20. Kondom

13.4K 292 7
                                    

Gelora 💗 SMA

Setelah puas ber-HaHa-HiHi ... akhirnya aku dan Randy pamit dari rumah Rudy. Kami balik ke rumahku tepat pukul 3 sore. Di rumah, suasana nampak sepi. Sepertinya Ibu sedang tidak ada di rumah. Entah, ke mana beliau pergi. Mungkin sedang bergosip di rumah tetangga sebelah atau ada urusan apa, aku tidak tahu.

''Poo ... aku boleh tiduran di tempat kamu, tidak? Sebentar aja!'' ucap Randy pas di serambi rumahku.

''Boleh,'' balasku.

''Aku merasa lelah sekali, mataku sangat mengantuk. Mau tidur di tempat Rudy, tapi aku tidak enak. Dia lagi sakit, aku takut mengganggu istirahat dia,'' jelas Randy.

"... " Aku menatap wajah Randy yang terlihat lelah.

''Ran ... aku boleh tanya sesuatu pada kamu?'' ucapku pelan.

''Mau tanya apa, Poo ... kayaknya serius banget, sih?'' jawab Randy.

''Aku perhatikan kamu sangat perhatian sekali sama Rudy ... Apakah kamu ada something terhadap dia yang tidak aku ketahui?''

''Maksudnya?''

''Ada hubungan khusus antara kamu dengan dia.''

''Hahaha ... hubungan apa sih, Poo?''

''Bromance or more, maybe ...''

''No ... just a friend like, you and me."

''Oh ...'' Aku tertunduk.

''Poo ... kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini, apa kamu pikir aku memiliki orientasi seksual yang menyimpang?''

"Tidak ... bukan begitu maksudnya ...''

''Terus?'' Randy menatap mataku dengan pandangan mata yang misterius penuh dengan keingintahuan.

''Aku pikir, kamu baik dan perhatian sama aku saja ... tapi ternyata kamu baik dan perhatian sama semua orang, Ran ... sorry aku baper ... aku sempat berpikir kalau kamu itu menyukaiku ...''

''Hehehe ...'' Randy tersenyum.

''Dulu kamu bilang kamu mau jadi malaikat pelindungku ...''

''Yah ... aku akan melindungi teman-temanku ...''

''Ah, sueee ... aku benar-benar tertipu sama sikap kamu, Ran ...''

''Hahaha ...'' Randy tertawa lepas. "'Kamu terlalu baperan jadi orang, Poo ... kok aku jadi curiga ya, sama kamu, Poo?''

''Curiga kenapa?''

''Jangan-jangan kamu yang orientasi seksualnya menyimpang alias homoseksual.''

''Sembarangan ... ya, nggaklah ...''

''Hahaha ...'' Randy tertawa lepas lagi. ''Aku bercanda ya, Poo jangan dimasukan ke ruang hati!''

Ah ... Randy, kenapa dia jadi berubah begini. Apakah benar aku yang terlalu baperan, ya ... aku menyalahartikan sikap manis dan baik Randy selama ini. Uuuhh ... mengapa aku jadi takut, sih? Ya, takut kalau aku benar-benar jadi seorang gay. Apakah teman-temanku masih mau menganggapku temannya bila mereka mengetahui orientasi seksualku yang sebenarnya. Waduhhh ... tolong aku Tuhan!

''Poo ... kok, bengong, sih. Kamu lagi mikirin apa?''

''Ah, gak kok, aku tidak mikirin apa-apa.''

''Ohh ...''

''Oh ya, Ran ... katanya kamu mau istirahat, ayo kita ke kamarku aja!''

''Oke!"

Aku membuka pintu kamarku. Aku menyuruh Randy untuk masuk ke kamarku. Saat di dalam, mata Randy mulai menyapu seisi ruangan tidurku. Pada mulanya aku membiarkan dia untuk mengenal dan beradaptasi dengan kamar pribadiku ini, namun kemudian aku menjadi was-was ketika dia menemukan sesuatu benda yang berada di atas meja belajarku. Betul sekali ... Randy mendapati sebungkus coklat batangan dan plastik kemasan kondom.

''Poo ... ini apaan?'' Dengan polosnya Randy menunjukan bungkus kondom tersebut di hadapanku. Aku langsung terperanjat dan segera merebut benda itu dari tangan Randy.

''Bukankah itu kondom, Poo?'' kata Randy kepo.

''Iya, ini kondom ...'' timpalku dengan rasa deg-degan.

''Ngapain kamu menyimpan benda begituan, Poo ... buat apa?''

''Jangan ngeres dulu ya, Ran ... aku bisa jelasin kok, kenapa benda ini ada di kamarku.''

''Oke ... sekarang kamu jelaskan kepadaku!''

''Jadi gini, Ran ... tadi pas aku pulang. Ibuku langsung menyamperin aku. Beliau memberikan sebuah bingkisan kecil. Dan pada saat aku buka bingkisan itu, ternyata isinya coklat dan kondom ... gitu lho, ceritanya.''

''Oh, begitu ...'' Randy mengangguk.

''Iya Ran, gitu ...''

''Oke deh, aku percaya sama kamu, Poo ... tapi BeTeWe ... kado itu dari siapa, Poo?''

''Aku tidak tahu siapa pengirimnya, Ran ... mungkin orang yang iseng saja.''

''Tidak hanya iseng aja sih, Poo ... aku yakin ini kode!''

''Kode? Kode apaan?'' Aku mengkerutkan keningku.

''Kode mesum,'' jawab Randy.

''Hahaha ... aku juga berpikir begitu, Ran.''

Aku tertawa, Randy juga.

Hufftt ... syukurlah, Randy bisa memahami aku. Tapi ada satu hal yang menjadi pertanyaan besar dalam batinku. Siapa sih pelaku dari pengiriman kado misterius yang nyeleneh ini. Ada yang tahu, gak? Kasih tahu aku dong!

Gelora 'G' SMAWhere stories live. Discover now