9 - Sepenggal Malam di Pasar Semawis

1.8K 293 24
                                    

Pasar Semawis yang berlokasi di sepanjang Jalan Gang Warung hanya buka setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pasar Semawis yang berlokasi di sepanjang Jalan Gang Warung hanya buka setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Meskipun tidak pernah sepi, puncak ramainya biasanya di malam Minggu. Di antara para pengunjung yang rata-rata penduduk lokal, terdapat beberapa wisatawan domestik maupun asing yang sengaja meluangkan waktu untuk berburu kuliner.

"Enaknya makan apa, nih?" Gadis bermata sipit itu tampak antusias mengamati stan-stan makanan yang berjejer rapi di pinggir jalan.

"Terserah kamu, deh." Cendana sedari tadi hanya mengikuti langkah Ranum yang belum ada tanda-tanda akan berhenti. Cendana tahu, untuk urusan makanan, sahabatnya ini sangat pemilih.

"Hei."

Hadirnya suara melengking tadi bersamaan dengan jatuhnya tepukan di pundak Ranum, membuat gadis itu agak tersentak.

"Jaka. Bikin kaget aja, deh." Ranum pura-pura sewot sambil mengentakkan kakinya.

Cendana tersenyum geli melihat keduanya.

"Lo ngapain di sini?"

"Jalan-jalan aja, sih. Mana tahu bisa ketemu jodoh." Jaka cengar-cengir gaje.

"Dasar!" Ranum geleng-geleng. Pun dengan Cendana.

"Pak, sebelah sini!" Teriakan Jaka yang tiba-tiba kepada seseorang, membuat kedua gadis di dekatnya spontan menoleh.

"Lo bareng Pak Jati?" Pertanyaan Ranum sebenarnya tidak butuh jawaban, karena jelas-jelas orang yang sedang berjalan menghampiri mereka, setelah mendengar teriakan Jaka, memang Jati.

Tadinya Jati mengira Jaka masih di sampingnya. Tiba-tiba hilang karena menghampiri kedua teman sekelasnya, membuat Jati bingung.

Respons Cendana tentu saja tak sebiasa Ranum. Meski diam saja, ia senang bukan main. Ternyata tak perlu menunggu esok, malam ini Tuhan menghadirkan sosok rupawan itu di depannya. Jati tampil kasual, sangat timpang ketika ia berperan sebagai guru. Ia mengenakan t-shirt Polo abu-abu yang dijodohkan dengan jins selutut berwarna biru pudar. Sepatu kets putih melengkapi penampilannya. Malam ini Jati benar-benar menanggalkan image guru di dirinya, membuat Cendana kian sulit mengalihkan pandangan.

Cendana ingin menyapa duluan saat Jati sudah bergabung dengan mereka, namun lidahnya mendadak kelu. Akhirnya ia hanya bisa tersenyum saat cowok itu menyapanya.

"Ya ampun, gue hampir lupa. Tadi Mama nitip dibeliin Jamu Jun. Sebelum benar-benar lupa, kayaknya gue beli sekarang aja, deh." Ranum sibuk menoleh kiri-kanan. "Em ... kayaknya stannya di ujung sana, deh." Ranum mengacungkan telunjuk jauh ke depan. "Ka, temenin gue, ya." Ranum meraih pergelangan tangan Jaka, lalu menoleh ke arah Cendana. "Dana, kamu di sini aja, ya, temenin Pak Jati. Atau kalau mau langsung makan, silakan. Nanti tinggal kabari di stan mana." Setelah berucap cepat, Ranum melangkah panjang-panjang sambil menyeret Jaka yang tampak tidak keberatan.

Cendana bingung. Ia tidak sempat mengucapkan apa-apa. Tahu-tahu sekarang ia ditinggal berdua dengan Jati. Suasana yang tadinya mulai hidup, mendadak kaku. Entah harus bagaimana sekarang.

Jati dan CendanaWhere stories live. Discover now