Highlight

1.4K 143 11
                                    

Om Jun masih terus memeluk pinggang gue sejak dari dalam gedung tadi hingga saat ini berada di dalam lift dengan begitu protektif.Gue terus mencoba berfikiran jernih sekarang, dengan tatapan mata tajam Om Jun yang sedang mengintai,deru nafas beratnya yang serasa menyapu setiap permukaan telinga dan leher gue.

Gue tahunya dia sempat kesal saat di acara barusan, gue sempat berbaur sama teman-temannya, ya asik aja gitu maka dari itu gue enjoy-enjoy aja di ajakin ngobrol.

Tanpa gue ketahui sebab dan akibatnya sepanjang acara tadi Om Jun terus bungkam mulutnya sama gue,mau sampai gue berbusa saking cerewetnya ngajakin dia ngobrol tetap saja jawaban dia gak lebih dari sekedar "he'eh", "ya", "gak".
Asek! dia ngambek apa gimana ini bosku?? Aku pusing iniii...

Keadaan lift yang lumayan penuh membuat gue terhimpit dipojokan, ditambah lagi posisi gue yang didekap oleh Om Jun membuat gue makin terhimpit diantara belahan tubuh kekarnya.Sudah terhimpit makin dihimpit lagi..

Saat lift bertambah lagi 2 orang penumpang,membuat Om Jun beralih minggir dan mepet makin memojokkan gue. Namun kali ini ia tak memeluk pinggang gue melainkan memepetkan tubuhnya pada tubuh gue yang sudah terpepet dipojok.

Gue hanya bisa menekuk kedua tangan gue didepan dada membentuk sebuah tanda silang untuk melindungi kedua gunung kembar gue yang sewaktu-waktu mungkin bakal kesentuh atau bahkan kesodok dalam posisi terhimpit seperti ini.

Gue misuh-misuh dalam hati mengenai dress code yang dipilih Om Jun untuk acara tadi.
Ini gaun yang gue pakai terlalu terbuka banget.
Gue gak bisa nolak karena ini baju udah satu setel sama setelan suite yang dipakai Om Jun.Jadi semacam couple set begitu kali ya..
Mana bisa gue nolak buat makai baju ini?? Mana Om Jun udah cucok meong makai suitenya,yakali gue nolak cuma gara-gara gue gak mau pakai gaunnya? Hhhh
Gue cuma belum terbiasa pakai gaun yang beginian.

Dan hal yang membuat gue gugup setengah mati setengah modar sekarang adalah, Om Jun yang memang berdiri tepat didepan gue dan terus mendorong tubuhnya untuk makin menghimpit tubuh gue.
Dia terus menunduk menatap gue yang juga menunduk, gue mencoba tenang karena gue tahu tatapan mata Om Jun memang gak bisa buat tenang. Bikin gak kuat...

Ini gue udah kayak cewek mau digrepein sama cowoknya kalo modelan begini posisinya.Sumpah ya Om Jun!
Ini tuh banyak orang, masih sempet-sempetnya aja otak dia geser.

Gak tau dia otaknya geser apa gimana tapi dia gak mau tahu,gak tahu tempat,waktu,posisi dan segalanya untuk selalu berbuat hal yang ambigu.
Mungkin bikin jantung gue deg-degan itu udah jadi hobby dia,

Gue mencoba mendongak untuk melihat Om Jun. Dan gue menyesal setelahnya..
Gue menyesal melihat bagaimana datar nya ekspresi dia yang gak bisa gue artikan.
Gue menyesal menatap matanya yang tajam menatap gue tanpa berkedip.
Gue gugup setengah mati...

Gue boleh lambaikan tangan ke kamera cctv di lift ini gak?? Gue bener-bener gak kuat.











Dengan langkah lemah ia membungkukkan badan tegapnya,rambut hitam semu coklatnya yang tertata berantakan, jaz yang sudah tanggal dari tubuhnya kini ditenteng di tangan kanannya bahkan dengan dasi yang sudah kendur ia masih saja terlihat tampan bahkan malah nampak begitu seksi.
Jun menekan-nekan beberapa digit angka untuk memasuki apartmentnya.

Kejadian pagi tadi cukup membuat dirinya terpengaruh dalam pekerjaannya hari ini, perdebatan kecil yang berujung pertengkaran.
Sebelumnya dia tak pernah berbicara setinggi dan sepanjang ini,Nurul pun juga tak pernah berbicara sepanjang dan sekasar itu terhadapnya.Jun mungkin masih menyadari dan mengira penyebab halnya mengapa Nurul menjadi sangat menyebalkan pagi tadi..Jun masih bersabar dan memakluminya namun entah mengapa rasanya begitu beda.

SUGAR DADDY (My Perfect CEO) ;JunhuiМесто, где живут истории. Откройте их для себя