka merasa terjadi sesuatu pada ketiga gadis itu, mengingat gang yang dilewati gadis-gadis itu adalah gang sepi jarang sekali orang yang lewat sana. Karena sering terdengar berita-berita aneh dari orang-orang sekitaran situ.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang