46. Galau

6.3K 222 11
                                    

Gelora 💗 SMA

Pukul 23.12 WITA, aku dan Randy balik ke penginapan. Kami berpisah dan masuk ke kamar masing-masing. Ketika aku memasuki kamar grupku, semua pasang mata sahabat-sahabatku langsung tertuju kepadaku.

''Dari mana saja kamu?!'' ujar mereka kompak mengintrogasiku.

Aku jadi tertunduk dan tidak berani menatap wajah-wajah mereka yang nampak masam dan menakutkan.

''Sorry ... aku habis cari udara segar,'' kataku dengan nada yang canggung.

''Kenapa kamu tidak bilang kepada kami?'' tanya Awan seperti seorang polisi yang mengorek informasi dari tersangka.

Aku cuma terdiam, aku tak tahu harus menjawab apa. Bingung!

''Kamu tahu tidak, kami tadi mencarimu!'' Awan kembali berceloteh.

''Iya ... dan kenapa kamu mematikan Handphone-mu!'' imbuh Akim ketus.

''Aku mematikan handphone-ku karena aku lagi me-recharge-nya di sana!'' jawabku sambil menunjukan HP-ku yang sedang di-charge di tembok. Lalu mata mereka langsung menatap ke benda itu.

''Oh, pantesan ....'' Yopi mengangguk-anggukan kepalanya. Yang lain balik memandangiku dengan tatapan aneh.

''Poo ... kami itu benar-benar mengkhawatirkan kamu ... kami takut terjadi apa-apa sama kamu,'' kata Akim menyemprotku.

''Iya, maafkan aku teman-teman ... aku janji tidak akan mengulanginya lagi," balasku.

''Poo ... sebenarnya kamu dari mana, sih?'' celetuk Yadi membuka suara. Tumben banget nih, anak biasanya diam saja. Tapi malam ini dia berani mengeluarkan suara emasnya. Diam-diam ternyata dia memperhatikan aku juga. Terima kasih, Yadi.

''Maaf ya, teman-teman ... sebenarnya aku habis jalan sama Randy'' terangku.

''Mmmm ... sudah kuduga!'' timpal Akim dengan mimik muka yang kurang menyenangkan.

''Ya, sudah teman-teman ... yang penting Poo udah balik ... jangan pada berantem lagi ya!'' Boni berusaha menengahi. Dia memang yang paling bijak.

''Ya ... mendingan kita bobo, yuk!'' sambung Yadi sambil memeluk bantal dan menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

''Ughhh ...'' Awan dan Yopi bersingut, lalu mereka menyusul Yadi untuk membaringkan tubuhnya. Tak lama kemudian, Boni juga turut serta. Mereka berempat bersiap-siap untuk tidur. Hanya Akim yang masih berdiri dan memandangku dengan sorot mata yang tajam.

''Poo ... sini! Aku mau ngomong sama kamu ...'' kata Akim dengan dinamika yang datar dan kaku.

''Mau ngomong apa, Kim?'' Aku jadi penasaran plus takut juga.

''Tidak di sini, Poo ... tapi di kamar mandi,'' Akim menarik tanganku dan memaksaku untuk masuk ke kamar mandi.

''Akim ... apa yang akan kamu lakukan?'' Aku mencoba berontak.

''Diam!'' tukas Akim sembari mengunci pintu kamar mandi rapat-rapat.

''Kim ... apa yang kamu inginkan?'' Aku jadi benar-benar ketakutan.

Akim tidak mengatakan apa-apa dia hanya membuka resleting celananya dan mengeluarkan Pisang Ambon-nya yang masih setengah ereksi dari dalam sempaknya.

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Akim. Aku masih tidak percaya dengan apa yang sedang dia lakukan. Tubuhku mendadak lemas karena ketakutan yang berlebihan. Aku takut Akim akan melakukan tindakan asusila pemaksaan seperti yang dilakukan oleh Pak Armando kepadaku tempo dulu.

Gelora 'G' SMAWhere stories live. Discover now