Paper Heart (5)

869 124 12
                                    

Akhir-akhir ini Guanlin jadi sedikit canggung dengan Daehwi. Dirinya seperti menjaga jarak dengan sahabat kecilnya itu. Meski dirinya berniat menyerah, tetapi tak ada sebersit keinginan pun untuk menjauhi Daehwi. Namun, Guanlin sendiri tidak mengerti mengapa dirinya justru membangun dinding pemisah antara dirinya dengan Daehwi. Seolah itu adalah cara agar ia bisa membuat Daehwi bahagia.

Sementara disisi lain Daehwi nampak biasa saja. Menikmati harinya seperti biasa. Mengagumi seorang Bae Jinyoung dari jauh. Sesekali bertegur sapa ketika keduanya bertemu. Meski tidak pernah lagi berbicara banyak seperti saat mereka kehujanan dulu, setidaknya Daehwi ada kemajuan.

Daehwi tidak mengerti bagaimana dirinya mengagumi seorang Bae Jinyoung. Tetapi enggan untuk mengenalnya lebih dekat. Dirinya senang saat bisa berbincang dengan pria tampan itu. Tetapi tak ada keinginan untuk jauh lebih dekat dalam hatinya. Entah dirinya yang terlampau gengsi untuk mendekat. Atau memang obsesinya hanya sebatas rasa penasaran yang telah tuntas karena komunikasi yang mereka jalin beberapa waktu lalu. Daehwi tidak mengerti.

Ketika hatinya terus menjerit kagum saat pria bermarga Bae itu tertangkap netranya, otaknya seolah memanggil nama lain.

Guanlin.

Daehwi bisa jadi terlihat biasa saja dengan sikap Guanlin yang cenderung menjauhinya akhir-akhir ini. Nyatanya Daehwi memang kepikiran. Daehwi terlalu peka untuk tidak menyadari bahwa Guanlin menjauhinya. Baginya, Guanlin terlalu jelas untuk dirinya baca.

Tetapi Daehwi tidak cukup peka untuk memahami kalimat-kalimat Guanlin malam itu, ketika dirinya menelpon Guanlin. Selama ini Daehwi tidak cukup peka untuk menyadari betapa besar perasaan Guanlin padanya.

"Guanlin!" panggil Daehwi ketika netranya menangkap sosok itu.

Guanlin berhenti. Menoleh sebentar lantas melanjutkan langkahnya lagi.

"Yakk. Kau meninggalkanku?"

"Aku kan, selalu begitu." sahut Guanlin.

"Yakk, bodoh! Kau ini marah padaku ya?" tanya Daehwi.

"Tidak."

"Eiyy, kau bohong."

"Mau marah atau tidak, kau kan tidak peduli."

Daehwi menyernyit. Tidak mengerti dengan sikap Guanlin padanya yang semakin hari semakin sinis padanya.

"Sudah ya? Aku harus pergi."

Daehwi menatap sendu punggung Guanlin yang perlahan menjauh. Masih menerka-nerka, kesalahan apa yang ia perbuat pada sahabatnya itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Guanlin memberhentikan langkahnya saat dirasa dirinya sudah jauh dari Daehwi. Menengok sebentar kebelakang lantas mengelus dadanya sambil menghela nafas. Ah, detak jantung Guanlin tidak normal sekarang.

"Apa aku terlihat seperti sedang marah padanya?" gumamnya.

"Tapi kan, selama ini aku memang merasa marah padanya setiap kali dirinya menceritakan Jinyoung sunbae."

"Ah, meolla. Aku tidak tahu. Berada didekatnya tidak bagus untuk kesehatan jantung. Kau tidak salah, Guan." Guanlin masih asyik bergumam sendiri. Tak menyadari sosok Jihoon berdiri sambil bersedekap dada.

"Jadi, ini cara yang kau maksud?" Guanlin refleks berbalik. Netranya mendapati Jihoon yang tampak menyeringai padanya.

"Bodoh."

Guanlin diam saja. Enggan menanggapi Jihoon. Sementara sang lawan bicara nampak siap mencercanya.

"Ternyata kau masih sama bodohnya. Ku pikir kau akan benar-benar melakukannya dengan caramu. Ternyata benar ya, kau dengan segala tindakan bodohmu." sindir Jihoon.

Bae x LeeWhere stories live. Discover now