11. While longing for you

487 70 20
                                    

Saat memikirkan tentangmu

Mengkhawatirkan dirimu

Membencimu dan tidak dapat tidur karenamu

Semua hal itu, aku tahu akan menyakitkan

(Aku tahu akan tersakiti)

Hanya air mata yang menanti

Ketika cinta menjadi semakin berbahayaーcinta ini menjadi semakin manis, membuatku tidak akan bisa melupakanmu

Karena aku mencintaimu, dan hanya dirimu

Karena aku adalah seseorang yang tidak bisa hidup satu langkah jauhnya darimu

Tidak apa jika aku harus terluka

Tidak apa jika harus tersakiti

Dengan ini, saat aku melihatmu, saat aku menantikanmu, aku ingin hidup seperti ini

Aku ingin hidup untuk menunggu dirimu

.
.
.

Ruangan itu tidak terlalu besar, Tetsuya berpikir mungkin hanya sebagai ruang beristirahat bagi Atsushi ataupun karyawannya.

Isinya pun minimalis. Sofa set, kulkas mini, loker dan sebuah radio. Wallpaper bata putih memenuhi satu sudut, sisanya didominasi oleh abu-abu.

Namun bukan itu yang jadi pertanyaannya.

"Kenapa pintunya harus dikunci?"

Seijuurou tidak menjawab. Ia hanya melangkah menuju kulkas, mengambil air es yang dimasukkan ke dalam baskom, lalu kembali mendekati Tetsuya.

Dilepasnya syal yang membebat lengan kiri, lalu sisi yang tidak terkena darah dicelupkan ke dalam air es.

"Tidak ada alkohol disini, kubersihkan dulu lukamu seadanya," ujar Seijuurou.

"Kau tidak menjawab pertanyaanーduh!" Tetsuya memekik saat syal basah dan dingin menyentuh pipinya yang terluka.

"Sakit?"

Pakai tanya. Tetsuya hanya membuang pandang. Ngambek pertanyaannya tidak direspon. Jadi selama beberapa menit, ia hanya diam dan membiarkan Seijuurou membasuh lukanya.

Beberapa kali wajah itu mengeryit menahan perih, namun gengsi mengakui saat Seijuurou bertanya kembali apakah ia kesakitan atau tidak.

"Aku tidak tahu kalau kau tidak mengatakan padaku apakah ada bagian tubuh lain yang sakit. Mau dibawa ke dokter?"

Tetsuya tetap mogok bicara.

"Tetsuya jawab aku. Ini demi kebaikanmu juga. Mana lagi yang sakit?"

"...."

"Tetsuー"

"Mataku sakit melihatmu disini. Jadi boleh aku pergi?" Ia memandang pintu kayu yang tertutup. "Tapi buka dulu kuncinya."

Won't Stop, Don't Stop ✔Where stories live. Discover now