34 Breath

820 138 5
                                    

"ini kamu gak mau turun?"



Febi menggeleng cepat dengan terus merangkul leher Jun.



"Feb, tolong...kamu itu berat"

"biarin..mau gini terus aja"

"Feb..."

"iya"

"saya gak bercanda.. kamu beneran berat"

"Om udah gak kuat ya? "

Jun memejamkan matanya saat mendengar lontaran kata dari Febi, dia meremas kaos yang Febi kenakan untuk menghilangkan rasa gugupnya, karena dia takut gadis itu mendengar detak jantungnya yang berdebar hebat.

Om udah gak kuat ya??


Kata itu membuat Jun salah tanggap,otaknya menangkap pemahaman lain yang membuatnya salah tingkah sendiri.

Hingga pada akhirnya Febi turun dari gendongan Jun. Dia menunduk malu ketika Jun menatapnya, dan Febi seketika diam padahal Jun melontarkan senyuman terhadapnya.

"Dasar Bunglon"

ucap Jun sambil menyeringai yang tak terlalu ditanggapi oleh Febi.

"Hei.. "

Jun mengangkat dagu Febi perlahan,gadis itu masih tak berani menatapnya.
Mata Febi salah tingkah dan berlarian menatap kesana kemari.

"Saya habis wujudkan apa yang kamu mau loh.. kamu gak berkesan apa gitu?? "

Jun tersenyum,sedangkan Febi gugup ketika tangan kanan Jun turun membelai pundaknya.

"Om maaf, aku selama ini cuma ragu"

Jun tersenyum mendengarnya, dia tahu dia siapa dan dia tahu Febi siapa.
Dan bukanlah hal yang aneh jika satu sama lain dilingkupi rasa saling ragu,mereka menaruh hati dan perasaan yang tak biasa.

Mereka dua pribadi yang amat jauh berbeda.Jun tahu selama ini dan Jun berfikir ego keduanya lah yang membuat semua jadi seperti ini meski Jun akui dialah yang ber ego tinggi.

Dan dia sadar tak seharusnya dia seperti itu pada Febi,kesan terlihat malah Jun mempermainkan perasaan Febi.

Jun juga terkadang menganggap dirinya itu bodoh dan lamban.

"Dan selama ini aku siap kok, bagaimanapun kenyataannya"


"Dan aku juga gak masalah malah selama ini aku gak mikirin tentang jarak usia.. maaf aku lancang"

Jun terus memperhatikan Febi berbicara yang juga sambil menatapnya.

"Om..tapi aku.."

"Sayang... "

Ucapan Febi terpotong ketika ibu jari Jun mengusap lembut pipinya dan suara lembut Jun memanggilnya dengan panggilan manis itu.

"Saya Juga"







"So, would you be my forever? more?"

Febi melebur dan memeluk Jun erat sangat erat seakan tak mau ada sedikit celah pun diantara tubuh mereka.

Seakan Jun adalah sosok yang amat berharga dan mudah hilang sehingga dia amat erat memeluknya.

Jun hanya mampu membelai punggung dan kepala gadis itu. Dia membiarkan Febi menangis didalam dada bidangnya, dia biarkan baju piyamanya basah karena tangis Febi.

SUGAR DADDY (My Perfect CEO) ;JunhuiWhere stories live. Discover now