Bagian 3 [Namanya Yusuf]

1.2K 57 0
                                    

Gadis berambut coklat itu menutup pintu mobil miliknya yang sebelumnya sudah terparkir rapi di parkiran kampus. Dia memutuskan untuk mengikuti mata kuliah hari ini, atau mungkin lebih tepatnya pagi ini. Gadis seperti dia mana mungkin mau mengikuti kelas sampai usai. Membosankan sekali, rasanya. Pagi ini saja, dia hanya iseng untuk pergi kuliah.

"Hei, Nan!" Seseorang memanggil namanya. Gadis berambut coklat yang dipanggil tadi itu pun berhenti melangkah. Menatap seorang gadis yang saat ini mendekat ke arahnya.

"Tumben kuliah? Si Nanda udah bosen bolos nih?" Tanyanya yang diakhiri dengan kekehan.

"Gue bolos, salah. Giliran kuliah, juga salah.." Jawab Nanda sembari menatap gadis tadi dengan sinis.

"Ya ampun, Nandaku sayang. Bebeb ulan tadi cuma bercanda doang ih, maaf yah.." Ucap gadis tadi dengan tangan yang disatukan di depan dadanya seraya memohon. Nanda, gadis berambut coklat itu malah memandangnya dengan tatapan jijik, apalagi setelah melihat mata gadis itu yang sengaja dia kedip-kedipkan.

"Nanda ih, ngelihatinnya kok gitu amat. Udah yuk ke kantin dulu, kita sarapan. Lagian kelasnya masih lama dimulai 'kan ya?" Ajaknya sambil menarik tangan Nanda menuju ke kantin yang terletak di ujung kiri sana. Nanda hanya menurut dan tersenyum simpul. Gadis yang menarik tangannya ini memang memiliki tingkah yang absurd, tetapi dengan kekonyolan itulah yang membuat Nanda nyaman bersamanya. Setidaknya, Nanda bisa tersenyum jika bersama sahabatnya ini. Atau bisa dibilang, satu-satunya sahabat yang ia punya.

"Lo mau pesen apa, Nan?" Tanyanya setelah mereka duduk di meja kantin itu.

"Lagi pengen nasi goreng nih" Jawab Nanda tersenyum miring. Wulan, gadis yang menanyainya tadi mengangguk cepat dan langsung beranjak dari sana menuju Ibu kantin yang sedang menyiapkan satu mangkuk bakso.

Bakso? Ya, tentu saja. Mereka itu sedang berada di kantin yang isinya berjualan bakso. Sementara Nanda tadi malah meminta nasi goreng. Apa Nanda sudah gila? Hahaha, tentu saja tidak. Dia hanya ingin sedikit mengerjai Wulan. Biar saja gadis itu memesan nasi goreng di warung bakso. Salah dia sendiri yang sok-sok menawarkan Nanda mau pesan apa.

Tak lama kemudian, Wulan berjalan ke arahnya dengan memegang dua piring. Dan dua piring itu adalah dua porsi--nasi goreng?

Eh, tunggu. Itu benar-benar nasi goreng? Nasi goreng di warung bakso, bagaimana bisa?

Nanda masih menatap ke arah Wulan yang semakin dekat ke arahnya. Ternyata yang dibawa gadis itu benar-benar nasi goreng.

"Pasti kaget 'kan ya? Kok bisa gitu 'kan?" Wulan segera duduk di samping Nanda dan menaruh dua piring berisi nasi goreng tadi ke atas meja.

"Pasti kaget 'kan ya? Kok bisa gitu 'kan?" Wulan segera duduk di samping Nanda dan menaruh dua piring berisi nasi goreng tadi ke atas meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nih, dimakan nasi gorengnya." Nanda yang mendengar itu pun langsung mengangguk dan mengambil sendok. Mulai menyantap nasi goreng itu. Dia berhenti sejenak dan menoleh ke arah Wulan.

"Kok bisa sih?" Tanyanya.

"Apa sih yang enggak buat kamu"

"Gue serius, Wulan. Kok bisa-bisanya lo beli nasi goreng disini? Inikan jualnya bakso." Wulan hanya tertawa mendengar penuturan Nanda tadi.

"Disini 'kan sekarang gak cuma jualan bakso aja. Tuh lihat, daftar menu-nya ditempel diatas sana" Jelasnya sembari menunjuk spanduk yang tertempel diatas sebelah kirinya. Dan benar saja, daftar menu-nya bukan hanya bakso saja. Salah satunya ada nasi goreng. Tapi sejak kapan?

"Lo 'sih, kelamaan bolos.." Sindirnya. Nanda menggaruk tengkuknya, merasa sedikit tersindir dengan ucapan sahabatnya itu. Memangnya, dia bolos sudah selama itu? Baru juga seminggu yang lalu. Iya, seminggu yang lalu.


Mereka tampak menyantap nasi goreng itu dengan lahap. Sambil sesekali meminum es teh yang baru saja diantar oleh Mbok Ifah, penjual di kantin ini. Wulan yang memesannya, bahkan malah mentraktir Nanda. Benar-benar sahabat pengertian ya..

Kini mereka sudah selesai melahap habis nasi goreng itu. Nanda masih sibuk menghabiskan minumannya, sementara Wulan pergi ke depan sana untuk membayar pesanannya tadi. Nanda beranjak dari duduknya, hendak menyusul Wulan. Mata gadis itu menyipit kala melihat seorang lelaki yang sedang mengobrol dengan Wulan.

Lelaki itu, seperti lelaki yang dilihatnya tadi malam.

Nanda berjalan mendekatinya. Setelah dilihat dari dekat, ternyata lelaki ini memang persis seperti lelaki yang semalam itu. Mereka masih asyik mengobrol hingga Wulan menyadari kehadiran Nanda yang saat ini berada di dekatnya. Gadis itupun menarik lengan Nanda untuk mendekat ke arahnya.

"Kenalin nih, namanya Yusuf. Dia mahasiswa baru disini. Dan dia satu kelas dengan kita" Ujar Wulan memperkenalkan lelaki yang mengobrol dengannya tadi kepada Nanda. Gadis itu tersenyum menanggapinya, sama halnya dengan lelaki yang bernama Yusuf tadi.

"Nah, Yusuf.. ini sahabatku. Namanya--"

"Zahra." Ujar Yusuf dengan mantap. Dia memotong ucapan Wulan yang tadi ingin memperkenalkan gadis berambut coklat itu padanya.

Wulan yang mendengarnya pun mengernyit bingung. Pasalnya, sahabatnya itu dipanggil dengan nama 'Nanda' dan bukan Zahra.

"Gue bukan Zahra. Nama gue Nanda."

"Iya, bener tuh. Namanya Nanda."

Ucapan Nanda dan Wulan tadi membuat lelaki itu tersenyum lemah. Terlihat kekecewaan diwajahnya.

"Maaf, sepertinya memang aku yang salah mengira" Tuturnya.

"Ya sudah, aku pergi dulu ya. Dan buat kamu, Zah-- ehm Nanda.. salam kenal ya. Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.."

-

Lelaki itu memang benar-benar lelaki yang semalam ditemui Nanda. Bahkan dia juga masih mengira bahwa Nanda itu adalah Zahra.

Lelaki itu, kenapa dia bersikap seolah-olah telah mengenal sosok Zahra?




___

Bakalan dilanjut kalau vote dan commentnya udah nyampe 10 :')

Dan jangan lupa di follow ya,

Btw bentar lagi di jelasin kok, siapa itu Zahra..

*oh iya, makasih buat yang mau baca dan respon cerita ini^^


@Kurennai



Hijrah?Where stories live. Discover now