DD || Part 02.2 - Bohong

8.4K 485 5
                                    

Selama jamuan makan malam, Dio maupun Dera hanya diam, tidak menikmati santapan makan malamnya. Karena saat ini Dera merasakan kegugupan yang menyerangnya, ternyata laki-laki yang merenggut kegadisannya adalah anak abg di tambah Dio adalah adik dari laki-laki yang di sukainya, Zaki. Dunia terlalu sempit karena harus berputar di pijakan tanah yang sama. Dera bingung harus bereaksi seperti apa kepada Zaki. Jika pun kelak Dera menikah dengan Zaki, semua itu tidak akan merubah pandangannya terhadap Dio, adiknya Zaki yang masih bersekolah.

Dera bingung harus bagaimana menghadapi sikap yang seperti apa kedepannya. Apakah perasaannya harus ia kubur dalam-dalam kepada Zaki?

"Ehm, permisi, toiletnya dimana ya?" ucapan Dera berhasil membuat orang-orang yang ada di meja makan teralihkan kepadanya.

"Oh, toilet. Ada disebalah kanan dari sini dekat meja bar, disana nanti ada ruang keluarga dari situ nanti ada pintu berwarna merah, belok kiri aja, Dera. Apa perlu aku antar?" kata Zaki pelan dengan senyuman yang mengembangnya.

"Tidak perlu, Zaki. Aku bisa sendiri," ujarnya. "Kalau begitu aku permisi dulu."

"Jangan terlalu lama, sayang. Papa mau membicarakan sesuatu."

Dera mengangguk, "Baik, Pa." Dio yang sedari tadi cemberut dengan mengunyah makanannya malas melirik gugup ke arah Dera yang sudah pergi menjauh dari meja makan.

"Pa, aku mau angkat telepon sebentar." kata Dio berbohong dengan memegang ponselnya, sebelum Kris menyela Dio sudah pergi meninggalkan meja makannya dan mengejar Dera tanpa sepengetahuan siapa pun. Dio melirik ke kanan dan ke kiri meneliti apakah ada yang mengikutinya atau tidak. Setelah di rasa sudah aman, Dio bergegas menuju ke toilet yang Zaki ucapkan tadi. Ia ingin berbicara pada Dera sebentar soal mengenai kejadian kemarin.

Saat sudah sampai di toilet rumahnya yang di khususkan untuk tamu yang berkunjung ke rumahnya. Dio membuka pintu toilet itu dengan mengendap-endap seperti orang yang mau mencuri. Dio membukanya sangat perlahan dan masuk ke dalam, tidak lupa ia mengunci pintu toiletnya. Setelah sudah ia kunci, Dio membalikan badannya.

"Se-sedang apa ada disini?" kata Dera gugup kala menatap mata Dio yang menatapnya juga.

Dio segera mengangkat tangannya seperti orang yang menyerah dan tertangkap basah oleh polisi. "Tu-tunggu, gue kesini cuma mau bicara sebentar sama lo."

"Apa?" Dera sudah mulai kesal karena Dio bersikap tidak ada sopan-sopannya kepada orang yang lebih tua darinya.

"Dera, gue mohon sama lo, lupakan masalah kemarin. Gue gak inget, suer. Kalo lo ngomong yang enggak-enggak, bukannya lo akan malu sama Zaki!" dalam sedetik letupan emosi dan amarah yang Dera rasakan keluar begitu saja karena Dio menyinggungnya tanpa Dio sadari. Rasa gugup yang Dera rasakan sudah berubah menjadi rasa kesal pada laki-laki yang sudah menyentuhnya itu.

"Tutup omong kosong yang lo omongin." teriak Dera kesal. Dio yang tidak menyangja akan mendengar ucapan sinis yang di keluarkan Dera, hanya berjingkat terkejut dan menaikan kedua alisnya bingung. "Kalo lo mau gue tutup mulut, lo tinggal diam dan jangan bahas masalah kemarin lagi. Anggap aja kemarin cuma mimpi buruk. Minggir gue mau balik lagi." ujarnya sinis menyuruh Dio untuk minggir supaya bisa memberikan akses untuknya biar cepat keluar dari toilet.

Dio menggeleng cepat, "Gak akan, sebelum lo janji dulu, gak akan bocorin masalah kemarin sama orang lain."

Dera menatap tajam ke arah Dio, meski percuma saja untuk Dio merasa takut. Karena Dera menatap tajam seperti itu terasa sangat imut di mata Dio. Dalam hati Dera merutuki akan sikap nyeleneh adiknya Zaki. "Yang seharusnya ngomong gitu itu gue. Gue yang merasa di rugikan, bego. Minggir gue benci sama lo."

Dio and Dera [Series #2] ✅ Where stories live. Discover now