[10] the savior

1.9K 460 63
                                    

10 Mei 2016


pemuda berparas tampan itu kini sudah ada diatas motor sport nya, dengan kecepatan penuh yang melintasi jalanan sepi di jakarta hari ini

ia panik, hanya karena sticky note yang setiap hari di dapatnya.

bukan, bukan seperti itu. isinya sangat berbeda kali ini

memikirkannya saja membuat rashaad semakin cemas

"gua tolol banget sih, harusnya gua nembak dari dulu arghh rashaad goblok goblok goblok"

motornya berhenti tepat disebuah gedung yang berada di pusat kota. setelah memarkirkan motornya, dengan cepat rashaad berlari ke dalam gedung tersebut.

iya, harusnya hari ini rashaad dalam keadaan rapih, mengingat malam hari ini adalah malam dimana sekolah mereka mengadakan party.

tapi yang namanya daviandra hyunjin rashaad mana peduli dengan acara seperti itu, yang penting kecemasan nya reda sekarang.


rashaad, aku nyerah aja kali ya sama kamu?

          ㅡ10


demi tuhan setelah membaca sticky note itu rashaad langsung lupa akan segalanya,

kecuali wulan.

rashaad benar benar yakin bahwa dalang dibalik sticky note yang setiap hari tertempel di loker miliknya itu adalah wulan.

pemuda itu menajamkan penglihatannya, berusaha mencari wulan diantara kerumunan banyak orang.

namun hasilnya nihil, sampai akhirnya ia bertanya kepada sanha yang sedang duduk duduk mejeng diantara para murid perempuan.

"san san liat wulan gak?"

"lah? gua kira yang tadi jalan ke rooftop itu wulan sama lo, ternyata lo baru dateng" balas sanha bingung sambil menatap rashaad dari atas sampe bawah

"bangsat, yauds gua duluan ya san. kalo gua gabalik balik ntar lo samper ke rooftop, ok?" sedetik kemudian rashaad sudah menghilang dari hadapan sanha. membuat pemuda itu hanya menggelengkan kepalanya heran

________












dan sekarang disinilah rashaad berada, di lantai paling atas gedung tersebut. helaian rambutnya terkibas terkena angin malam yang dingin, tangannya masih mencengkram erat gagang pintu rooftop tersebut.

mata rashaad semakin memerah, pemuda itu tak lagi bisa menahan sakit di dadanya. sesak.

yang ia lihat kini hanya wulan dengan temannyaㅡraidan jenoㅡ yang sedang berciuman mesra tanpa menyadari keberadaannya

"gua yang telat atau lo yang gampang nyerah?" bisik pemuda itu pelan, hampir tak terdengar malah.

rashaad menutup pintu rooftop itu dengan pelan, berusaha tidak membuat suara.

perlahan kaki jenjangnya menuruni satu demi satu anak tangga, tangan kanannya mencengkram erat dada bagian kirinya

"sakit banget anjinghhh"

pemuda itu mendudukan dirinya di salah satu anak tangga, tangan kirinya meronggoh saku celananya, berusaha mencari inhaler yang biasa dibawanya.

"aduh rashaad tolol, pake ketinggalan segala" pemuda itu merutuki kebodohan dirinya sendiri

"sekarang tinggal tunggu mati aja ya shaad" monolog pemuda itu sambil menyenderkan tubuhnya di dinding, kepalanya menengadah menatap atap gedung yang warna plafonnya mulai menghitam.

untuk beberapa detik ia memejamkan matanya, "ya siapa tau aja disurga banyak cewe cakep kan?"

nafas pemuda itu semakin sesak, dan rashaad semakin yakin bahwa hari ini adalah hari terakhirnya.

tapi seketika ia kembali membuka matanya, bibirnya membuat lengkungan tipis walaupun wajahnya sudah pucat pasi.
















di depannya kini sudah ada ayasha ryujin yang berusaha menyadarkan dirinya sambil mengucapkan kalimat kalimat penenang.

rasa bersalah kini mengampiri pikiran rashaad sepenuhnya.

rashaad memegang tangan gadis itu lembut,

dan tiba tiba saja semuanya gelap.

hello, you Where stories live. Discover now