Paper Heart (2)

1.6K 190 9
                                    

Setelah kejadian dikelas dengan Daehwi dan ide gilanya yang meminta Guanlin kembali pada Jihoon, pemuda Taiwan itu jadi lebih banyak diam. Ia bahkan tidak ikut ke kantin bersama yang lainnya.

Bukan Guanlin tidak ingin menuruti permintaan Daehwi. Ah, mungkin memang tidak ingin. Katakanlah Guanlin memang tidak ingin kembali bersama Jihoon. Tapi alasannya bukan itu.

Bagaimana bisa ia kembali pada Jihoon sementara hatinya tak pernah ia berikan pada Jihoon? Bahkan sejak dulu saat keduanya masih bersama.

Guanlin memilih menyerah. Ia tidak ingin berbohong lebih lama pada Jihoon. Mengenai perasaannya, tentu saja Jihoon tidak tahu yang sebenarnya. Setidaknya itu lebih baik sehingga tidak terlalu menyakiti Jihoon saat keduanya berpisah.

"Yakk Guanlin-ah. Kau lupa? Kita ada perkumpulan tim basket sekarang." suara Haknyeon berhasil membuat Guanlin kembali pada kesadarannya.

"Jinjja? Aku tidak ingat."

Haknyeon menghela nafas. Memutar kedua bola matanya jengah.

"Cepatlah!"

.
.
.
.
.
.
.

"Ku pikir akan ada pergantian anggota." ucap salah satu anggota tim Basket yang sedang berkumpul di lapangan tersebut.

"Apa maksudnya?" Guanlin bertanya pada Haknyeon setelah mendengar beberapa penuturan anggota lainnya.

Haknyeon mengendikkan bahu. Sementara Guanlin hanya menatapnya datar. Tak lama netranya menangkap sosok senior yang baru saja ia bicarakan dengan teman sekelasnya tadi pagi.

'Jinyoung Sunbae.'

Seketika pikirannya kembali melayang pada percakapannya dengan Daehwi.

Tentang ide kembali pada Jihoon.

Pandangan Guanlin tidak lepas dari figur Bae Jinyoung yang berjalan mendekat. Diperhatikannya setiap langkah Jinyoung. Cara berjalan, gaya berpakaian, gaya rambut, raut wajah dan aura yang ia pancarkan. Guanlin bisa melihat semuanya begitu sempurna.

Guanlin akui. Sosok seorang Bae Jinyoung memang begitu sempurna. Wajah tampannya terpahat sempurna dengan tulang yang menonjolkan setiap pahatan dan ukuran wajah impian semua orang. Tatapan matanya yang tajam menjadi pesona tersendiri yang mampu mengunci perhatian banyak orang. Matanya yang tajam itu dapat berarti mengintimidasi atau memikat. Raut wajahnya benar-benar membuatnya terlihat karismatik. Aura gelapnya yang kuat membuat keberadaannya begitu di sadari.

Katakanlah Guanlin berlebihan. Tapi memang begitu adanya. Bae Jinyoung itu tampan dan keren. Dilihat dari cara berpakaiannya saja sudah nampak sekali bahwa ia adalah anak berpendidikan dari keluarga kaya raya yang terhormat. Style yang biasa ia gunakan juga tidak terlalu formal sehingga terlihat nyaman di pandang.

Jinyoung juga siswa berprestasi. Juara olimpiade dan peringkat satu paralel. Sungguh tidak ada yang kurang dari seorang Bae Jinyoung. Wajar jika banyak wanita dan lelaki manis yang menyukai Bae Jinyoung. Termasuk Daehwi.

Ah, mengingat itu membuat Guanlin kembali merasa sungkan. Rasanya mendeskripsikan seorang Bae Jinyoung tidak cukup jika hanya satu chapter :(

"Jadi.." suara pelatih Kim menginterupsi Guanlin dan aktivitasnya 'mengagumi' Bae Jinyoung.

"Mulai pekan ini, Jinyoung resmi bergabung bersama tim kita. Dia bukan lagi peserta ekstrakurikuler, melainkan seorang pemain sekarang. Harap kerjasamanya." ujar pelatih. Di sahuti anggukan paham dari para anggota tim Basket.

"Bae Jinyoung ibnida. Mohon kerjasamanya." Jinyoung memberi salam seraya membungkuk sebentar.

"Ne." sahut seluruh anggota lagi.

"Kalian bisa bubar sekarang." ucap pelatih.

Sementara yang lain membubarkan diri, Guanlin masih terdiam di tempatnya. Sampai sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Guanlin-shi."

Guanlin menoleh kearah sumber suara. Dilihatnya Jinyoung tengah berdiri di sampingnya. Guanlin teperangah.

"A-ada yang bisa ku bantu, sunbae?" tanya Guanlin gugup. Ia sendiri bahkan tidak mengerti dengan cara bicaranya saat ini.

"Ani. Hanya ingin tahu saja. Mengapa tidak kembali bersama mereka?" Jinyoung balik bertanya. Suaranya yang dalam begitu datar dan tenang. Guanlin tidak mengerti mengapa ia menjadi gentar tiba-tiba seperti kucing yang tertangkap basah mencuri ikan.

"Ah, hanya sedang ingin disini saja, sunbae."

'Apa-apaan itu? Klise sekali.' rutuk Guanlin dalam hati.

"Tidak usah terlalu formal begitu Guanlin. Santai saja." sepertinya Jinyoung juga merasa tidak nyaman dengan gaya bicara Guanlin yang agak canggung.

"Ne, sunbae." Guanlin tersenyum kikuk. Ada sisi lain dari Jinyoung yang baru ia ketahui. Bahwa laki-laki itu memiliki sisi bersahabat.

Jinyoung tersenyum simpul. Kemudian pamit undur diri yang di jawab anggukan singkat oleh Guanlin.

'Rasanya seperti kau dikalahkan tepat di depan wajahmu.'

Entah bagaimana Guanlin merasa kalah detik itu juga. Ia menjadi kecil ketika berdekatan dengan Jinyoung. Wajar saja jika Daehwi lebih menyukai Jinyoung ketimbang dirinya yang hanya sekadar tetangga bagi Daehwi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sementara Daehwi berdiri di lorong sembari menyembunyikan wajahnya di pintu loker yang sengaja ia biarkan terbuka. Pandangannya sesekali mengintip sosok sempurna di sisi lain dengan tatapan memuja.

'Ah, tampannya.' batinnya.

Senyum yang sejak tadi tidak pernah hilang dari wajahnya perlahan memudar begitu mendapati sang pujaan hati mengelus puncak kepala lelaki manis yang datang menghampirinya. Perlahan tatapannya menyendu kala lelaki manis itu tersenyum dan berbicara dengan nada imut yang dibuat-buat yang membuat lawan bicaranya memekik gemas lantas mencubit pipi gembilnya.

Ah, Lee Daehwi jadi cemburu. Dia juga ingin di perlakukan begitu. Dia juga ingin perhatian Jinyoung, orang yang sejak tadi ia perhatikan.

'Pasti sangat menyenangkan menjadi Jihoon sunbae.' lirih Daehwi dalam hati.

Daehwi memutuskan untuk tidak berlama-lama di sana. Ia segera mengambil beberapa barang di dalam lokernya yang sejak tadi terbuka kemudian menutupnya. Daehwi memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Melewati Jinyoung dan Jihoon yang sedang bermesraan di sisi lain lorong. Ah, perjalanan menuju kelas sepertinya akan panjang dan sulit.

Nyatanya, Lee Daehwi berhasil melewati keduanya dengan gejolak panas di hatinya. Oh jangan biarkan Daehwi membenci Jihoon untuk yang kedua kalinya kali ini.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nyatanya, tanpa ada satu pun yang tahu. Ada satu sosok yang memandang Daehwi dengan pandangan yang sulit di artikan. Dengan sebuah perasaan aneh yang membuncah di hatinya. Dengan pandangan yang tak luput sejak Daehwi, pria manis berwajah cantik itu berjalan meninggalkan lorong.

***

Eyakkk double up ceritanya hari ini :v
Hehehehh
Akika merasa sangat sangat sangat berhutang untuk melanjutkan ini kayaknya. Walopun niatnya mau jadi oneshoot aja. Dengan ending yang bukan akika banget. Kayak di Paper Heart bagian pertama.

Tapi berhubung akika bukan penggemar SAD or GANTUNG ending. So i think i should make it a little bit clear.

Boleh nawar kan?
30 vote untuk 2 part terakhir.

Bukan apa-apa kok. Gak maksud songong juga :v

Elah banyak bacod gue.

Selamat membaca

Bye

📌Park Sabiel

Bae x LeeWhere stories live. Discover now