DD || Part 02.3 - Bohong

10.3K 582 23
                                    

Dio semalaman tidak bisa tidur saat mengetahui rencana Papa-nya dan Om Ananta untuk menjodohkan Dera dan Zaki. Selama seminggu itu Dio masih tinggal di rumahnya karena ancaman Papa-nya. Dirasa dirinya sudah suntuk dan tidak betah Dio menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk mengambil kunci mobilnya, ia ingin pergi dari rumahnya, ingin pulang ke apartemen. Jika ia tetap tinggal di rumah, mungkin ia akan stres jika harus mendengar ocehan-ocehan papa-nya. Tanpa pamit Dio menyelinap keluar dari rumahnya.

Sesampainya Dio di apartemen, Dio segera melepaskan semua pakaiannya dan meninggalkan satu saja yaitu boxer yang melekat pada tubuhnya, Dio segera merebahkan tubuhnya di sofa dengan menatap langit-langit apartemen-nya. Membayangkan sosok wanita yang sudah ia sentuh, Dera. Wanita yang sebentar lagi akan bersanding dengan Zaki, kakak tirinya. Tapi, apakah pantas Zaki mendapatkan bekasnya? Dio merasakan perasaan yang tidak enak. Seburuk-buruknya kakak tirinya, Zaki pantas mendapatkan yang terbaik dan belum tersentuh orang lain. Dera sudah ia sentuh dan sudah ia ambil keperawanannya, meski Dio tidak ingat gambaran jelasnya.

Tunggu, bukankah Dio harusnya senang?

Saat bayangan wajah Dera memasuki pikirannya, bel pintu apartemen-nya berbunyi, sehingga Dio mau tidak mau beranjak dari sofa dan membuka pintu apartemen-nya. Wajah yang barusan ia bayangkan sekarang berada di hadapannya di depan pintu apartemen-nya.

"Dera? Ngapain lo ada di apartemen gue?" ujar Dio terkejut. Ia tidak menyangka kenapa Dera ada di sini. Tanpa memperdulikan ucapan yang Dio dengar, Dera masuk dan segera duduk di sofa dengan menyilangkan kedua tangannya, meski sang pemilik menatapnya kesal.

Dera berlaga sok berani, padahal dalam dirinya sudah gemetar dan takut pada remaja abg yang sebentar lagi akan menjadi adik iparnya itu. "Ngapain lo duduk, ini bukan apartemen lo ya!" Dera menaikan kedua kakinya di atas meja. Membuat Dio sangat berang dengan sikap tidak sopan santunnya Dera. Seakan apartemen-nya adalah miliknya dan dirinya hanya seorang tamu. Hey, kebalik. Dera yang tamu.

Dera berdecap lidah sebelum memulai obrolannya. "Hay, calon adik ipar!" kerutan Dio semakin dalam, maksudnya Dera apa?

Dio masih berdiri dan bersandar di pintu apartemen-nya. "Sudah deh jangan basa-basi. Lo kesini mau apa? Gue mou bobo, kalo lo gak ngomong, apa lo mau boboin gue?" ucapan Dio membuat degup jantung Dera meningkan. Ia harus mengatakannya cepat-cepat pada Dio, abg nakal yang ada di hadapannya dan setelah itu pergi.

"Gue mau lo jaga rahasia tentang kita, gue gak mau hubungan gue dengan kakak lo jadi berantakan hanya karena lo yang audah nyentuh gue!" Dio menyeringai membuat bulu kuduknya Dera meremang.

"Lalu? Apa yang gue dapat?" Dio melangkah mendekati Dera yang sudah salah tingkah dan menurunkan kedua kakinya. Dio tau kalau Dera gugup dan dari pengamatannya tadi saat makan malam, Dera sepertinya anak kesayangan Om Ananta.

"Mau lo apa?" cicit Dera tidak tenang saat Dio sudah memerangkap Dera di atas sofa. Seringaian Dio kembali tercetak.

"Kalo gue tutup rahasia, Zaki pasti tau kalo lo sudah tidak perawan lagi setelah nikah nanti."

"Gue mau operasi perawan." Dio terkejut dengan ucapan yang Dera lontarkan, operasi perawan?

"Kalo begitu, barusan yang lo ucapkan akan jadi rahasia gue juga."

Sial, Dera bodoh, kenapa juga memberitahunya!

"Gue mohon jangan kasih tau sama siapa-siapa ya! Lo mau jadi adik ipar gue soalnya. Lo mau apa, bilang saja. Asal lo jangan bilang-bilang rahasia ini pada orang lain."

Dio tersenyum sangat lebar, dengan berani Dio memegang pipi kanan Dera dan mengelusnya pelan. Halus, pasti perawatan mahal.

"Kalau begitu, sebelum lo operasi perawan. Boleh kalo gue melakukannya sekali lagi?" degup jantung Dera berlari maraton saat mendengar ucapan Dio barusan.

Dio and Dera [Series #2] ✅ Where stories live. Discover now