Bagian 7 [Cinta?]

760 53 6
                                    

"Alhamdulillah.."

Nanda melepas mukena warna putih yang tadi ia kenakan kemudian menaruhnya di lemari yang terdapat di sudut mushola ini. Hatinya sudah jauh lebih tenang setelah melaksanakan sholat Dzuhur tadi. Mungkin rasanya aneh, tetapi memang seperti itulah yang gadis itu rasakan.

"Ayo, Zahra!" Yusuf melambaikan tangan menyuruh Nanda agar segera ke tempatnya.

"Iya, tunggu dulu!" Ujar Nanda setengah berteriak sambil berlari kecil ke arah mobil milik Yusuf itu.

"Rumah kamu dimana, Ra?" Tanya Yusuf yang sedang memasang sabuk pengaman setelah Nanda masuk kedalam mobilnya.

"Gue males pulang ke rumah!"

Yusuf menatap Nanda dengan bingung. Bukannya tadi gadis berambut coklat ini ingin segera pulang ke rumah?

"Gak boleh gitu, Ra! Kalau udah selesai kuliah harus langsung pulang ke rumah. Baru minta izin dulu sama orang tua kalau mau pergi lagi.."

Nanda tertawa hambar mendengar penuturan Yusuf tadi. "Harus gitu, ya?"

Kenapa juga Nanda harus repot-repot pulang ke rumah untuk meminta izin kepada orang tua? Dirumahnya saja sepi, hanya ada Nanda seorang diri. Masih pantaskah yang seperti itu dibilang rumah? Rasanya tidak bukan?

"Iya, nanti orang tua kamu nyariin kamu kalau kamu belum minta izin.."

Lagi-lagi Nanda tertawa hambar. "Nyariin gue? Orang tua gue nyariin gue? Mana mungkin lah!" Nanda beralih menatap Yusuf. "Asal lo tahu ya, orang tua gue itu gak pernah peduli sama gue! Mereka lagi ada di luar negeri, dan gue juga lupa kapan terakhir mereka pulang. Bahkan untuk sekedar nelpon gue aja, mereka gak pernah! Masih pantes yang kayak gitu disebut orang tua?!"

"Astaghfirullah, Ra. Kamu gak boleh gitu. Biar bagaimanapun juga mereka itu tetap orang kamu!"


وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Artinya : "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (Q.S Luqman : 15)


Nanda memicingkan matanya. "Orang tua macam apa yang nelantarin anaknya sendiri ?"

"Kamu lupa, Ra? Ibu kamu udah 9 bulan mengandung kamu, bawa kamu kemana-mana. Belum lagi dia mempertaruhkan nyawanya waktu ngelahirin kamu. Itu semua butuh perjuangan, Ra! Buat apa orang tua kamu ngerawat kamu kalo mereka gak sayang?" Yusuf menyentuh bahu Nanda. "Semua orang tua itu pasti sayang banget sama anaknya, termasuk orang tua kamu!"

Gadis berambut coklat itu menundukkan kepalanya, meresapi perkataan Yusuf yang menggetarkan hatinya. Perlu kalian tahu, sebenarnya Nanda sangat menyayangi kedua orang tuanya. Dia tidak pernah berniat sedikitpun untuk membenci mereka serta melupakan kasih sayang mereka berdua. Justru kasih sayang mereka-lah yang saat ini Nanda rindukan.

"Gue cuma pengen mama sama papa ngumpul lagi di rumah.. kayak dulu.." Lirihnya tertahan.

"Insya Allah, Ra. Kamu sabar aja ya.."

"Dari dulu gue udah sabar kok.."

"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, Ra.."


Hijrah?Where stories live. Discover now