You And The Sandglass

1.2K 168 93
                                    

Katakanlah waktu yang kita miliki hanya sebatas pasir yang turun dari gelas. Didalam waktu yang singkat itu, aku ingin menyampaikan segalanya padamu. Tentang aku, tentangmu, dan tentang kita. Aku ingin menyampaikan segala kata yang tak dapat ku ucap hingga detik ini. Agar aku tidak menyesal dikemudian hari. Agar aku tahu bagaimana harus melangkah. Agar aku mengerti, apakah aku harus berhenti atau menjalaninya sampai akhir.

Tapi jika nanti butir pasir terakhir telah jatuh dan aku belum berucap satu patah kata pun, ketahuilah. Mataku telah mengatakan segalanya. Bahasa tubuhku telah menunjukkan semua yang tersimpan. Dan senyuman di akhir waktu itu telah memberitahu keputusanku.

***
"Bae Jinyoung-shi." panggilan tersebut lantas mengalihkan atensi Jinyoung yang sedari tadi sibuk dengan layar ponselnya.

Jinyoung segera menyimpan ponselnya kemudian beranjak memasuki sebuah ruangan bernuansa putih. Netranya menangkap figur seseorang yang berpakaian serba putih dengan kacamata bertengger di hidungnya.

"Eoh, Jinyoung-shi. Silahkan."

"Dokter aku tidak bisa berlama-lama. Bisa langsung pada intinya?"

Figur seorang Dokter ber name tag Kwon Hyunbin itu tersenyum sekilas. Lantas mengambil beberapa berkas di laci mejanya.

"Baiklah karena kau tidak ingin bertele-tele. Aku akan langsung pada intinya." Dokter Kwon membuka pembicaraan. Sementara Jinyoung masih diam menunggu Dokter Kwon melanjutkan.

"Dayoung tidak sepenuhnya bisu. Dia bisa bicara. Kami sudah melakukan beberapa tes dan hasilnya Dayoung baik-baik saja. Anakmu sehat Jinyoung-shi." terang Dokter Kwon.

"Tapi sejak kejadian itu, Dayoung sama sekali tidak pernah berbicara. Dia bahkan selalu menggunakan bahasa isyarat saat memintaku melakukan sesuatu. Ku pikir pita suaranya rusak karena benturan yang ia alami." keluh Jinyoung.

"Dayoung tidak bisu. Pita suara dan organ dalam tubuhnya baik-baik saja. Benturan yang ia alami beberapa waktu lalu tidak berefek apapun. Ini catatan kesehatan Bae Dayoung." Dokter Kwon kemudian menyerahkan beberapa berkas yang berisi riwayat kesehatan serta hasil pemeriksaan kepada Jinyoung.

"Dari hasil tes ini, kesimpulan yang bisa kami berikan sebagai pihak medis adalah Dayoung trauma. Ia mengalami trauma berat akibat kejadian yang menimpanya. Sehingga ia memiliki ketakutan untuk bicara. Masalahnya ada pada kondisi psikis Dayoung. Jika anda ingin putri anda sembuh, sebaiknya anda melakukan terapi. Ada baiknya anda segera menemui Psikiater." penjelasan Dokter Kwon sukses membuat bahu Jinyoung merosot.

Rasanya beban yang ada dipundaknya semakin bertambah berat. Seakan-akan penderitaannya tidak cukup hanya sampai disini. Pikirnya, sampai kapan Tuhan akan menghukumnya?

'Tiba-tiba aku merindukanmu.'

.

4 tahun yang lalu

Pukul enam sore, Jinyoung sudah berada di gedung apartemennya. Langkah kakinya terhenti begitu dirinya hendak menutup kembali pintu yang tadi ia buka sebelum melangkah masuk. Didapatinya seseorang telah menghadangnya sambil bersedekap dada. Jinyoung menatap datar sosok itu, hendak melanjutkan langkahnya menuju kamar sebelum sebuah suara kembali menghentikannya.

"Aku hamil."

Suara datar itu sukses membuat Jinyoung mengalihkan atensinya pada sosok itu.

"Candaanmu tidak lucu, Daehwi-shi." balas Jinyoung tak kalah datar. Meski hatinya bergemuruh takut.

"Kau pikir aku main-main?"

Jinyoung masih berusaha menyembunyikan keterkejutannya. Memasang wajah datarnya sambil menata perasaannya.

Bae x LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang