38. Kecurigaan

1.9K 115 92
                                    


Tak mudah untukku menemukan bukti itu, tapi aku yakin bisa menemukannya dengan cepat karena aku tak mempunyai banyak waktu.

~ Aluna Anastasya ~




"Lun, Kakak minta maaf ya karena aku, kamu harus menghilang kemarin." Alana meminta maaf di hadapan Aluna yang duduk di depannya.

Aluna tersenyum mendengar perkataan Kakaknya itu, dia tahu Alana memang orang yang tidak enakan.

"Santai aja, Kak. Yang harusnya minta maaf harusnya aku, Kak Arga sampai sekarang masih belum mau menerima kehadiran Kakak, padahal kita mirip banget Kak tapi memang dasarnya Kak Arga memang susah menerima keadaan jadi gitu deh, mohon dimaklumi ya, Kak." Aluna tersenyum menghadap Alana.

Alana mengangguk, dia sadar bila memang yang dikatakan Aluna benar. Arga memang sangat perhatian, tapi bila dengan orang baru dia tak mudah memberi perhatian seperti kepada orang terdekatnya.

"Ya udah, tidur Kak. Udah malam juga, Kakak pasti bosen ya di rumah terus, tapi aku cuma beberpa. Setelah itu, aku bakalan kembali ke rumah om Wijaya," kata Aluna.

Alana kaget mendengar perkataan kembarannya itu, dia tak ingin bila dia berpisah lagi dengan saudari kembarnya itu.

"Kenapa harus kembali ke rumah Om Wijaya, Lun. Kamu tinggal di sini aja, biar aku yang ke sana," kata Alana.

"Ish, Kakak nggak mau pisah sama aku, Ya? Tenang aja Kak, kita bakalan sering ketemu kok, good night."

***
Keesokan pagi, Aluna sudah berada di sekolah. Entah tiba-tiba Amanda menghampirinya, Manda memperingatkannya bila dia tak akan mungkin menyaingi kecerdasan Manda.

"Lo, gue peringatin! Nanti pasti gue yang akan dapat nilai terbaik dalam ulangan matematika," kata Manda menunjuk Aluna.

Aluna tersenyum sinis kepada Manda, dia tak pernah takut dengan ancaman Manda.

"Kamu ngancem aku! Aku nggak pernah takut sama kamu! Bahkan aku siap bersaing denganmu, Manda!" Aluna sudah berdiri menatap tajam Manda yang ada di hadapannya.

Manda kaget dengan sikap Aluna yang tiba-tiba berubah dan berani melawannya, bukannya yang di hadapannya sekarang adalah Alana yang tak pernah berani kepadanya tapi kenapa sekarang berbeda.

"Lo?" kata Manda memerhatikan Aluna dari atas sampai bawah, dia penasaran kenapa bisa sikap gadis yang dia yakin adalah Alana bisa berubah sedrastis ini.

"Ada apa Manda? Kamu masih mau bilang aku itu Kak Alana! Aku Aluna Anastasya. Aku tak semua tentang kamu yang udah bully Kak Alana yang tinggal di Bandung, Ya, aku memang mempunyai saudari kembar tapi bukannya dia udah kamu habisi!" kata Aluna menatap tajam Manda.

Manda semakin terpojok, karena murid yang lain mulai berdatangan menyaksikan pertengkaran antara dirinya dan Aluna.

Murid yang lain, hanya diam sambil memerhatikan apa yang terjadi diantara Manda dan Aluna.

"Lo nggak akan menang dari gue! Gue bisa ngelakuin apapun yang gue mau dengan mudah, karena...." kata Manda.

"Karena kamu licik! Aku nggak akan biarin kamu ngebully lagi! Cukup saudari aku yang menjadi korbannya." Aluna menatap Manda.

Manda tersenyum sinis kepada Aluna, Ya, dia sekarang tahu yang ada di hadapannya memang bukan Alana tapi Aluna. Manda berusaha mendorong Aluna tapi Aluna dengan cepat menahan tangan Manda.

"Jangan harap bisa nyakitin aku!" Aluna memperingatkan Manda.

Sekarang giliran Aluna yang memegang tangan Manda, dia memelintir tangan Manda membuat Manda meringis kesakitan. Namun, Manda belum juga kapok dengan perbuatannya, dia masih berani memberi tatapan tajam kepada Aluna.

Manda kembali duduk di bangku, dia tak menyangka bila sikap Aluna dengan Alana sangatlah berbeda walaupun wajah mereka sangat mirip.

"Lun, gue nggak nyangka ternyata sekarang lo berani ngelawan Manda? Kemarin kayaknya lo diam aja kalau Manda ngancem lo!" Adara berbicara menjelaskan bila Aluna yang kemarin tak berani dengan Manda.

"Iya Lun, lo beda banget, bahkan kayaknya lo yang dulu balik lagi. Aluna yang jutek, galau dan terkesan nggak peka." Bella menambahi perkataan Adara.

Aluna tersenyum, lalu dia mulai menatap kedua sahabatannya dan menanggapi perkataan mereka.

"Semua orang bisa berubah kapan saja, tapi aku tak mau selalu diam seperti tak mau melawannya. Mulai sekarang aku akan melawannya bila dia mengancamku lagi." kata Aluna sedikit melirik ke arah Manda.

"Semangat Lun,"

###
Jam istirahat dimulai, Aluna berjalan menuju ke suatu tempat, bukan ke kantin atau ke lapangan basket namun dia pergi ke perpustakaan tempat favoritnya. Tapi, sebelum itu dia menyempatkan untuk memasuki ruang kepala sekolah untuk memberikan bukti bila Kiara tidak bersalah. Setelah menyerahkan bukti itu, Aluna meninggalkan ruang kepala sekolah, biarlah sekolah yang akan memutuskan semuanya. Yang dia ingin, hanya nama baiknya saat menjadi Kiara bersih kembali.

Namun, sebelum dia memasuki perpustakaan ada seseorang yang menahan tangannya. Aluna kaget saat melihat orang itu, Ya, ternyata orang itu adalah Arga – Kakaknya.

"Kak Arga... ngagetin aja sih," kata Aluna melihat ke arah Arga.

"Yuk, Dek. Ikut Kakak ke kantin, temenin Kakak makan ya?" kata Arga dengan muka memelas.

"Ish, Kak Arga. Emang Kakak belum sarapan? Kakak sih nggak mau tinggal di rumah lagi, jadi kelaparan gini kan? Di rumah Kak Bintang emang pembantunya nggak masak, Kak?" tanya Aluna.

Arga tersenyum, dia memang sengaja tidak sarapan karena dia berangkat lebih awal karena dia harus piket.

"Masak sih, Dek. Cuma ya Kakak berangkatnya sedikit awal jadi maklum nggak sarapan dulu tadi. Lagian Kakak nggak enak sama Bintang karena udah numpang di sana." Arga menjelaskan semuanya kepada Aluna.

"Kebiasaan... ya udah deh ayo ke kantin aku temenin makan Kak Arga," kata Aluna.

Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin, Aluna mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan. Disaat Aluna harus melihat Bryan yang sedang duduk di samping Bella – sahabatnya karena memang mereka di jodohkan.

"Yang sabar ya Lun, eh ada Kak Arga gue temenin makan ya, Kak." Adara berusaha berbicara dengan Arga.

Arga hanya tersenyum membalas perkataan Adara, dia tahu Adara memang selalu ceria dan ramah kepadanya.

Aluna hanya duduk di samping Arga yang sedang makan bakso, sedang Adara tersenyum memerhatikan Arga sesekali mengotak-atik handphonenya. Tiba-tiba Aluna bergetar tanda ada pesan masuk dari seseorang yang sering menerornya.

From : Teror Misterius

Lo udah tau kan kejutan apa yang gue kasih kemarin, hati lo pasti sakit kan. Aluna Anastasya!

Aluna berusaha melihat sekitarnya, sebenarnya dia sudah mencurigai beberapa orang. Tapi, dia belum mempunyai bukti yang cukup kuat untuk siapa peneror itu.

Tak mudah untukku menemukan bukti itu, tapi aku yakin bisa menemukannya dengan cepat karena aku tak mempunyai banyak waktu.  batin Aluna.

Aluna memasukan handphonenya lagi ke saku seragamnya, namun dia masih penasaran dengan apa yang akan di lakukan selanjutnya.

"Lun, gue mau ke toilet dulu yak. Jangan tinggalin gue kalau bel udah bunyi," kata Adara berpamitan dengan Aluna.

Aluna hanya mengangguk, dia sekarang mempunyai kesempatan untuk mencari bukti. Dia melihat Adara tidak membawa handphonenya ke toilet, handphone itu tergeletak di meja.

Aluna diam-diam berusaha mengecek apakah salah satu orang yang dia curigai itu memang benar seperti apa yang dia takutkan sebagai pelaku teror itu.

Jadi....

Bersambung.....

26052018

Takdirku ( Completed ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang