DD || Part 02.1 - Bohong

13.1K 660 15
                                    

Hari senin adalah hari yang sudah pasti di benci oleh para siswa termasuk Dio, hari senin selalu berpanas-panas ria di tengah lapangan karena agenda rutin sekolah untuk upacara pagi.

Dio yang sedang duduk di kursi dengan mengibaskan buku pelajarannya karena baru saja ia berlari lapangan untuk menerima hukuman akibat melanggar peraturan yaitu terlambat masuk sekolah. Biasanya Dio, Raka dan Riki selalu bolos di hari senin. Di tambah guru di hari senin, hampir semuanya Dio tidak menyukainya, Semuanya galak di mata Dio.

"Ka, kenapa kita gak bolos aja, sih?" Raka melirik sekilas dan kembali diam, tidak menanggapi ucapan Dio yang selalu mengajaknya bolos dan tidak semuanya salah Dio, karena Raka juga sering mengajak Dio bolos di hari senin. Tidak heran kalau Dio dari tadi menggerutu. "Sudahlah terserah, terserah." Dio menenggelamkan kepalanya di atas meja dengan buku menutupi kepalanya, Kekanakan sekali, bukan.

Setelah pulang dari sekolah, Dio yang mengendarai mobilnya sendiri, ingin pulang ke apartemennya, rasanya masih sama sejak kemarin dengan suasana hatinya yang sedang memburuk, apa lagi jika mengingat Dera, wanita yang Dio tiduri tanpa sadar. Saat ia memikirkan Dera, ada pejalan kaki yang menyebrang sembarangan, sehingga Dio mengerem mendadak mobilnya.

"Sial." umpat Dio kesal dan pejalan kaki itu berlari begitu saja tanpa meminta maaf terlebih dahulu.

Dio mengendarai mobilnya kembali, di saat itu juga ponselnya berbunyi. Dio merogoh saku celananya dengan susah payah karena Dio sembari berkendara. Saat ponselnya sudah ada di tangannya, Dio melihat siapa yang memanggilnya. Keningnya mengernyit saat melihat nama papanya yang menelepon. Tanpa berpikir dua kali, Dio mengangkatnya meski ada dalam hatinya ingin menolak. Tapi, Dio tau, kalau ia menolak, akan kena omelan dari papanya.

"Halo."

"Hari ini cepat pulang! Kalau tidak, semua aset yang Papa berikan, akan Papa cabut." suara di seberang ponsel itu mengalun indah dengan suara Papanya Dio yang selalu mengancam mencabut dan membuat sengsara. Papa macam apa itu?

"Iya." jawab Dio malas, setelah itu, seperti biasa Papanya mematikan panggilannya begitu saja. Dio melihat ponselnya yang panggilannya sudah terputus, lalu mendengus seraya meletakan ponselnya ke dashboard mobilnya.

"Papa memang gak sayang anaknya." kata Dio sinis sembari mengendarai mobilnya dengan pelan.

Mobil yang Dio kendarai memasuki komplek perumahan elit dan mewah, ia memarkirkan mobilnya dengan sembarang. Ia sudah tidak peduli kalau akan dapat amukan amarah Papanya, Dio sudah terbiasa akan hal itu.

"Mang Ujang, tolong parkirkan mobilku ya Mang." teriak Dio saat keluar dari mobilnya. Mang Ujang yang notabene adalah satpam rumahnya segera mengangguk dan tergopoh-gopoh berlari menuju mobil anak majikannya itu. Mang Ujang tidak ingin mendapat masalah berurusan dengan Dio, padahal dulu waktu masih kecil, Dio sangat ceria dan ramah seperti Ibu-nya. Akan tetapi semuanya berubah saat Papa-nya Dio mengenalkan istri pertamanya dan anaknya pada Ibu-nya Dio. Miris, memang. Dio yang masih kecil yang tidak tau apa-apa, merasa tersiksa dan tersakiti karena keegoisan Papa-nya. Harta memang bisa membuat semuanya menjadi buta.

Istri mana yang terima kalau, sang suami sudah punya istri dan anak. Sementara ia mengira kalau suaminya masih bujang dan belum berkeluarga. Keretakan dan keharmonisan selama itu pun, dalam sekejap berubah sirna dan menjadi petaka. Ibu-nya Dio terkena serangan jantung dan Dio kecil hanya menangis melihat Ibu-nya terbaring di lantai. Sejak saat itu Dio sudah membenci Papa kandungnya sendiri dan istri serta anaknya yang ia bawa masuk kerumah Ibu-nya.

Dio and Dera [Series #2] ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang